BKSDA analisis jejak satwa di Windunegara Banyumas
Cilacap (ANTARA) - Petugas Resor Konservasi Wilayah (RKW) Cilacap Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Provinsi Jawa Tengah melakukan analisis terhadap jejak satwa di Desa Windunegara, Kabupaten Banyumas, yang menggegerkan warga setempat karena diduga sebagai jejak macan.
"Kami masih coba mencari informasi dan referensi terkait dengan teori-teorinya (teori tentang jejak satwa liar, red.) karena pada jejak yang kami temukan kemarin seperti ada kukunya," kata Polisi Hutan RKW Cilacap Agus Susilo di Cilacap, Senin.
Menurut dia, jejak satwa liar yang ditemukan di Grumbul Kepetek, Desa Windunegara, Kecamatan Wangon, Banyumas, tidak menyerupai jejak macan kumbang atau sejenisnya.
Baca juga: Dugaan keberadaan macan di Windunegara Banyumas diselidiki BKSDA
Dalam hal ini, kata dia, jejak satwa tersebut berukuran 8x9 sentimeter dan terdapat bekas cakar atau kuku.
Ia mengatakan macan ketika sedang berjalan akan menyembunyikan kuku atau cakarnya sehingga pada jejak yang ditinggalkan tidak terlihat adanya bekas kukunya.
"Saat macan sedang berjalan, kukunya akan disimpan, tidak keluar. Tetapi kami masih mencari referensi, apakah jejak satwa liar itu macan atau bukan," katanya.
Selain itu, kata dia, lokasi tersebut tidak memungkinkan sebagai persembunyian macan kumbang karena merupakan ladang terbuka yang dekat dengan permukiman warga.
Ia mengatakan macan kumbang (Panthera pardus melas) biasanya hidup di tempat-tempat yang masih rimbun.
"Itu berdasarkan referensi dari kehidupan macan yang sebenarnya," kata dia.
Oleh karena itu, kata dia, dugaan sementara terhadap jejak satwa yang ditemukan di Desa Windunegara lebih mengarah ke satwa liar lainnya seperti anjing liar.
"Kalau kucing hutan saat berjalan juga menyembunyikan kuku-kukunya. Jadi dugaan sementara ya seperti itu, anjing liar, karena kalau serigala kan enggak ada di sana," katanya.
Warga Grumbul Kepetek, Desa Windunegara, Kecamatan Wangon, Banyumas, digegerkan dengan temuan jejak satwa liar yang diduga sebagai macan.
Bahkan, ada warga setempat yang mengaku mendengar auman dan ada pula yang sempat melihat satwa liar itu di dekat kandang kambing.
Terkait dengan hal itu, Kepala Resor Konservasi Wilayah Cilacap BKSDA Jateng Dedi Rusyanto mengatakan pihaknya akan segera menyelidiki dan melakukan indentifikasi terhadap kemungkinan adanya satwa liar jenis mamalia besar di Desa Windunegara.
"Kami memang belum menerima permintaan resmi dari aparat setempat, baru sebatas pesan broadcast melalui WhatsApp. Namun kami akan teruskan ke pimpinan agar mendapatkan surat tugas untuk menyelidiki dugaan keberadaan macan tersebut," katanya saat dihubungi dari Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Rabu (5/1).
Ia mengakui berdasarkan pengalaman, auman macan atau binatang buas lainnya tidak seperti yang dibayangkan dalam pesan WhatsApp tersebut.
Menurut dia, informasi mengenai dugaan keberadaan macan di Desa Windunegara, Kecamatan Wangon, Banyumas itu baru pertama kali muncul.
"Selama ini belum pernah ada informasi tentang keberadaan satwa liar ini (macan, red.). Makanya, kami akan mengecek kebenaran informasi tersebut," katanya.
Baca juga: Belasan macan kumbang hidup di Nusakambangan
"Kami masih coba mencari informasi dan referensi terkait dengan teori-teorinya (teori tentang jejak satwa liar, red.) karena pada jejak yang kami temukan kemarin seperti ada kukunya," kata Polisi Hutan RKW Cilacap Agus Susilo di Cilacap, Senin.
Menurut dia, jejak satwa liar yang ditemukan di Grumbul Kepetek, Desa Windunegara, Kecamatan Wangon, Banyumas, tidak menyerupai jejak macan kumbang atau sejenisnya.
Baca juga: Dugaan keberadaan macan di Windunegara Banyumas diselidiki BKSDA
Dalam hal ini, kata dia, jejak satwa tersebut berukuran 8x9 sentimeter dan terdapat bekas cakar atau kuku.
Ia mengatakan macan ketika sedang berjalan akan menyembunyikan kuku atau cakarnya sehingga pada jejak yang ditinggalkan tidak terlihat adanya bekas kukunya.
"Saat macan sedang berjalan, kukunya akan disimpan, tidak keluar. Tetapi kami masih mencari referensi, apakah jejak satwa liar itu macan atau bukan," katanya.
Selain itu, kata dia, lokasi tersebut tidak memungkinkan sebagai persembunyian macan kumbang karena merupakan ladang terbuka yang dekat dengan permukiman warga.
Ia mengatakan macan kumbang (Panthera pardus melas) biasanya hidup di tempat-tempat yang masih rimbun.
"Itu berdasarkan referensi dari kehidupan macan yang sebenarnya," kata dia.
Oleh karena itu, kata dia, dugaan sementara terhadap jejak satwa yang ditemukan di Desa Windunegara lebih mengarah ke satwa liar lainnya seperti anjing liar.
"Kalau kucing hutan saat berjalan juga menyembunyikan kuku-kukunya. Jadi dugaan sementara ya seperti itu, anjing liar, karena kalau serigala kan enggak ada di sana," katanya.
Warga Grumbul Kepetek, Desa Windunegara, Kecamatan Wangon, Banyumas, digegerkan dengan temuan jejak satwa liar yang diduga sebagai macan.
Bahkan, ada warga setempat yang mengaku mendengar auman dan ada pula yang sempat melihat satwa liar itu di dekat kandang kambing.
Terkait dengan hal itu, Kepala Resor Konservasi Wilayah Cilacap BKSDA Jateng Dedi Rusyanto mengatakan pihaknya akan segera menyelidiki dan melakukan indentifikasi terhadap kemungkinan adanya satwa liar jenis mamalia besar di Desa Windunegara.
"Kami memang belum menerima permintaan resmi dari aparat setempat, baru sebatas pesan broadcast melalui WhatsApp. Namun kami akan teruskan ke pimpinan agar mendapatkan surat tugas untuk menyelidiki dugaan keberadaan macan tersebut," katanya saat dihubungi dari Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Rabu (5/1).
Ia mengakui berdasarkan pengalaman, auman macan atau binatang buas lainnya tidak seperti yang dibayangkan dalam pesan WhatsApp tersebut.
Menurut dia, informasi mengenai dugaan keberadaan macan di Desa Windunegara, Kecamatan Wangon, Banyumas itu baru pertama kali muncul.
"Selama ini belum pernah ada informasi tentang keberadaan satwa liar ini (macan, red.). Makanya, kami akan mengecek kebenaran informasi tersebut," katanya.
Baca juga: Belasan macan kumbang hidup di Nusakambangan