Puluhan paus abu-abu mati di AS, diduga ini penyebabnya
Anchorage, Alaska (ANTARA) - Puluhan paus abu-abu telah ditemukan mati di sepanjang West Coast, AS, dalam beberapa pekan belakangan dan sebagian ilmuwan percaya penyebabnya berada jauh di utara di perairan Kutub Utara yang menghangat.
Sebanyak 58 paus abu-abu telah ditemukan terdampar dan mati sepanjang tahun ini di beberapa tempat mulai dari California sampai Alaska, kata National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA).
Temuan paling akhir yang diumumkan pada Rabu (16/5) oleh NOAA ialah satu paus abu-abu yang mati di Turnagain Arm, saluran air kecil yang berhubungan dengan gletse di lepas pantai Anchorage --tempat paus abu-abu jarang menjelajah.
"Mereka bergerak ke utara dari lahan musim dingin mereka di Mexico dan tampaknya kehabisan udara," kata Michael Milstein, Juru Bicara Fisheries Service di NOAA, pada Kamis, sebagaimana dikutip Reuters --yang dipantau Antara di Jakarta, Jumat.
Ikan paus mati yang diperiksa sejauh ini telah kekurangan gizi, dan hipotesis saat ini ialah hewan tersebut gagal makian cukup tahun lalu di lahan musim panas mereka di Laut Bering dan Chukchi di lepas pantai Alaska, kata Milstein.
Di sana lah mereka melakukan sebagian besar kegiatan makan tahunan mereka dan tempat mereka mengumpulkan lemak yang mencukupi mereka sampai musim panas tahun depan, katanya.
"Orang mengira bahwa sesuatu yang jelas terjadi di sana yang membuat ikan paus tidak memperoleh cukup banyak makanan," kata Milstein. "Mengingat bahwa mereka menimbun bobot pada musim panas di sana, kematian tersebut mungkin tak terelakkan."
Banyak ikan pau yang mati telah ditemukan di San Francisco Bay dan Puget Sound di lepas pantai Seattle. Hewan itu mungkin singgah di sana untuk mencari makanan, atau mereka "bisa jadi kelelahan dan mereka mencari tempat untuk istirahat", kata Mistein.
Pertambahan populasi
Peraitran Kutub Utara yang menghangat bukan satu-satunya teori mengenai kematian ikan paus tersebut.
Populasi ikan paus abu-abu Eastern North Pacific telah tumbuh sangat banyak, jadi sebanyak 27.000 hewan. "Mereka mungkin bersaing untuk memperoleh makanan," kata Milstein. "Saat bertambah banyak populasi ikan paus, makin banyak pula ikan paus akan mati dari waktu ke waktu," ia menambahkan.
Banyak bukti menunjuk kepada masalah makanan di lahan musim panas ikan paus di Acrtic Circle.
Laut Bering dan Chukchi telah sangat hangat sejak 2016, dengan temperatur permukaan air laut mencapai rekor atau mendekati rekor tinggi dan sangat kurangnya laut es, kondisi yang tak pernah terjadi sebelumnya.
Es musim dingin pada 2018 di Laut Bering adalah paling rendah dalam catatan yang membentang lebih dari 150 tahun, dan lapisan es pada musim dingin lalu hampir sama rendahnya.
Kekurangan lapisan es laut dan sangat hangatnya temperatur berkaitan dengannya telah berkaitan dengan beberapa gangguan di Laut Bering dan Chukchi, termasuk kematian burun dan anjing laut, kata banyak ahli biologi dan ilmuwan iklim.
"Itu mempengaruhi jaringan makanan dari ganggang sampai udang kecil," kata Rick Thoman, ilmuwan iklim di Alaska Center for Climate Assessment and Policy.
Sumber: Reuters
Sebanyak 58 paus abu-abu telah ditemukan terdampar dan mati sepanjang tahun ini di beberapa tempat mulai dari California sampai Alaska, kata National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA).
Temuan paling akhir yang diumumkan pada Rabu (16/5) oleh NOAA ialah satu paus abu-abu yang mati di Turnagain Arm, saluran air kecil yang berhubungan dengan gletse di lepas pantai Anchorage --tempat paus abu-abu jarang menjelajah.
"Mereka bergerak ke utara dari lahan musim dingin mereka di Mexico dan tampaknya kehabisan udara," kata Michael Milstein, Juru Bicara Fisheries Service di NOAA, pada Kamis, sebagaimana dikutip Reuters --yang dipantau Antara di Jakarta, Jumat.
Ikan paus mati yang diperiksa sejauh ini telah kekurangan gizi, dan hipotesis saat ini ialah hewan tersebut gagal makian cukup tahun lalu di lahan musim panas mereka di Laut Bering dan Chukchi di lepas pantai Alaska, kata Milstein.
Di sana lah mereka melakukan sebagian besar kegiatan makan tahunan mereka dan tempat mereka mengumpulkan lemak yang mencukupi mereka sampai musim panas tahun depan, katanya.
"Orang mengira bahwa sesuatu yang jelas terjadi di sana yang membuat ikan paus tidak memperoleh cukup banyak makanan," kata Milstein. "Mengingat bahwa mereka menimbun bobot pada musim panas di sana, kematian tersebut mungkin tak terelakkan."
Banyak ikan pau yang mati telah ditemukan di San Francisco Bay dan Puget Sound di lepas pantai Seattle. Hewan itu mungkin singgah di sana untuk mencari makanan, atau mereka "bisa jadi kelelahan dan mereka mencari tempat untuk istirahat", kata Mistein.
Pertambahan populasi
Peraitran Kutub Utara yang menghangat bukan satu-satunya teori mengenai kematian ikan paus tersebut.
Populasi ikan paus abu-abu Eastern North Pacific telah tumbuh sangat banyak, jadi sebanyak 27.000 hewan. "Mereka mungkin bersaing untuk memperoleh makanan," kata Milstein. "Saat bertambah banyak populasi ikan paus, makin banyak pula ikan paus akan mati dari waktu ke waktu," ia menambahkan.
Banyak bukti menunjuk kepada masalah makanan di lahan musim panas ikan paus di Acrtic Circle.
Laut Bering dan Chukchi telah sangat hangat sejak 2016, dengan temperatur permukaan air laut mencapai rekor atau mendekati rekor tinggi dan sangat kurangnya laut es, kondisi yang tak pernah terjadi sebelumnya.
Es musim dingin pada 2018 di Laut Bering adalah paling rendah dalam catatan yang membentang lebih dari 150 tahun, dan lapisan es pada musim dingin lalu hampir sama rendahnya.
Kekurangan lapisan es laut dan sangat hangatnya temperatur berkaitan dengannya telah berkaitan dengan beberapa gangguan di Laut Bering dan Chukchi, termasuk kematian burun dan anjing laut, kata banyak ahli biologi dan ilmuwan iklim.
"Itu mempengaruhi jaringan makanan dari ganggang sampai udang kecil," kata Rick Thoman, ilmuwan iklim di Alaska Center for Climate Assessment and Policy.
Sumber: Reuters