Magelang, ANTARA JATENG - Ratusan warga Kelurahan Cacaban, Kecamatan Magelang Tengah, melakukan kirab "Grebeg Besar Kiai Tuk Songo", mulai dari Lapangan Kwarasan menuju Kompleks Makam Kiai Tuk Songo, pepunden warga setempat zaman dahulu.
Pada kirab Kamis (14/6) siang itu, beberapa orang tampil di depan dengan pakaian bergada memikul tempayan berisi gulai kambing, sedangkan di belakang mereka barisan ibu-ibu membawa "layah" berisi masakan gulai, disusul kelompok pengusung gunungan hasil bumi, dan diikuti kelompok kesenian tradisional.
Sebelumnya, tradisi mereka itu dikenal masyarakat sebagai "Grebeg Gulai", namun seiring berjalan waktu diubah menjadi "Grebeg Besar Kiai Tuk Songo".
Pada kirab itu, diusung pula dua gunungan berisi tatanan palawija. Dalam kirab itu, warga menggiring dua ekor kambing untuk disembelih dan dijadikan menu gulai.
Camat Magelang Tengah Tugono mengatakan tradisi tersebut sebagai bentuk penghormatan masyarakat setempat kepada tokoh adat bernama Kiai Tuk Songo, sekaligus sebagai ungkapan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kehidupan yang aman, tenteram, dan damai di daerah itu.
Berdasarkan cerita turun temurun warga dari leluhur setempat, katanya, kawasan setempat dikenal sebagai kampung gulai karena sebagai penolak bencana atau pagebluk. Hingga saat ini, gulai dipakai dalam acara tradisi itu.
Lurah Cacaban Adhika Kudiarsa mengatakan kegiatan tersebut terus dikemas secara kreatif oleh masyarakat didukung pemerintah setempat agar makin meriah. Masing-masing rukun warga dilibatkan dalam kegiatan, di mana setiap RW menampilkan kelompok bergada untuk mengiringi kirab.
Dalam rangkaian tradisi itu, masyarakat menggelar haul di Komplek Makam Kiai Tuk Songo yang ditandai ceramah agama dan pembacaan doa dipimpin seorang kiai atau ustadz pada Jumat.
Acara dikemas dalam suasana tradisional, antara lain warga memakai pakaian adat Jawa dan iringan musik gending Jawa. Sebelum arak-arakan, digelar sendratari yang menceritakan asal usul "Grebeg Besar" itu. Sendratari tersebut menceritakan tentang zaman dahulu di wilayah Cacaban terjadi pagebluk yang mengakibatkan banyak warga sakit hingga meninggal dunia.
Kejadian tersebut menggerakkan hati tokoh yang juga Lurah Cacaban pada masa itu, bernama Kiai Kodri, untuk melaksanakan mujahadah di tepi Kali Progo guna memohon keselamatan masyarakat.
Nama Kiai Tuk Songo adalah samaran dari sosok bernama Kiai Ahmad Abdussalam, salah satu murid Pangeran Diponegoro, berasal dari Keraton Surakarta. Konon, Kiai Tuk Songo juga teman Kiai Langgeng. Mereka di bawah kepemimpinan Pangeran Diponegoro bersama-sama berjuang melawan penjajahan Belanda. (hms)

