Purwokerto, ANTARA JATENG - Tanam padi menggunakan metode salibu yang dilanjutkan tanam kedelai menggunakan metode superbodi mampu meningkatkan pendapatan petani, kata pakar pertanian dari Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto Prof. Totok Agung Dwi Haryanto.
"Kami sudah perkenalkan metode salibu dan superbodi ini kepada anggota Kelompok Tani `Rukun Tani, Desa Gandrungmanis, Kecamatan Gandrungmangu, Kabupaten Cilacap, sejak tahun 2016 melalui Program Pembangunan Pertanian Terpadu Kerja Sama Bank Indonesia dan Unsoed Purwokerto," katanya di Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Kamis.
Sejak program tersebut berjalan, kata dia, produksi pertanian yang ditekuni Kelompok Tani "Rukun Tani" sebagai subjek program pemberdayaan masyarakat itu meningkat sehingga mampu mendorong peningkatan pendapatan dan kesejahteraan petani secara signifikan.
Ia mengatakan hal itu terlihat dari peningkatan Indeks Pertanaman (IP) karena lahan pertanian petani di Desa Gandrungmanis merupakan tadah hujan yang semula hanya dapat ditanami dan hanya berpeluang panen satu kali (IP 100) dapat meningkat menjadi tiga kali panen (IP 300) melalui penerapan teknologi berupa varietas unggul Inpago Unsoed 1 dan padi protein tinggi Unsoed dipadukan dengan pupuk hayati pada musim tanam pertama dilanjutkan sistem padi salibu pada musim tanam kedua serta penanaman kedelai menggunakan superbodi pada musim tanam ketiga.
Dalam hal ini, salibu merupakan metode tanam tanpa menggunakan benih maupun pembibitan baru dan pengolahan lahan tetapi menggunakan bonggol tanaman padi sisa panen musim pertama sehingga lebih cepat panen, sedangkan superbodi merupakan metode tanam kedelai dengan memasukkan biji kedelai di tengah bonggol padi.
Dengan adanya penerapan teknologi tersebut, kata dia, produktivitas lahan meningkat dari semula 4-4,7 ton per hektare untuk padi pada musim tanam pertama menjadi 8-10,5 ton per hektare.
Sementara produktivitas pada musim tanam kedua yang menggunakan metode salibu sebanyak 6,5 ton per hektare dengan efisiensi biaya produksi sebesar Rp3,4 juta per hektare serta peningkatan produktivitas kedelai dari 0,9-1,25 ton per hektare menjadi 1,6-1,9 ton per hektare dengan menggunakan metode superbodi.
"Peningkatan indeks pertanaman dan produktivitas secara langsung berdampak positif terhadap pendapatan dan kesejahteraan petani. Produksi pada musim tanam pertama meningkat lebih dari 100 persen dari 4,7 ton per hektare menjadi 10,5 ton per hektare, produksi secara salibu pada musim tanam kedua meningkat dari 4,7 ton per hektare menjadi 6,5 ton per hektare dengan efisiensi biaya pengadaan benih, persemaian, pengolahan tanah, dan pindah tanam (efisien Rp3,4 juta per hektare, red.)," katanya.
Totok mengatakan jika asumsi harga gabah Rp3.500 per kilogram untuk gabah kering panen (GKP), pendapatan petani pada musim tanam pertama per hektarenya meningkat dari Rp16.450.000 menjadi Rp36.750.000 atau sebesar 123,40 persen, sedangkan pendapatan pada musim tanam kedua yang menggunakan metode salibu sebesar Rp22.750.000.
Jika harga kedelai diasumsikan pada kisaran Rp6.500 per kilogram, kata dia, pendapatan petani meningkat dari Rp8.125.000 menjadi Rp12.350.000 dengan mengaplikasikan metode superbodi saat menanam kedelai pada musim tanam ketiga.
"Salah satu dampak positif dari Program Pembangunan Pertanian Terpadu yang dilaksanakan Unsoed bersama Kantor Perwakilan BI Purwokerto di Desa Gandrungmanis, yakni peningkatah penguasaan teknologi petani yang mengarah pada pengembangan pertanian organik, pertanian terpadu, dan pertanian berkelanjutan. Bahkan, petani telah meningkat kapasitas penguasaan teknologinya sebagai petani penangkar yang mampu memproduksi benih bersertifikat secara berkelanjutan," katanya.
Selain itu, kata dia, pengembangan pertanian terpadu di Desa Gandrungmanis dengan pendampingan Bank Indonesia, Unsoed Purwokerto, dan Pemerintah Kabupaten Cilacap saat sekarang telah berkembang menjadi salah satu sentra produksi produksi benih Inpago Unsoed 1 di Jawa Tengah dan menjadi percontohan aplikasi Salibu Jarwo Super di Indonesia.
Menurut dia, dampak positif dari pelaksanaan program akan semakin mampu memberikan daya ungkit bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat apabila dikembangkan lebih lanjut.