Mereka merupakan anggota klub renang yang didirikan Dimin BA, Joyo Awanto, dan Ny. Joyo Awanto pada 27 Agustus 1975.
Keberadaan mereka di tempat itu bukanlah untuk bersenang-senang, melainkan berlatih agar menjadi atlet-atlet renang yang mampu membawa nama harum Kabupaten Banyumas di kancah nasional maupun internasional seperti halnya sejumlah senior mereka, antara lain Meitri Widya Pangestika dan Emmy Sukowo.
"Perkumpulan Renang Bina Taruna mungkin merupakan klub renang paling tua di Indonesia karena berdiri sejak 1975 dan pada 1978, kita ikut Krapnas (Kejuaraan Renang Antar-Perkumpulan Nasional) di Bandung, kalau sekarang disebut KRAPSI (Kejuaraan Renang Antar-Perkumpulan Seluruh Indonesia)," kata salah seorang pengurus Perkumpulan Renang Bina Taruna, Angela Dwi Pangestika (42).
Sejak saat itu, kata dia, Perkumpulan Renang Bina Taruna secara rutin mengirimkan atlet untuk mengikuti berbagai kejuaraan.
Bahkan, lanjut dia, sejumlah atlet renang Bina Taruna mampu membawa nama harum Kabupaten Banyumas di kancah regional, nasional, maupun internasional.
"Saat ini, ada tiga atlet kami yang sudah berada di level nasional pada kejuaraan kelompok umur, yakni Kaikea Putra Boyum Crews (12), Zefanya Trifena (15), dan Raffi Zaharsyah (14). Kalau yang senior, salah satunya adik saya, Meitri Widya Pangestika (39), kemudian ada Emmy Sukowo serta si kembar, Donny dan Denny, juga ada Billy Arfianto," katanya.
Kendati demikian, dia mengakui bahwa Perkumpulan Renang Bina Taruna sempat mengalami kevakuman sejak ditinggalkan salah seorang pelatih, Dimin yang pindah ke Solo.
Setelah sempat mengalami kevakuman akibat krisis pelatih, kata dia, Perkumpulan Renang Bina Taruna berupaya bangkit namun tidak lama kemudian kembali vakum karena Kolam Renang Tirta Kembar, Purwokerto, yang selama itu dijadikan sebagai tempat latihan ditutup sejak 1 Juli 2007.
Akan tetapi semangat untuk terus melatih bibit-bibit atlet renang tetap ada pada diri ayahanda Angela Dwi Pangestika, L. Widjanarko, hingga akhirnya Perkumpulan Renang Bina Taruna memiliki tempat latihan sendiri di Kompleks Stadion Mini, Jalan S. Parman Purwokerto.
"Kebetulan tempat ini milik pribadi. Ayah saya, Pak Widjanarko ingin agar olahraga renang berkembang di Banyumas," kata Angela yang akrab dipanggil dengan nama Inge itu.
Oleh karena itu, keluarga besar Widjanarko terus berusaha melahirkan atlet-atlet renang berbakat. Selain Inge dan Meitri, anggota klub renang itu juga dilatih oleh Cyrus Boyum Crews (suami Meitri), Purwito, Catur Sugiyono, dan Nugroho Sumarsono.
Upaya mereka pun tidak sia-sia karena salah satu anggota klub yang juga putra pasangan Meitri Widya Pangestika dan Cyrus Boyum Crews, yakni Kaikea Putra Boyum Crews mampu merebut dua medali emas pada nomor 100 meter dan 200 meter gaya punggung saat mengikuti "Western Australia State Open and Age Group Championship 2015" di Perth, Australia, pada Januari 2015.
Dalam kejuaraan yang sama, anggota Bina Taruna lainnya, Zefanya Trifena meraih perunggu pada nomor 200 meter gaya kupu.
Selain itu, Zefanya Trifena dan Raffi Zaharsyah akan mengikuti sebuah kejuaraan nasional pada Agustus 2015.
Sementara Kaikea akan mengikuti "try out" di Amerika dan dia berangkat ke negeri Paman Sam itu pada minggu kedua bulan Juni.
Lebih lanjut, Inge mengakui bahwa pihaknya sering kali menghadapi kendala terutama dalam pembibitan salah satunya alasan orang tua mengikutsertakan anaknya les renang hanya bertujuan agar bisa berenang bukan sampai ke tingkat prestasi.
"Jumlah anggota Bina Taruna lebih dari 100 orang, cuma yang aktif tidak banyak, paling sekitar 10 persen saja yang komitmen latihan setiap hari dan mengikuti lomba," katanya.
Terkait pembinaan atlet Bina Taruna, Meitri Widya Pangestika (39) mengatakan bahwa pihaknya ada program dari "Learn to Swim" yang ditujukan bagi anggota yang benar-benar masih pemula atau usia empat hingga tujuh tahun
"Kita juga ada tahap-tahapnya untuk kenaikan tingkat. Jadi sebelum kenaikan tingkat, ada tes. Itu salah satu usaha kita untuk mencari bibit-bibit baru karena memang harus dimulai dari dasar," katanya.
Selain itu, kata dia, pihaknya juga melatih para pelatih Bina Taruna yang kebetulan merupakan mantan atlet binaan klub tersebut khususnya mengenai teknik berenang yang benar.
Menurut dia, semua itu dilakukan agar Bina Taruna bisa melahirkan bibit-bibit atlet renang baru.
Ia mengatakan bahwa cepat atau lambatnya anggota klub menguasai teknik renang yang baik tergantung dari anak itu sendiri, orang tua, dan lingkungan.
"Kita tidak punya patokan satu tahun, dua tahun, tiga tahun. Untuk mencari satu, dua, atau tiga bibit yang baru tidaklah gampang," katanya.
Kendati demikian, dia mengatakan bahwa pihaknya akan terus berusaha mencari bibit-bibit atlet renang yang baru.
Akan tetapi, kata dia, pihaknya tidak bisa menjamin apakah bibit baru itu bisa didapatkan atau tidak didapatkan.
"Dengan bangkitnya Perkumpulan Renang Bina Taruna, semoga akan lahir bibit-bibit perenang sebanyak-banyaknya yang tidak hanya berprestasi di daerah tapi sampai nasional," kata Meitri yang juga pelatih di tempat itu.
Salah seorang pelatih, Purwito (48) mengatakan bahwa di Perkumpulan Renang Bina Taruna ada beberapa jenjang yang harus dilalui oleh anggota di antaranya "silver" dan "gold".
"Untuk melangkah dari 'silver' ke 'gold' jauh sekali, salah satunya karena saat itu kurangnya fasilitas. Pada saat itu, kita menggunakan Kolam Renang Tirta Kembar," katanya.
Setelah Tirta Kembar ditutup, kata dia, Bina Taruna hanya mengelola beberapa atlet sedangkan yang di bawahnya baru sekitar dua tahun terakhir sehingga jaraknya terlalu jauh.
Ia mengatakan bahwa pencarian bibit atlet renang yang mudah berasal dari anak-anak usia dini karena usia latihan di kolam juga sangat berpengaruh.
"Misalnya, dua anak yang sama-sama berusia 11 tahun tapi yang satu berlatih sejak usia lima tahun sedangkan yang satu sejak sembilan tahun, umur latihan di kolamnya sudah berbeda sekali," kata dia yang telah menjadi pelatih renang sejak 2003.