Semarang (ANTARA) - Lembaga Hikmah dan Kebijakan Publik (LHKP) Pimpinan Pusat Muhammadiyah berencana membangun hutan wakaf di lingkungan universitas Muhammadiyah, diawali di Universitas Muhammadiyah Semarang (Unimus).
Wakil Sekretaris LHKP PP Muhammadiyah Muh Fitrah Yunus di Semarang, Selasa, menjelaskan pembangunan hutan wakaf bagian dari upaya mendorong Gerakan Social Forestry berbasis nilai-nilai Islam, ilmu pengetahuan, dan pemberdayaan masyarakat.
Menurut dia, pembangunan hutan wakaf tersebut langkah konkret Muhammadiyah dalam menjawab tantangan perubahan iklim dan degradasi lingkungan, dengan pendekatan yang kolaboratif dan transformatif.
"Pembangunan hutan wakaf ini adalah bagian dari ikhtiar Muhammadiyah untuk mewujudkan gerakan social forestry berbasis kampus. Universitas bukan hanya pusat pendidikan, tapi juga pusat peradaban," kata Penanggung Jawab Program Hutan Wakaf itu.
Ia menjelaskan hutan wakaf akan dibangun di sejumlah kawasan strategis milik universitas Muhammadiyah yang akan difungsikan sebagai kawasan hijau, laboratorium alam, pusat edukasi lingkungan, serta lahan produktif berbasis agroforestri.
Hutan wakaf juga akan dikelola secara partisipatif dengan melibatkan civitas academica, dari dosen hingga mahasiswa.
"Melalui hutan wakaf, kami tidak hanya menghijaukan lahan, tetapi juga memperkuat kesadaran kolektif tentang pentingnya menjaga bumi sebagai amanah Tuhan. Wakaf yang selama ini identik dengan pembangunan masjid atau sekolah, kini kami kembangkan dalam bentuk konservasi lingkungan yang berdampak jangka panjang," katanya.
Secara ekologis, hutan wakaf berfungsi menjaga iklim mikro, melestarikan keanekaragaman hayati, dan melakukan konservasi air, sedangkan dari perspektif regulasi diakui dalam kerangka hukum wakaf nasional.
Inisiatif tersebut menjadi krusial karena pendekatan perhutanan sosial yang ada seringkali terlalu terkonsentrasi pada nilai ekonomi dan kurang memperhatikan nilai-nilai penting lainnya, seperti konservasi, agama, dan budaya.
"Kami yakin dan percaya bahwa keberlanjutan ekosistem hutan tidak hanya perihal ekonomi semata, tetapi di dalamnya terdapat nilai-nilai penting lain seperti nilai keagamaan dan budaya," kata Penanggung Jawab Program Hutan Wakaf dari LATIN Novan Aji Imron.
Unimus akan menjadi pusat pembelajaran bagi hutan-hutan wakaf lain, setidaknya di Jawa Tengah, sehingga pengembangan hutan wakaf akan difokuskan pada aspek penelitian, konservasi tanaman endemik, peningkatan kapasitas teknis pengelola, serta penyediaan model pembelajaran yang bisa direplikasi secara nasional.
"Kami telah menyiapkan lahan untuk kegiatan hutan wakaf ini dan siap untuk mempercepat setiap proses yang dibutuhkan sebagai bagian dari komitmen kami dalam pengembangan hutan wakaf," kata Wakil Rektor IV Unimus Muhammad Yusuf.
Unimus berperan sebagai penyedia lahan dan pengelola hutan wakaf pendidikan, LHKP PP Muhammadiyah bertanggung jawab atas penyusunan model, tata kelola, serta pengelolaan pengetahuan.
LATIN akan mendukung pencarian dana serta dokumentasi pengetahuan hutan wakaf, sementara LazisMu Jateng akan mendukung pembiayaan melalui program green ziswaf.
Baca juga: HPN 2025, Dialog Rektor "Membedah Masa Depan Peran Pers" digelar di Unimus