Kudus (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Kudus, Jawa Tengah kembali melakukan identifikasi terhadap semua sekolah dasar (SD) yang kekurangan murid untuk dilakukan penggabungan atau regrouping dengan sekolah lain terdekat untuk peningkatan kualitas pendidikan.
"Karena memang ada SD yang jumlah muridnya kurang dari 60 siswa dari kelas I hingga kelas VI, maka perlu dilakukan penggabungan," kata Bupati Kudus Sam'ani Intakoris di Kudus, Kamis.
Sementara guru dari sekolah yang digabung, kata dia, akan diberdayakan karena Kabupaten Kudus masih kekurangan tenaga pengajar dalam jumlah banyak.
Ia mencatat setiap bulannya hampir 30 guru yang memasuki masa pensiun, sehingga dalam setahun tentunya bisa 400-an guru yang pensiun.
Menurut dia wilayah di Kabupaten Kudus tidak begitu luas, sehingga ketika ada penggabungan sekolah tentunya masih bisa dijangkau karena waktu tempuh maksimal satu jam. Sedangkan wilayah terjauh di Desa Rahtawu, Gondoharum, serta Wonosoco.
Sementara Kabid Pendidikan Dasar Dinas Pendidikan Kepemudaan dan Olahraga Kabupaten Kudus Anggun Nugroho mengungkapkan hasil identifikasi sementara tercatat ada 20-an SD yang jumlah muridnya minim.
"Kami masih harus berkomunikasi dengan kordinator wilayah, tokoh masyarakat, dan pihak pemerintah desa," ujarnya.
Ia mengungkapkan sekolah yang menjadi sasaran penggabungan merupakan sekolah yang jumlah muridnya minim dari kelas satu hingga kelas VI kurang dari 60 siswa serta sekolahnya berada satu lokasi.
"Regrouping ini juga menjadi salah satu solusi untuk menangani sekolah rusak yang butuh perbaikan dengan anggaran besar, dan mengatasi masalah kekurangan guru," ujarnya.
Hasil pendataan sementara, kata dia, jumlah kekurangan guru di Kabupaten Kudus sekitar 800 orang, sedangkan sekolah yang belum ada kepala sekolah definitif ada sekitar 100 sekolah yang tersebar di sembilan kecamatan.
Baca juga: Mendikdasmen: "Regrouping" SD jalan keluar atasi kekurangan murid