Purwokerto (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, terus berupaya mengoptimalkan pengelolaan sampah berbasis masyarakat mandiri sesuai Surat Edaran (SE) Nomor 660.1/7776/2018.
Kebijakan ini diterapkan sebagai respons atas kapasitas TPA Gunung Tugel yang sudah tidak mampu menampung limbah warga, mengakibatkan kerusakan lingkungan di sekitar area TPA.
Desa Rempoah, Kecamatan Baturraden, salah satu desa terpadat di Kabupaten Banyumas dengan penduduk sekitar 10.000 jiwa, menghadapi tantangan besar dalam pengelolaan sampah rumah tangga yang mencapai 6-8 ton per hari.
Dalam mengatasi persoalan ini, Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Rempoah yang dikelola oleh Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) dan BUMDes Berkah Maju Bersama Desa Rempoah menjadi ujung tombak.
Pengelolaan sampah di TPST Rempoah melibatkan berbagai inovasi, termasuk budidaya maggot (larva Black Soldier Fly) untuk mengurai sampah organik dan pembuatan kompos.
Beberapa lembaga turut berkontribusi dalam pengembangan TPST ini, seperti Kementerian PUPR, PLN, dan TJSL Pegadaian.
Bantuan berupa mesin pencacah bahan organik, sumur bor, instalasi pengomposan, serta insinerator canggih telah meningkatkan kapasitas pengelolaan sampah di TPST tersebut.
Baca juga: Sosiolog: Isu kekerasan terhadap perempuan menjadi persoalan serius
Insinerator bahkan mampu mengubah panas pembakaran menjadi energi listrik untuk kebutuhan TPST.
Kolaborasi Pegadaian-Unsoed
Dalam mendukung pengelolaan sampah berkelanjutan, Pegadaian melalui program TJSL dan Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) melakukan pendampingan intensif.
Menurut Direktur Utama PT Pegadaian Damar Latri Setiawan dan Kepala Divisi TJSL Pegadaian Rully Yusuf, dukungan terhadap pengelolaan sampah di berbagai wilayah telah banyak dilakukan oleh TJSL Pegadaian dalam program Bank Sampah.
Oleh karena itu,dukungan juga diberikan kepada TPST Rempoah karena sejalan dengan program The Gade Environment yang mengedepankan pengelolaan lingkungan berbasis inovasi.
Tim pendampingan dari Unsoed yang diketuai Prof. Dr. Ir. Tamad, M.Si. serta beranggotakan Okti Herliana, S.P., M.P., Ni Wayan Anik Leana, S.P., M.P., Dwi Purwanto, S.T., M.T., dan Enta Akhmad Ramadhan, S.T., M.T. melakukan berbagai inisiatif, antara lain mengoptimalkan pengomposan limbah organik hingga 4 ton per hari sekaligus mencarikan peluang pasar pupuk organik yang dihasilkan.
Baca juga: FODOR's No List 2025 dan tantangan mewujudkan pariwisata berkualitas di Indonesia
Selanjutnyq, budi daya maggot bertingkat untuk efisiensi ruang, pemanfaatan panas yang dihasilkan oleh pembakaran limbah pada insenerator suhu tinggi sekitar 900 derajat Celcius yang tidak/belum dimanfaatkan, merakit alat pengering maggot dan alat penepung maggot dengan memanfaatkan energi panas yang dihasilkan insinerator, serta menguji kualitas kompos sesuai standar Kementerian Pertanian untuk mendukung budi daya tanaman.
Uji coba di lahan pertanian menunjukkan bahwa kompos dari TPST mampu mengurangi penggunaan pupuk kimia hingga 25 persen. Selain itu, hasil budidaya maggot meningkat hingga 32 persen setelah mendapat hibah alat pendukung.
Kepala Desa Rempoah Sugeng menyampaikan apresiasi atas bantuan beserta dukungan dari Pegadaian dan Unsoed karena tidak hanya meningkatkan kinerja TPST, juga memberikan dampak ekonomi positif bagi masyarakat yang terlibat.
Dengan berbagai kolaborasi ini, TPST Rempoah diharapkan menjadi model pengelolaan sampah berkelanjutan yang dapat diadopsi oleh desa-desa lain di Banyumas.
Baca juga: Unsoed-Unwiku berkolaborasi dalam Program Kosabangsadi Desa Sambirata
Baca juga: Pakar: Pembangunan infrastruktur pertanian dukung swasembada pangan
Baca juga: Mempercepat transformasi layanan publik melalui digitalisasi