Polisi dan warga terdampak banjir bersama jaga keamanan
Kudus (ANTARA) - Aparat Kepolisian bersama TNI dan warga sama-sama turut menjaga situasi keamanan dan ketertiban kawasan terdampak bencana banjir yang masih melanda di sejumlah desa di Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, termasuk warga yang berada di tempat pengungsian.
Bentuk kerja sama tersebut, berdasarkan atas kesadaran masing-masing pihak. Aparat Kepolisian maupun TNI merupakan kewajibannya menciptakan situasi wilayah tetap kondusif, sedangkan masyarakat secara bergiliran juga menjaga lingkungan sekitar tetap aman dari berbagai kemungkinan terjadinya tindak kejahatan.
"Jajaran perangkat desa juga rutin memantau wilayahnya masing-masing. Kepala dusun juga menjadi garda terdepan dalam memantau kondisi banjir terkini serta kondisi masyarakat yang bertahan di rumah," kata Camat Jati Andreas Wahyu di Kudus, Minggu.
Selain itu, kata dia, mereka juga memantau keamanan wilayahnya karena banyak rumah yang ditinggalkan pemiliknya untuk pindah ke tempat pengungsian. Ketua rukun tetangga (RT) maupun rukun warga (RW) juga ikut memantau keamanan wilayahnya.
Bahkan, mereka juga tetap berada di lokasi banjir meskipun rumahnya juga terdampak. Termasuk bertugas mendistribusikan bantuan dari berbagai pihak serta membagikan makan dan minum dari dapur umum yang disediakan oleh pemerintah desa setempat.
"Warga sendiri yang berada di pengungsian, terutama kaum laki-laki juga menyempatkan pulang ke rumah untuk memastikan barang-barang berharga yang ditinggal di rumah masih aman," ujarnya.
Sementara di setiap gang masuk pemukiman penduduk, juga terdapat posko banjir yang dikoordinir oleh warga setempat, sehingga setiap ada warga luar desa yang hendak masuk ke pemukiman juga akan ditanya kepentingannya.
Terkait pengamanan di tempat pengungsian juga tidak perlu dikhawatirkan karena banyak petugas, mulai dari perangkat desa, relawan, PMI, petugas Puskesmas, organisasi masyarakat (ormas), TNI/Polri hingga komunitas radio serta mahasiswa juga ikut bergabung membantu di tempat pengungsian.
Secara tidak langsung, mereka juga ikut mengawasi tempat pengungsian sehingga warga tidak perlu khawatir dengan keamanan di tempat pengungsian.
"Kami sendiri juga rutin melakukan monitoring di tempat-tempat pengungsian sehingga dipastikan aman," ujarnya.
Kapolres Kudus AKBP Aditya Surya Dharma mengungkapkan bahwa jajarannya juga diinstruksikan untuk melakukan pengamanan di wilayah terdampak bencana banjir.
"Kami bersinergi dengan TNI dalam melakukan pemantauan kawasan terdampak banjir di Kabupaten Kudus," ujarnya.
Jajaran Polres Kudus, terutama Bhayangkara Pembina Keamanan dan Ketertiban Masyarakat (Bhabinkamtibmas) juga melakukan inventarisasi daerah-daerah yang terdampak bencana banjir dengan berkoordinasi dengan perangkat desa setempat.
Dengan adanya hasil inventarisasi kawasan terdampak banjir, maka petugas juga bisa membantu pemantauan rumah warga yang ditinggalkan penghuninya mengungsi dengan melakukan patroli di kawasan setempat.
Warga sendiri, kata dia, secara otomatis juga ikut memantau keamanan wilayahnya karena terkadang ada yang masih bertahan di rumah, terutama kaum laki-laki tidak mengungsi meskipun anggota keluarga yang lainnya mengungsi.
Dengan adanya pengawasan secara bergotong-royong, maka semua daerah yang terdampak banjir juga mendapatkan jaminan keamanan dari potensi tindak kejahatan.
Meskipun banjir yang melanda sejumlah desa di Kabupaten Kudus sudah berlangsung lama, situasi wilayah yang terdampak banjir cukup aman dan kondusif. Laporan warga kehilangan harta bendanya karena ditinggal mengungsi juga tidak ada.
Sunardi, salah seorang warga Desa Payaman yang juga ketua RT mengakui rumahnya juga terdampak banjir, namun dirinya tidak mengungsi karena ikut mengawasi warganya yang masih bertahan di tempat pengungsian serta mengkoordinir pendistribusian bantuan baik makanan maupun kebutuhan pokok.
"Jika semua warga meninggalkan pemukiman, tentunya harus ada yang tetap berjaga-jaga karena selama mengungsi harta benda mereka memang tidak ikut dibawa karena biasanya tinggal di pengungsian juga tidak lama," ujarnya.
Di Desa Payaman, terdapat pula posko banjir yang dijaga ketat warga sekitar sehingga setiap ada warga luar daerah yang hendak masuk ke pemukiman mereka akan ditanya tujuan dan asal mereka sebagai antisipasi terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan.
"Posko pengamanan kampung tersebut merupakan inisiatif warga sekitar untuk menjaga daerahnya tetap aman dan kondusif. Anggota TNI/Polri juga rutin memantau kondisi di daerah banjir di Desa Payamana," ujar Kepala Desa Payaman Nur Hadi.
Dirinya juga rutin memantau daerah terdampak banjir dengan ikut serta dalam membagikan makanan kepada warga yang masih bertahan di rumah sambil bertanya soal kondisi terkini di perkampungan mereka.
Pihaknya juga meminta masukan terkait pelayanan selama terjadi bencana banjir, sehingga ketika ada kekurangan atau keluhan warga akan segera dibenahi, termasuk soal kemanan wilayah. Terlebih lagi, di lokasi banjir biasanya kaum laki-lakinya bertugas menjaga rumah.
Untuk pengamanan di lokasi pengungsian sudah disiagakan petugas Perlindungan Masyarakat (Linmas) yang berjaga pagi dan malam hari. Selin itu, para relawan juga ikut bertugas menjaga keamanan selain pula membantu menyediakan makanan buat pengungsi.
"Alhamdulillah tidak ada kasus pencurian atau lainnya di tempat pengungsian maupun di rumah warga terdampak banjir," ujarnya.
Bencana banjir hingga kini masih melanda sejumlah desa di Kabupaten Kudus, sehingga masih banyak yang bertahan di tempat pengungsian meskipun sudah ada yang pulang ke rumahnya.
BPBD Kudus sendiri merilis data per 12 Februari 2021 pukul 19.30 WIB, jumlah desa yang masih dilanda banjir mencapai delapan desa yang tersebar di tiga kecamatan. Di antaranya Desa Jetis Kapuan, Jati Wetan, Tanjung Karang (Kecamatan Jati), Desa Ngemplak dan Karangrowo (Kecamatan Undaan), serta Desa Payaman, Kirig, dan Gulang (Kecamatan Mejobo).
Total warga yang terdampak banjir mencapai 11.049 jiwa, sedangkan yang masih bertahan di tempat pengungsian sebanyak 732 jiwa. Adapun luas wilayah yang terdampak mencapai 1.329,5 hektare dan persawahan mencapai 302,115 hektare.
"Untuk debit Sungai Juana 1 sudah mulai menurun. Sejumlah jalan raya yang sebelumnya masih tergenang saat ini mulai surut. Yang masih terlihat ada genangan di Jalan alternatif Kudus-Pati di Desa Bulung Cangkring, Kecamatan Jekulo tergenang hingga 30 sentimeteran di sepanjang 100 meteran," ujar Kepala Pelaksana Harian BPBD Kudus Budi Waluyo.
Bentuk kerja sama tersebut, berdasarkan atas kesadaran masing-masing pihak. Aparat Kepolisian maupun TNI merupakan kewajibannya menciptakan situasi wilayah tetap kondusif, sedangkan masyarakat secara bergiliran juga menjaga lingkungan sekitar tetap aman dari berbagai kemungkinan terjadinya tindak kejahatan.
"Jajaran perangkat desa juga rutin memantau wilayahnya masing-masing. Kepala dusun juga menjadi garda terdepan dalam memantau kondisi banjir terkini serta kondisi masyarakat yang bertahan di rumah," kata Camat Jati Andreas Wahyu di Kudus, Minggu.
Selain itu, kata dia, mereka juga memantau keamanan wilayahnya karena banyak rumah yang ditinggalkan pemiliknya untuk pindah ke tempat pengungsian. Ketua rukun tetangga (RT) maupun rukun warga (RW) juga ikut memantau keamanan wilayahnya.
Bahkan, mereka juga tetap berada di lokasi banjir meskipun rumahnya juga terdampak. Termasuk bertugas mendistribusikan bantuan dari berbagai pihak serta membagikan makan dan minum dari dapur umum yang disediakan oleh pemerintah desa setempat.
"Warga sendiri yang berada di pengungsian, terutama kaum laki-laki juga menyempatkan pulang ke rumah untuk memastikan barang-barang berharga yang ditinggal di rumah masih aman," ujarnya.
Sementara di setiap gang masuk pemukiman penduduk, juga terdapat posko banjir yang dikoordinir oleh warga setempat, sehingga setiap ada warga luar desa yang hendak masuk ke pemukiman juga akan ditanya kepentingannya.
Terkait pengamanan di tempat pengungsian juga tidak perlu dikhawatirkan karena banyak petugas, mulai dari perangkat desa, relawan, PMI, petugas Puskesmas, organisasi masyarakat (ormas), TNI/Polri hingga komunitas radio serta mahasiswa juga ikut bergabung membantu di tempat pengungsian.
Secara tidak langsung, mereka juga ikut mengawasi tempat pengungsian sehingga warga tidak perlu khawatir dengan keamanan di tempat pengungsian.
"Kami sendiri juga rutin melakukan monitoring di tempat-tempat pengungsian sehingga dipastikan aman," ujarnya.
Kapolres Kudus AKBP Aditya Surya Dharma mengungkapkan bahwa jajarannya juga diinstruksikan untuk melakukan pengamanan di wilayah terdampak bencana banjir.
"Kami bersinergi dengan TNI dalam melakukan pemantauan kawasan terdampak banjir di Kabupaten Kudus," ujarnya.
Jajaran Polres Kudus, terutama Bhayangkara Pembina Keamanan dan Ketertiban Masyarakat (Bhabinkamtibmas) juga melakukan inventarisasi daerah-daerah yang terdampak bencana banjir dengan berkoordinasi dengan perangkat desa setempat.
Dengan adanya hasil inventarisasi kawasan terdampak banjir, maka petugas juga bisa membantu pemantauan rumah warga yang ditinggalkan penghuninya mengungsi dengan melakukan patroli di kawasan setempat.
Warga sendiri, kata dia, secara otomatis juga ikut memantau keamanan wilayahnya karena terkadang ada yang masih bertahan di rumah, terutama kaum laki-laki tidak mengungsi meskipun anggota keluarga yang lainnya mengungsi.
Dengan adanya pengawasan secara bergotong-royong, maka semua daerah yang terdampak banjir juga mendapatkan jaminan keamanan dari potensi tindak kejahatan.
Meskipun banjir yang melanda sejumlah desa di Kabupaten Kudus sudah berlangsung lama, situasi wilayah yang terdampak banjir cukup aman dan kondusif. Laporan warga kehilangan harta bendanya karena ditinggal mengungsi juga tidak ada.
Sunardi, salah seorang warga Desa Payaman yang juga ketua RT mengakui rumahnya juga terdampak banjir, namun dirinya tidak mengungsi karena ikut mengawasi warganya yang masih bertahan di tempat pengungsian serta mengkoordinir pendistribusian bantuan baik makanan maupun kebutuhan pokok.
"Jika semua warga meninggalkan pemukiman, tentunya harus ada yang tetap berjaga-jaga karena selama mengungsi harta benda mereka memang tidak ikut dibawa karena biasanya tinggal di pengungsian juga tidak lama," ujarnya.
Di Desa Payaman, terdapat pula posko banjir yang dijaga ketat warga sekitar sehingga setiap ada warga luar daerah yang hendak masuk ke pemukiman mereka akan ditanya tujuan dan asal mereka sebagai antisipasi terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan.
"Posko pengamanan kampung tersebut merupakan inisiatif warga sekitar untuk menjaga daerahnya tetap aman dan kondusif. Anggota TNI/Polri juga rutin memantau kondisi di daerah banjir di Desa Payamana," ujar Kepala Desa Payaman Nur Hadi.
Dirinya juga rutin memantau daerah terdampak banjir dengan ikut serta dalam membagikan makanan kepada warga yang masih bertahan di rumah sambil bertanya soal kondisi terkini di perkampungan mereka.
Pihaknya juga meminta masukan terkait pelayanan selama terjadi bencana banjir, sehingga ketika ada kekurangan atau keluhan warga akan segera dibenahi, termasuk soal kemanan wilayah. Terlebih lagi, di lokasi banjir biasanya kaum laki-lakinya bertugas menjaga rumah.
Untuk pengamanan di lokasi pengungsian sudah disiagakan petugas Perlindungan Masyarakat (Linmas) yang berjaga pagi dan malam hari. Selin itu, para relawan juga ikut bertugas menjaga keamanan selain pula membantu menyediakan makanan buat pengungsi.
"Alhamdulillah tidak ada kasus pencurian atau lainnya di tempat pengungsian maupun di rumah warga terdampak banjir," ujarnya.
Bencana banjir hingga kini masih melanda sejumlah desa di Kabupaten Kudus, sehingga masih banyak yang bertahan di tempat pengungsian meskipun sudah ada yang pulang ke rumahnya.
BPBD Kudus sendiri merilis data per 12 Februari 2021 pukul 19.30 WIB, jumlah desa yang masih dilanda banjir mencapai delapan desa yang tersebar di tiga kecamatan. Di antaranya Desa Jetis Kapuan, Jati Wetan, Tanjung Karang (Kecamatan Jati), Desa Ngemplak dan Karangrowo (Kecamatan Undaan), serta Desa Payaman, Kirig, dan Gulang (Kecamatan Mejobo).
Total warga yang terdampak banjir mencapai 11.049 jiwa, sedangkan yang masih bertahan di tempat pengungsian sebanyak 732 jiwa. Adapun luas wilayah yang terdampak mencapai 1.329,5 hektare dan persawahan mencapai 302,115 hektare.
"Untuk debit Sungai Juana 1 sudah mulai menurun. Sejumlah jalan raya yang sebelumnya masih tergenang saat ini mulai surut. Yang masih terlihat ada genangan di Jalan alternatif Kudus-Pati di Desa Bulung Cangkring, Kecamatan Jekulo tergenang hingga 30 sentimeteran di sepanjang 100 meteran," ujar Kepala Pelaksana Harian BPBD Kudus Budi Waluyo.