Kendal (ANTARA) - Pembelajaran numerasi, terutama konsep perbandingan pecahan, sering menjadi tantangan di tingkat sekolah dasar. Konsep abstrak pecahan dan beragam cara penyelesaiannya sering kali membuat murid bingung. Murid cenderung kesulitan memvisualisasikan pecahan secara konkret, sehingga kesulitan dalam membandingkan nilai pecahan. Hal ini menyebabkan mereka enggan mempelajari materi tersebut karena dianggap rumit. Selain itu, metode pembelajaran yang monoton juga dapat menurunkan minat belajar.
Presiden Prabowo Subianto dalam pidatonya baru-baru ini menyampaikan pesan penting kepada para pendidik di Tanah Air. Beliau menekankan perlunya memperkenalkan matematika dengan cara yang menyenangkan, agar generasi muda dapat lebih antusias dan tertarik untuk mempelajari ilmu tersebut. Pesan ini menjadi inspirasi bagi para guru untuk mengembangkan metode pembelajaran yang lebih kreatif dan relevan dengan kehidupan sehari-hari.
Salah satu solusi efektif untuk mengatasi permasalahan ini adalah dengan menerapkan model pembelajaran RME (Realistic Mathematic Education). Model ini mengaitkan materi pembelajaran dengan kehidupan sehari-hari dan memanfaatkan benda konkret, seperti kotak bekal bergizi dengan menu seimbang. Model RME ini didapatkan dari pelatihan yang diselenggarakan oleh tim Berkelas dalam program Fasda Perubahan 2.0 Tanoto Foundation di Kota Semarang, yang bertujuan membantu guru-guru menerapkan metode pembelajaran inovatif di kelas.
Proses pembelajaran dimulai dengan mengenalkan konsep menu bergizi melalui kotak bekal. Kotak pertama diisi dengan menu yang mengandung karbohidrat, vitamin, dan protein, sedangkan kotak kedua hanya berisi karbohidrat dan protein. Kandungan karbohidrat dari kedua kotak dibandingkan untuk mengajarkan konsep lebih besar dan lebih kecil. Selain memahami konsep pecahan, murid juga diajarkan pentingnya menu bergizi dalam kehidupan sehari-hari, seperti mencakup berbagai sumber nutrisi untuk mendukung kesehatan dan pertumbuhan.
Langkah-langkah pembelajaran meliputi penyampaian tujuan dan materi, diikuti dengan perancangan kotak bekal bergizi oleh murid yang dibagi dalam lima kelompok. Setiap kelompok merancang tiga kotak bekal dengan sekat yang berbeda, yaitu empat, tiga, dan dua sekat. Kotak bekal ini diisi dengan makanan sehat sesuai konsep menu bergizi, seperti nasi, ayam, sayuran, dan buah-buahan. Nilai pecahan kandungan karbohidrat pada setiap bekal kemudian dihitung dan dibandingkan oleh murid untuk memahami konsep lebih besar dan lebih kecil.
Pendekatan ini menghasilkan pembelajaran yang lebih menarik dan mudah dipahami oleh murid. Dengan menggunakan benda konkret seperti kotak bekal bergizi, murid dapat memahami konsep perbandingan pecahan tanpa merasa terbebani. Selain itu, murid juga memperoleh pemahaman tentang pentingnya pola makan sehat yang bergizi dan seimbang dalam kehidupan sehari-hari.
Salah satu murid kelas V, Putri Ayu Falihah, menyatakan, “Saya sangat senang belajar numerasi materi perbandingan pecahan dengan menggunakan media kotak bekal bergizi. Dengan kotak bekal ini, lebih mudah bagi saya untuk memahami konsep dasar perbandingan pecahan sekaligus belajar bagaimana menyusun makanan sehat.”
Model pembelajaran RME ini tidak hanya memudahkan murid dalam memahami materi, tetapi juga meningkatkan motivasi belajar mereka. Pesan Presiden Prabowo Subianto agar memperkenalkan matematika dengan cara yang menyenangkan dapat diimplementasikan melalui pendekatan ini. Guru-guru diharapkan terus berinovasi agar pembelajaran matematika tidak hanya relevan dengan kehidupan sehari-hari, tetapi juga memberikan pengalaman belajar yang menyenangkan dan bermakna bagi murid. Media sederhana seperti kotak bekal bergizi dapat menjadi alat yang efektif untuk mengubah pembelajaran menjadi pengalaman yang inspiratif dan menyenangkan. ***
*)Penulis adalah Guru SDN Bugangan 02, Kota Semarang