Penyakit radang paru-paru atau pneumonia masih menjadi ancaman serius bagi anak di Indonesia dan peran sosok ayah sebagai kepala keluarga disebut mampu mencegah terjadi penyakit tersebut, selain imunisasi serta pemberian gizi yang cukup.
Saat menyampaikan pidato kunci secara daring pada webinar bertema "Edukasi Media dan Penyebaran Komunikasi Publik Peran Ayah dan Pencegahan Pneumonia pada Anak dengan Imunisasi", Ketua Tim Pengerak PKK Provinsi Jawa Tengah Atikoh Suprianti Ganjar Pranowo menekankan pentingnya para orang tua mengenali gejala pneumonia pada anak, serta jangan abai.
"Tidak hanya ibu, tapi juga peran seorang ayah karena bagaimanapun ayah berperan besar dalam tumbuh kembang dan kehidupan seorang anak. Ayah sebagai kepala keluarga harus mampu memastikan kesehatan anggota keluarganya, khususnya dalam rangka melindungi dan mencegah anak terkena penyakit pneumonia," katanya.
Selain memberikan gizi yang cukup untuk anak, menurut Atikoh pemberian air susu ibu (ASI) eksklusif pada bayi hingga berumur 6 bulan akan menguatkan daya imun tubuh anak dalam melawan berbagai penyakit, termasuk pneumonia.
Beberapa hal penting yang harus dilakukan seorang ayah dalam melindungi anak dari ancaman pneumonia adalah mengikuti perkembangan anak sesuai tahapannya, mendukung ibu ketika memberikan ASI eksklusif, memastikan anak mendapatkan imunisasi lengkap, membantu mengingatkan, serta menemani ketika imunisasi.
"Bagi anak-anak, katanya, pneumonia bisa terjadi pada siapa saja, karena anak-anak merupakan salah satu kelompok yang berisiko tinggi terkena penyakit ini, semua itu tentu tak lepas dari sistem kekebalan tubuh yang masih lemah sehingga disinilah peran seorang ayah juga memiliki andil besar dalam mengambil keputusan dan panutan di keluarga," ujarnya.
Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Jateng Fitri Hartanto mengatakan bahwa pneumonia sangat berbahaya karena menyerang saluran nafas dan proses penularannya pun bisa ditulari orang lain maupun ketika menghirup bahan berbahaya.
"Langkah pencegahannya tentu bisa dilakukan secara umum melalui ASI, makanan pendamping ASI dan perbaian gizi, serta pencegahan spesifik lewat vaksin imunisasi," katanya.
Menurut dia, imunisasi pneumonia harus dilaksanakan sebanyak tiga kali dalam setahun agar bisa menjadi barisan pertahanan bagi anak-anak untuk terhindar dari serangan bakteri maupun virus yang membuat anak terpapar pneumonia.
"Selain imunisasi wajib, ada juga imunisasi pilihan yang dibutuhkan masyarakat, termasuk imunisasi pneumonia ini," katanya.
Berdasarkan hasil Survei Sosial Demografi Dampak COVID-19 di Provinsi Jawa Tengah 2020 oleh Badan Pusat Statistik (BPS) Jateng tercatat sekitar 18,4 persen dari 10.570 responden warga di Jawa Tengah yang disurvei saat ini memiliki pendapatan rumah tangga di atas Rp4,8 juta sehingga dengan kemampuan ekonomi tersebut artinya imunisasi pilihan seperti pneumonia pelaksanaannya memungkinkan dilakukan secara mandiri.
Psikolog dari Unika Soegijapranata Semarang Lita Widyo Hastuti menyebutkan jika kesehatan menjadi kebutuhan utama pada kehidupan anak sehingga menjadi prioritas bagi orang tua dan peran ayah sebagai bagian integral dalam perkembangan anak memiliki ruang lapang untuk terlibat dalam masalah-masalah kesehatan anak.
Ia menambahkan, para ayah yang terlibat dalam kesehatan anak dengan mendorong pola makan dan olahraga yang sehat, memantau kesejahteraan, serta perkembangan anak, dan memahami kebiasaan-kebiasaan anak sehingga tahu kapan anak sehat dan kapan anak sakit.
"Kejadian-kejadian penting menyangkut kesehatan anak, peran ayah menjadi cukup sentral karena bersama dengan ibu dituntut menyikapi situasi dan mengambil keputusan," ujarnya.
Sementara itu, Medical Manager PT Pfizer Indonesia Carolina Halim mengatakan peran dari seorang ayah dalam mengambil keputusan yang cepat dan tepat, sangat menentukan fondasi sebuah keluarga, termasuk dalam hal menjaga kesehatan.
Salah satunya adalah, lanjut dia, upaya imunisasi yang saat ini dibutuhkan masyarakat kita terkait pencegahan pneumonia, dimana ini menjadi salah satu dari penyakit penyebab kematian tertinggi bagi bayi dan balita.
Profil Kesehatan Indonesia tahun 2019 mencatat 468.172 kasus pneumonia balita, di mana 551 meninggal dunia. Namun balita yang terpapar risiko pneumonia diperkirakan berjumlah 885.551 atau 3.55 persen dari jumlah balita di Indonesia, sedangkan pada Provinsi Jawa Tengah sendiri mencatat 2.652.751 jumlah balita dan prevalensi pneumonia pada balita diperkirakan 3.61 persen dan realisasi penemuan penderita pneumonia pada 2019 sebanyak 50.263 balita.
"Gejala pneumonia pada balita dan anak-anak terkadang sulit untuk dikenali karena mirip dengan gejala infeksi saluran pernapasan lainnya, seperti flu dan bronkitis. Secara umum, gejala pneumonia bisa diketahui dan ditangani sejak dini. Di samping peran ibu, butuh visi dari seorang ayah untuk bisa memahami bagaimana ancaman pneumonia bagi anak ini bisa diantisipasi dengan imunisasi," katanya.
Bagi keluarga yang mampu secara mandiri dalam arti mampu melaksanakan imunisasi untuk penyakit pneumonia, lanjut dia, seorang ayah tetaplah menjadi nahkoda yang berperan penting bagi keluarganya.
"Ayah diharapkan mampu mengambil keputusan penting, termasuk keputusan manajemen finansial untuk kesehatan keluarga, dimana ini akan sangat menentukan masa depan anaknya. Keputusan tepat untuk memastikan mereka senantiasa sehat dan terlindung dari penyakit," ujarnya.