Solo (ANTARA) - Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Republik Indonesia Prof. Dr. Abdul Mu’ti, M.Ed., menyoroti soal pentingnya memakmurkan dan membahagiakan pada webinar yang diselenggarakan oleh Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS).
Pada Webinar Series ke-49 yang diselenggarakan oleh UMS melalui Biro Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPSDM) di Solo, Jawa Tengah, Senin tersebut mengusung tema Visi Pendidikan Berkemakmuran Perspektif Muhammadiyah.
Dalam paparannya, Abdul Mu’ti mengatakan pendidikan adalah bagian penting dalam memakmurkan kehidupan, baik di dunia maupun akhirat. Ia mengatakan dunia memiliki beberapa makna, antara lain sebagai tempat kehidupan nyata yang bisa dirasakan, sesuatu yang dekat namun fana, serta sebagai rentang waktu kehidupan manusia sejak roh ditiupkan hingga dicabut kembali.
“Seringkali manusia terlalu pragmatis, hanya mengejar kesenangan sesaat seperti hiburan yang tidak menambah ilmu, padahal pendidikan seharusnya berorientasi jangka panjang, mempersiapkan kehidupan dunia dan akhirat,” katanya.
Menurut dia, pendidikan yang memakmurkan adalah pendidikan yang mengembangkan fitrah manusia, menjadikannya sebagai hamba Allah (Abdullah) sekaligus pemimpin di bumi (khalifatullah). Ilmu, keterampilan, dan akhlak harus menjadi bekal manusia untuk memakmurkan diri sendiri, masyarakat, bangsa, hingga mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat.
Abdul Mu’ti juga menyoroti pentingnya generasi berilmu yang mampu menciptakan lapangan kerja, bukan sekadar mencari pekerjaan.
“Seperti dikatakan pendiri Samsung, hanya satu persen manusia yang menghidupi lainnya. Mereka adalah orang berilmu yang bermanfaat untuk sesama,” katanya.
Ia mengingatkan banyak orang memiliki akal tetapi tidak menggunakannya. Orang-orang seperti ini menjadi lebih bodoh dari binatang karena tidak memahami ilmu, tidak memanfaatkannya, bahkan bisa makin jauh dari Allah. Padahal, kata dia, prinsip transendensi dalam Al-Qur’an menuntun manusia agar semua ilmunya kembali untuk kebaikan.
Abdul Mu’ti mencontohkan kisah Qarun yang sombong karena merasa sukses semata-mata dari ilmunya sendiri.
“Kita harus sadar, ilmu berasal dari Allah dan digunakan untuk menyejahterakan sesama,” katanya.
Lebih lanjut, ia mengatakan pendidikan ideal harus menggabungkan nilai Al-Qur’an, pendidikan formal, dan pengalaman hidup. Kolaborasi, jejaring sosial, serta kemampuan berpikir kritis, kreativitas, komunikasi, dan kolaborasi adalah kunci kesuksesan di era digital saat ini.
Acara yang dipandu oleh moderator Dra. Muamaroh, M.Hum., Ph.D., itu diakhiri dengan ajakan agar pendidikan tidak hanya melahirkan human-being, tetapi juga human-kind yang berilmu, beriman, bertaqwa, serta membawa manfaat bagi sesama dan memakmurkan bumi.

