Purwokerto (ANTARA) - Pengamat politik Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto Indaru Setyo Nurprojo menilai Partai Amanat Nasional (PAN) yang sedang menggelar Kongres V di Kendari, Sulawesi Tenggara, itu ikut mengalami dinamika yang tidak sederhana.
"Ya saya pikir ini tantangan bagi PAN ke depan ya. PAN yang selama ini adem ayem dan sebagainya, saya pikir ikut mengalami dinamika yang tidak sederhana," katanya di Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, Selasa.
Ia mengaku melihat keinginan untuk memajukan PAN secara kelembagaan dari berbagai faksi yang ada di partai berlambang matahari itu cukup kuat.
Baca juga: Diwarnai kericuhan, rakernas PAN tanpa penetapan jadwal kongres
Akan tetapi, kata dia, hal itu secara tidak langsung juga menunjukkan bahwa PAN masih menjadi harapan besar dari kendaraan-kendaraan politik khususnya di Muhammadiyah yang kemudian muncul ke permukaan dan selanjutnya bersaing dengan partai-partai lain di level nasional.
"Sekilas saya membacanya seperti itu," kata dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Unsoed itu.
Disinggung mengenai kandidat ketua umum yang berpeluang besar memimpin PAN ke depan, Indaru mengatakan dukungan tradisional masih cukup kuat meskipun PAN mengeklaim sebagai partai modern.
"Ya harus diakui bahwa PAN walaupun mengeklaim sebagai partai modern, kadang dukungan-dukungan tradisional masih cukup kuat ya. Artinya, jalur-jalur tradisional Pak Amien Rais (Ketua Dewan Kehormatan PAN, red.) dengan jaringannya itu cukup berpengaruh di PAN yang mengeklaim sebagai sebuah partai modern, seperti halnya di Partai Demokrat ada SBY (Susilo Bambang Yudhoyono, red.), di PDIP ada Megawati Soekarnoputri, kalau saya melihat PAN tidak lepas dari karakter tradisional seperti itu tinggal nanti siapa yang paling didukung Pak Amien pada detik-detik terakhir," tuturnya.
Menurut dia, kandidat calon ketua umum yang mendapat dukungan dari jalur tradisional itu masih punya potensi untuk muncul ke permukaan, apalagi dengan prestasi PAN di Pemilu 2019 masih bisa diperdebatkan di ajang Kongres V PAN dan sebagainya.
Oleh karena itu, kata dia, kandidat ketua umum yang mendapat dukungan Amien Rais dan jaringannya berpeluang besar untuk memimpin PAN ke depan.
"Saya melihatnya begitu, beberapa kali periode kan sebetulnya kita bisa melihat bagaimana upaya yang dilakukan oleh Pak Amien Rais dan timnya. Apalagi rasa ketakutan kemudian PAN terkooptasi oleh kepentingan pemerintah, apa yang dilakukan tentu bagaimana menjaga PAN tetap berada di posisi," ujarnya.
Ia mengatakan semangat oposisi yang selama ini didengungkan oleh Amien Rais dan jaringannya tentu akan berusaha untuk memunculkan pemimpin PAN yang memang secara komitmen berada di luar jalur pemerintahan.
Menurut dia, ketidakhadiran Amien Rais beserta kandidat yang didukungnya, Mulfachri Harahap, dalam pembukaan Kongres V PAN itu hanya teknis seremonial pembukaan saja.
"Selama ini kita paham bagaimana kerja Pak Amien Rais dalam situasi-situasi seperti itu. Hasil pengamatan saya begitu sih," ucapnya.
Kongres V PAN resmi dibuka pada hari Senin (10/2) dihadiri sejumlah tokoh senior PAN, antara lain Hatta Rajasa, Soetrisno Bachir, dan Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Sandiaga Uno.
Kongres PAN berlangsung pada tanggal 10-12 Februari 2020 di Hotel Claro, Kendari, Sulawesi Tenggara, dengan agenda salah satunya pemilihan ketua umum periode mendatang.
Empat kandidat sudah mendaftarkan diri sebagai calon ketua umum PAN periode 2020—2025, yakni Mulfachri Harahap, Asman Abnur, Drajad Wibowo, dan Zulkifli Hasan.
Baca juga: Amien Rais: PAN putuskan oposisi