Magelang, ANTARA JATENG - Komunikasi menjadi penentu sukses bisnis pada era citra karena konsumen masa kini tidak sekadar melihat kualitas produk dari sisi produksi dan pelayanan, kata Ketua Perhimpunan Hubungan Masyarakat Indonesia (Perhumas) Yogyakarta Daru Wibowo.
"Dalam era citra atau `image`, komunikasi memegang peranan penting dan menjadi penentu keberhasilan bisnis. Konsumen pada masa ini tidak hanya melihat kualitas produk dari sisi produksi dan `service`, tetapi juga dari komunikasinya," katanya di Magelang, Jawa Tengah, Kamis.
Ia mengatakan hal itu pada seminar "Generasi Digital, Kreatif, dan Inovatif" yang diselenggarakan Universitas Tidar Kota Magelang dalam rangkaian peluncuran Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Untidar.
Ketika produk dan layanan di semua merek sudah sama kualitasnya, ujarnya, maka konsumen hanya bisa menilai dari proses komunikasi.
Ia mengatakan proses komunikasi yang tepat akan menentukan keberhasilan suatu produk dengan pelayanannya yang sama berkualitas, sampai dengan baik kepada publik atau konsumen.
Ia juga mengemukakan tentang pentingnya komunikasi yang dibangun secara kreatif, terlebih dalam persaingan bisnis dengan memanfaatkan era digital sekarang ini.
Tantangan seorang komunikator dalam berkomunikasi pada era persaingan bisnis yang ketat, antara lain menyangkut kemampuan memahami produk, proses, dan nilai suatu produk, kemampuan memahami kebutuhan dan pendekatan kepada audiens, kemampuan menciptakan pesan komunikasi yang menarik, mengubah dari pesan klise menjadi kreatif.
Selain itu, ujarnya, kemampuan memilih media yang dekat dengan audiens dan mampu menampung aspirasi kreatifnya, serta kemampuan melakukan monitoring, evaluasi, maupun analisis umpan balik yang dilakukan oleh audiens.
Chief Executive Officer Good News From Indonesia Wahyu Aji mengemukakan pentingnya membangun berbagai ide kreatif dan positif dalam pembuatan suatu berita agar terhindari dari berita bohong atau "hoaks".
Saat ini, ujarnya, menjamur generasi "sharing", di mana setiap orang dengan mudah menyebarkan berita atau konten yang menurut mereka menarik, tanpa mengonfirmasi atau menelaah kembali isinya. Hal itu rentan terhadap penyebaran berita bohong.
"Berita keren itu adalah berita baik, berita benar atau berita bukan `hoaks`. Jangan asal `share`, tapi cek dulu," kata Wahyu yang juga Ketua Departemen Kerja Sama Bisnis Pengurus Pusat Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia (ISKI) itu.
Prodi baru
Dekan Fisipol Untidar Samodra Wibawa mengatakan Program Studi Ilmu Komunikasi sebagai prodi baru perguruan tinggi negeri itu memiliki 42 mahasiswa dengan jumlah dosen enam orang, sedangkan perkuliahan telah dimulai sejak 4 September lalu.
"Sebagai prodi baru, dosen dan mahasiswa tidak perlu berkecil hati, namun harus optimistis agar dikemudian hari menghasilkan lulusan yang berprestasi dan mendapatkan akreditasi yang baik pula," katanya.
Ia mengatakan akreditasi program studi merupakan hal yang dipertimbangkan ketika mahasiswa nanti telah lulus dan mencari pekerjaan.
"Harapannya dalam kurun waktu dua tahun ini, Prodi Ilmu Komunikasi mampu mendapatkan akreditasi A atau minimal mendapatkan akreditasi B `gemuk`," ujarnya.