Jeluarga Duo "Bali Nine" Meminta Belas Kasihan
"Saya meminta Presiden (Presiden Joko Widodo, red.) untuk menunjukkan belas kasihan. Jangan biarkan ibu dan kakak saya harus mengubur saudara laki-laki saya. Saya meminta orang-orang Indonesia untuk menunjukkan belas kasihan," kata adik Myuran Sukumaran, Chintu Sukumaran di Cilacap, Selasa sore.
Chintu mengatakan hal itu kepada wartawan saat menggelar konferensi pers di salah satu hotel Cilacap.
Menurut dia, keluarga menghabiskan beberapa jam terakhir dengan Myuran karena mereka tidak punya banyak waktu.
"Kami berbicara tentang hukuman mati. Dia tahu ini hanya sia-sia, ini tidak akan menyelesaikan apa-apa dengan obat jika sembilan orang ini (sembilan terpidana mati yang akan dieksekusi, red.) mati hari ini, besok, bulan depan, itu tidak akan menghentikan apapun," katanya.
Menurut Chintu, Myuran telah mengatakan kepada keluarga bahwa dia akan menjadi kuat.
Kendati demikian, dia mengatakan jika keluarga masih memiliki harapan sampai detik terakhir bahwa Presiden Joko Widodo akan melihat orang-orang itu sebagai individu dengan keluarga yang mengasihi mereka dan menunjukkan belas kasihan.
Ibunda Myuran, Raji Sukumaran mengaku tidak sanggup menghadapi kenyataan yang akan dialami anaknya.
"Aku tidak akan melihatnya lagi karena mereka (jaksa eksekutor, red.) akan membawanya pada tengah malam dan menembaknya. Saya meminta pemerintah untuk tidak membunuhnya, jangan bunuh dia (Myuran, red.) hari ini," katanya sambil menangis.
Sementara kakak Andrew Chan, Michael Chan mengatakan bahwa hari ini (Selasa, red.) merupakan hari paling sulit.
Ia mengaku melihat hari ini sebagai sesuatu yang tidak ada keluarga lain harus pernah melaluinya karena sembilan keluarga dalam penjara mengucapkan selamat tinggal kepada orang yang mereka cintai.
"Kita semua menghadapi sebagai sebuah keluarga. Untuk melihat Andrew yang bermartabat dan berani melalui ini (eksekusi, red.) serta berjalan keluar dari sana (Lembaga Pemasyarakatan Besi Nusakambangan, red.) dengan mengucapkan selamat tinggal untuk terakhir kalinya, ini sulit," katanya.
Ia mengatakan bahwa harus ada moratorium hukuman mati.
Michael mengharapkan Presiden Joko Widodo dapat menemukan keberanian untuk menunjukkan belas kasihan terhadap sembilan terpidana mati.
Saat konferensi pers itu berlangsung, salah seorang saudara Myuran tampak membawa lukisan Myuran Sukumaran yang berjudul "The Last Chapter" (bab terakhir, red.).
Kejaksaan Agung pada akhir pekan lalu menyatakan bahwa sebanyak sembilan terpidana mati kasus narkoba akan segera dieksekusi secara serentak di Pulau Nusakambangan dalam waktu dekat.
Kesembilan terpidana mati itu terdiri atas Andrew Chan (warga negara Australia), Myuran Sukumaran (Australia), Raheem Agbaje Salami (Nigeria), Zainal Abidin (Indonesia), Rodrigo Gularte (Brasil), Silvester Obiekwe Nwaolise alias Mustofa (Nigeria), Martin Anderson alias Belo (Ghana), Okwudili Oyatanze (Nigeria), dan Mary Jane Fiesta Veloso (Filipina).
Chintu mengatakan hal itu kepada wartawan saat menggelar konferensi pers di salah satu hotel Cilacap.
Menurut dia, keluarga menghabiskan beberapa jam terakhir dengan Myuran karena mereka tidak punya banyak waktu.
"Kami berbicara tentang hukuman mati. Dia tahu ini hanya sia-sia, ini tidak akan menyelesaikan apa-apa dengan obat jika sembilan orang ini (sembilan terpidana mati yang akan dieksekusi, red.) mati hari ini, besok, bulan depan, itu tidak akan menghentikan apapun," katanya.
Menurut Chintu, Myuran telah mengatakan kepada keluarga bahwa dia akan menjadi kuat.
Kendati demikian, dia mengatakan jika keluarga masih memiliki harapan sampai detik terakhir bahwa Presiden Joko Widodo akan melihat orang-orang itu sebagai individu dengan keluarga yang mengasihi mereka dan menunjukkan belas kasihan.
Ibunda Myuran, Raji Sukumaran mengaku tidak sanggup menghadapi kenyataan yang akan dialami anaknya.
"Aku tidak akan melihatnya lagi karena mereka (jaksa eksekutor, red.) akan membawanya pada tengah malam dan menembaknya. Saya meminta pemerintah untuk tidak membunuhnya, jangan bunuh dia (Myuran, red.) hari ini," katanya sambil menangis.
Sementara kakak Andrew Chan, Michael Chan mengatakan bahwa hari ini (Selasa, red.) merupakan hari paling sulit.
Ia mengaku melihat hari ini sebagai sesuatu yang tidak ada keluarga lain harus pernah melaluinya karena sembilan keluarga dalam penjara mengucapkan selamat tinggal kepada orang yang mereka cintai.
"Kita semua menghadapi sebagai sebuah keluarga. Untuk melihat Andrew yang bermartabat dan berani melalui ini (eksekusi, red.) serta berjalan keluar dari sana (Lembaga Pemasyarakatan Besi Nusakambangan, red.) dengan mengucapkan selamat tinggal untuk terakhir kalinya, ini sulit," katanya.
Ia mengatakan bahwa harus ada moratorium hukuman mati.
Michael mengharapkan Presiden Joko Widodo dapat menemukan keberanian untuk menunjukkan belas kasihan terhadap sembilan terpidana mati.
Saat konferensi pers itu berlangsung, salah seorang saudara Myuran tampak membawa lukisan Myuran Sukumaran yang berjudul "The Last Chapter" (bab terakhir, red.).
Kejaksaan Agung pada akhir pekan lalu menyatakan bahwa sebanyak sembilan terpidana mati kasus narkoba akan segera dieksekusi secara serentak di Pulau Nusakambangan dalam waktu dekat.
Kesembilan terpidana mati itu terdiri atas Andrew Chan (warga negara Australia), Myuran Sukumaran (Australia), Raheem Agbaje Salami (Nigeria), Zainal Abidin (Indonesia), Rodrigo Gularte (Brasil), Silvester Obiekwe Nwaolise alias Mustofa (Nigeria), Martin Anderson alias Belo (Ghana), Okwudili Oyatanze (Nigeria), dan Mary Jane Fiesta Veloso (Filipina).