"Bisa dikatakan, daging sapi pemakan sampah yang disinyalir marak beredar menjelang Idul Adha itu kurang layak dikonsumsi masyarakat karena di dalamnya terkontaminasi berbagai jenis logam berat," kata Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Jawa Tengah Whitono di Semarang, Jumat.
Menurut dia, sapi yang digembalakan di TPA dan akan diperjualbelikan harus dinetralisir paling tidak satu hingga dua bulan dengan diberi pakan yang normal, namun hal tersebut tidak menjamin sapi akan bebas dari bahan kimia berbahaya.
Ia menjelaskan bahwa para pemilik sapi yang menggembalakan hewan ternaknya di TPA itu sangat menguntungkan bagi yang bersangkutan karena tidak perlu susah-susah mencari pakan dan tanpa biaya.
"Perlu solusi yang tepat bagi masyarakat yang menggembalakan sapi di TPA karena hal itu merupakan mata pencaharian mereka," ujarnya.
Kendati demikian, kata dia, pemerintah tetap harus memperhatikan konsumen yang perlu dilindungi dengan menyediakan daging yang aman, sehat, dan utuh.
Whitono mengaku tidak mengetahui pasti jumlah populasi sapi yang digembalakan masyarakat di sejumlah TPA di Jateng.
"Populasi sapi di Jateng saat ini mencapai sekitar 1,5 juta ekor, sedangkan kerbau 63 ribu ekor sehingga jumlah tersebut dinilai mampu mencukupi kebutuhkan masyarakat pada Idul Adha mendatang," katanya.
Sementara itu, ribuan sapi setiap hari terlihat mencari makan di tumpukan sampah yang ada di TPA Jatibarang Semarang.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Universitas Diponegoro Semarang menunjukkan sapi yang memakan sampah di TPA diketahui tercemar logam berat hingga melampaui ambang batas yang ditetapkan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, termasuk badan kesehatan dunia.
Jenis logam berat yang terkandung dalam daging sapi yang digembalakan di TPA sampah Jatibarang tersebut adalah Mercury (Hg), Cadmium (Cd) dan Cobalt (Co).
Residu logam berat terdapat pada semua daging maupun bagian-bagiannya seperti daging bagian paha, daging bagian punggung, hati, usus, dan darah.
Pencemaran produk-produk peternakan oleh logam berat dapat menimbulkan bahaya kesehatan pada manusia.
Efek gangguan logam berat terhadap kesehatan manusia tergantung pada bagian mana dari logam berat tersebut yang terikat dalam tubuh serta besarnya dosis yang dikonsumsi.
Beberapa penyakit yang disebabkan oleh keracunan logam berat antara lain anemia, gangguan pada berbagai organ tubuh dan penurunan kecerdasan, anak-anak merupakan golongan yang beresiko tinggi keracunan logam berat.
Berita Terkait
Enam gunung api RI berstatus siaga dan awas, satu ada di Jateng
Sabtu, 9 November 2024 22:20 Wib
Para pengguna Apple, awas ada ancaman serangan spyware
Kamis, 11 April 2024 21:32 Wib
Rel perlintasan sebidang Jalan Kaligawe Semarang ditinggikan, awas macet
Sabtu, 4 November 2023 18:15 Wib
Awas, cuaca ekstrem berpotensi terjadi di Jateng bagian selatan
Kamis, 13 Januari 2022 16:47 Wib
Awas, rokok elektrik bisa ganggu kesehatan gigi
Selasa, 11 Januari 2022 14:33 Wib
Awas, bus wisata luar daerah masuk Kudus bakal diminta putar balik
Rabu, 29 Desember 2021 17:23 Wib
Awas, BMKG prakirakan tinggi gelombang laut selatan Jabar-DIY capai 6 meter
Selasa, 13 Juli 2021 13:21 Wib
Awas, Operasi Ketupat Candi 2021 fokus pengetatan arus mudik
Rabu, 5 Mei 2021 12:35 Wib