Semarang (ANTARA) - Wali Kota Semarang Agustina Wilujeng Pramestuti dan Wakil Wali Kota Iswar Aminuddin dinilai "on the track" dalam menjalani 100 hari kerja memimpin Kota Semarang.
Dewan Pengkaji/Pakar Pusat Studi Industri dan Kebijakan Publik Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya Dr. Ady Setiawan, di Semarang, Selasa, menilai bahwa program 100 hari "quick action" pencapaian visi-misi sudah terlihat tergambarkan sebagai janji kampanye dapat dirasakan masyarakat.
Dalam 100 hari kerja pemerintahan, kata dia, banyak aksi nyata dan program-program yang telah dikerjakan berdasarkan visi-misi janji kampanye saat Pilkada 2024.
Program-program prioritas yang dikerjakan, seperti penanganan sampah, perbaikan infrastruktur, dan pemberian beasiswa dinilai memberikan dampak langsung kepada masyarakat.
Menurut dia, segenap warga kota Semarang yang juga merupakan relawan Semarang Gumuyu pada 200 TPS se-kota Semarang juga sudah merasakan dan melihat percepatan program Walikota, semisal di Rejosari Semarang Timur, Walikota turun untuk pembersihan sampah dan selokan.
"Ini menunjukkan spirit dan komitmen pemimpin kota Semarang untuk meningkatkan 'life to achievement' juga indeks kebahagiaan di kota yang harmoni ini," kata sosok yang akrab disapa Mas Wawan tersebut.
Pria asli Kota Semarang yang sudah lama berkiprah dalam pengelolaan BUMD, khususnya PDAM itu melanjutkan bahwa program-program tersebut tentu karena berkat dukungan seluruh pemangku kepentingan terkait, utamanya birokrasi yang menyatu dengan swadaya masyarakat.
Dalam sistem pemerintah daerah, kata dia, eksekusi manajemen kebijakan publik minimal ada dua pilar yang utama, yaitu politik policy (kebijakan politik pemerintah) dan politik sistem birokrasi.
Ia mengatakan bahwa wali kota dan wakilnya memiliki politik kebijakan, tetapi juga harus mampu menguasai politik sistem birokrasi.
"Saat ini Bu Agustin sudah mampu melakukan 'link match' semua kekuatan politik sembari merangkul kekuatan birokrasi," katanya.
Karena birokrasi merupakan "life tools" sehingga banyak faksi-faksi yang harus dialigment dengan kebijakan pemimpin baru, butuh waktu, butuh kerja keras dan kesabaran.
"Di sinilah peran relawan atau tim sukses untuk selalu bersama masyarakat membantu dan mengontrol sesuai proporsi masing-masing sesuai aturan yang ada," kata Dewan Pakar Tim Kampanye Agustin-Iswar itu.
Ketua Alumni Program Doktor Hukum Untag Semarang itu tidak setuju dengan pendapat beberapa ornamen dalam birokrasi yang menyudutkan relawan atau tim sukses haus kekuasaan.
"Saya kira itu pendapat yang berlebihan karena hukum tertinggi dalam welfare state adalah kesejahteraan masyarakat, apapun kebijakan Wali kota itu harus diukur dengan kesejahteraan masyarakat jangan diukur dari kepentingan kantong pribadi," katanya.
Ia pun menampik terkait tim sukses dan relawan tidak ada yang "deal" pragmatis minta jabatan.
"Tugas perjuangan kita sudah selesai dan pengorbanan kita telah kita ikhlaskan untuk kemenangan calon kita, sekarang Wali kota adalah pemimpin kota Semarang, relawan tim sukses kembali menjadi bagian masyarakat yang akan membantu dan mengontrol bersama-sama sesuai mekanisme dan aturan sistem pemerintahan," pungkasnya.