Semarang (ANTARA) - Pemerintah Kota Semarang telah menerima hasil kajian Pengembangan Koridor Hijau dari Institute for Transportation and Development Policy (ITDP) Indonesia yang didukung Pemerintah Inggris lewat program UK Partnering for Accelerated Climate Transitions (UK PACT).
Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Semarang Budi Prakosa dalam keterangannya, di Semarang, Kamis, menegaskan komitmennya terhadap pengembangan transportasi berkelanjutan.
"Kota Semarang berkomitmen terhadap pengembangan transportasi berkelanjutan sebagaimana diamanatkan melalui Peraturan Daerah Nomor 11 Tahun 2024 tentang Penyelenggaraan Perhubungan yang menetapkan alokasi anggaran minimal 5 persen dari APBD untuk sektor transportasi," katanya.
Berdasarkan hasil kajian tersebut, rute uji coba bus listrik di Semarang dapat mengurangi emisi gas rumah kaca hingga 42,9 persen per tahun.
Hasil kajian tersebut dipresentasikan oleh Direktur ITDP Asia Tenggara Gonggomtua Sitanggang kepada Budi Prakosa, dihadiri juga oleh Plt. Direktur Sistem dan Layanan Integrasi Transportasi Antar Moda dari Direktorat Jenderal Integrasi dan Transportasi Multimoda Sigit Irfansyah dan Cities and Transport Lead Kedutaan Besar Inggris Jakarta Maria Renny Herdanti.
Koridor Hijau adalah konsep transportasi yang dirancang untuk mengintegrasikan langkah-langkah kebijakan yang memprioritaskan mobilitas rendah emisi di rute-rute kota yang telah ditentukan.
Konsep ini mendorong peralihan dari penggunaan kendaraan pribadi ke moda transportasi massal, dengan tujuan mengurangi kemacetan dan meningkatkan kualitas udara.
Strategi utama, meliputi perluasan transportasi umum dan fasilitas yang dapat diandalkan, peningkatan infrastruktur pejalan kaki dan pesepeda, pengelolaan parkir yang efektif, dan pembatasan penggunaan kendaraan bermotor pribadi.
"Pemkot Semarang menyambut baik rekomendasi ITDP dalam pengembangan Koridor Hijau yang sejalan dengan arah pembangunan kota, termasuk di dalamnya adalah pengembangan jalur khusus (dedicated line) BRT dan infrastruktur transportasi tidak bermotor," katanya.
Dalam menunjukkan komitmennya terhadap mobilitas perkotaan berkelanjutan, Pemkot Semarang mengalokasikan setidaknya 5 persen dari APBD-nya untuk mensubsidi layanan angkutan umum dan memperkenalkan Trans Semarang, sesuai dengan Peraturan Daerah Nomor 11 Tahun 2024.
Komitmen tersebut menempatkan Semarang sebagai kota percontohan dalam memajukan inisiatif Koridor Hijau.
Plt. Direktur Sistem dan Layanan Integrasi Transportasi Antar Moda dari Direktorat Jenderal Integrasi dan Transportasi Multimoda Sigit Irfansyah mengapresiasi komitmen Kota Semarang dalam memperkuat pendanaan transportasi melalui regulasi yang jelas.
Bahkan, kata dia, komitmen tersebut dapat menjadi inspirasi bagi kota-kota lain, khususnya di Bodetabek, dalam mendorong sistem mobilitas yang berkelanjutan.
"Dalam lima tahun ke depan, diharapkan semakin banyak koridor angkutan umum yang berkembang, dengan peningkatan kualitas layanan, pembangunan jalur sepeda, kebijakan parkir yang lebih efektif, dan sistem transportasi yang terintegrasi. Semoga program ini dapat dieksekusi dengan baik, dan ITDP akan terus mendampingi Kota Semarang dalam perjalanan tersebut," katanya.
Direktur Pembangunan Internasional Inggris untuk Indonesia Amanda McLoughlin menambahkan bahwa Inggris berkomitmen untuk mencapai target iklim yang ambisius, termasuk membatasi kenaikan suhu global hingga 1,5 derajat Celsius guna memastikan bumi yang layak huni.
"Kami yakin inisiatif ini akan membantu menciptakan lingkungan perkotaan yang lebih hijau, lebih inklusif, dan terhubung, sehingga meningkatkan kualitas hidup seluruh masyarakat," katanya.