Jateng alami inflasi 0,19 persen pada Oktober 2024
Semarang (ANTARA) - Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Tengah mencatat tingkat inflasi di provinsi tersebut yang mencapai sebesar 0,19 persen (month to month) pada Oktober 2024, dengan indeks harga konsumen (IHK) sebesar 106,18.
Kepala BPS Jateng Endang Tri Wahyuningsih, di Semarang, Jumat, menyampaikan bahwa penyumbang utama inflasi Oktober 2024 adalah makanan, minuman, dan tembakau sebesar 0,46 persen, terutama karena kenaikan harga daging ayam ras dan bawang merah.
"Selain itu juga kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya sebesar 0,76 persen yang disebabkan harga emas perhiasan. Kemudian, kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga sebesar 0,38 persen," katanya.
Ia menyebutkan bahwa lima komoditas dengan andil inflasi secara bulanan terbesar di Jateng, yaitu daging ayam ras, bahan bakar rumah tangga, emas perhiasan, bawang merah, dan kopi bubuk.
Kenaikan harga lima komoditas itu terjadi di sembilan kota IHK, meliputi Cilacap, Purwokerto, Wonosobo, Wonogiri, Rembang, Kudus, Surakarta, Kota Tegal, dan Kota Semarang.
Untuk komoditas daging ayam ras dengan andil terbesar inflasi terjadi di Purwokerto sebesar 0,09 persen, kenaikan bahan bakar rumah tangga dan bawang merah dengan andil inflasi terbesar di Wonogiri sebesar 0,08 dan 0,09 persen, serta emas perhiasan andil terbesar di Kota Semarang sebesar 0,06 persen.
"Kopi bubuk berturut-turut selama hampir tiga bulan mengalami kenaikan dari 9 kota IHK, andil terbesar ada di Wonosobo, Kudus, dan Surakarta," kata Endang.
Sementara itu, Sekretaris Daerah Jateng Sumarno mengatakan bahwa tingkat inflasi bulanan Jateng pada Oktober sebesar 0,19 persen atau meningkat dibandingkan September 2024 sebesar 0,05 persen.
Menurut dia, inflasi Jateng pada Oktober 2024 masih di bawah jangkauan yang ditetapkan, yakni 2,5 persen.
"Yang menjadi penyebab inflasi Jateng masih dari makanan, minuman, juga sigaret. Mudah-mudahan dampak di lapangan atau terhadap masyarakat tidak terlalu signifikan," katanya.
Baca juga: Hotel Aruss Semarang gandeng Sultan Production perbaiki lapangan olahraga sekolah
Kepala BPS Jateng Endang Tri Wahyuningsih, di Semarang, Jumat, menyampaikan bahwa penyumbang utama inflasi Oktober 2024 adalah makanan, minuman, dan tembakau sebesar 0,46 persen, terutama karena kenaikan harga daging ayam ras dan bawang merah.
"Selain itu juga kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya sebesar 0,76 persen yang disebabkan harga emas perhiasan. Kemudian, kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga sebesar 0,38 persen," katanya.
Ia menyebutkan bahwa lima komoditas dengan andil inflasi secara bulanan terbesar di Jateng, yaitu daging ayam ras, bahan bakar rumah tangga, emas perhiasan, bawang merah, dan kopi bubuk.
Kenaikan harga lima komoditas itu terjadi di sembilan kota IHK, meliputi Cilacap, Purwokerto, Wonosobo, Wonogiri, Rembang, Kudus, Surakarta, Kota Tegal, dan Kota Semarang.
Untuk komoditas daging ayam ras dengan andil terbesar inflasi terjadi di Purwokerto sebesar 0,09 persen, kenaikan bahan bakar rumah tangga dan bawang merah dengan andil inflasi terbesar di Wonogiri sebesar 0,08 dan 0,09 persen, serta emas perhiasan andil terbesar di Kota Semarang sebesar 0,06 persen.
"Kopi bubuk berturut-turut selama hampir tiga bulan mengalami kenaikan dari 9 kota IHK, andil terbesar ada di Wonosobo, Kudus, dan Surakarta," kata Endang.
Sementara itu, Sekretaris Daerah Jateng Sumarno mengatakan bahwa tingkat inflasi bulanan Jateng pada Oktober sebesar 0,19 persen atau meningkat dibandingkan September 2024 sebesar 0,05 persen.
Menurut dia, inflasi Jateng pada Oktober 2024 masih di bawah jangkauan yang ditetapkan, yakni 2,5 persen.
"Yang menjadi penyebab inflasi Jateng masih dari makanan, minuman, juga sigaret. Mudah-mudahan dampak di lapangan atau terhadap masyarakat tidak terlalu signifikan," katanya.
Baca juga: Hotel Aruss Semarang gandeng Sultan Production perbaiki lapangan olahraga sekolah