Pengamat tanggapi isu Dico mundur dari bursa Pilkada Kota Semarang
Semarang (ANTARA) - Pakar komunikasi strategis Tuhu Nugraha menanggapi munculnya isu bahwa Dico Ganinduto mundur dalam bursa pencalonan pada Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Kota Semarang 2024.
Sebab, di media sosial, Dico justru banjir dukungan dari masyarakat melalui media sosial yang menginginkan agar dirinya tetap maju dalam Pilkada Kota Semarang.
"Karenanya aspirasi media sosial sebagai salah satu penentu pengambilan keputusan partai menentukan calon kepala daerah adalah valid," katanya, dalam pernyataan di Semarang, Senin.
Menurut dia, dukungan publik dari media sosial bisa menjadi pertimbangan partai untuk mengusung Dico sebagai calon wali kota Semarang.
"Karena sudah jadi rahasia umum saat ini salah satu faktor keputusan menentukan calon adalah popularitas di media sosial," katanya.
Sementara itu, Direktur Lembaga Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat Informasi (LPPMI) Kamilov Sagala mengatakan bahwa sensitivitas pemilih dapat dilihat dari capaian kinerja seorang calon dari daerah yang pernah dipimpinnya.
"Prestasi kinerja Dico ini dinilai masyarakat pemilih saat membangun Kota Kendal. Ini jadi titik kinerja Dico yang bisa diuji dan bisa juga dilihat langsung oleh masyarakat," katanya.
Menurut dia, seseorang yang dikenal saja tidaklah cukup untuk menjadi calon kandidat, apalagi pemilih sekarang sudah lebih kritis dan tajam dalam menilai seseorang.
"Mesin partai sebagai kendaraan memang bernilai tapi lebih punya nilai tinggi hasil kinerja yang bersangkutan. Jadi saat ini penilaian dari gerbong-gerbong partai itu hanya bernilai 25 persen saja," katanya.
Karena itu, lanjut dia, nilai tertinggi nantinya akan ditentukan oleh masyarakat sebagai pemilih sehingga partai-partai politik jangan hanya melihat berapa kekuatan suplai kekuatan finansial saja.
Sebab, di media sosial, Dico justru banjir dukungan dari masyarakat melalui media sosial yang menginginkan agar dirinya tetap maju dalam Pilkada Kota Semarang.
"Karenanya aspirasi media sosial sebagai salah satu penentu pengambilan keputusan partai menentukan calon kepala daerah adalah valid," katanya, dalam pernyataan di Semarang, Senin.
Menurut dia, dukungan publik dari media sosial bisa menjadi pertimbangan partai untuk mengusung Dico sebagai calon wali kota Semarang.
"Karena sudah jadi rahasia umum saat ini salah satu faktor keputusan menentukan calon adalah popularitas di media sosial," katanya.
Sementara itu, Direktur Lembaga Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat Informasi (LPPMI) Kamilov Sagala mengatakan bahwa sensitivitas pemilih dapat dilihat dari capaian kinerja seorang calon dari daerah yang pernah dipimpinnya.
"Prestasi kinerja Dico ini dinilai masyarakat pemilih saat membangun Kota Kendal. Ini jadi titik kinerja Dico yang bisa diuji dan bisa juga dilihat langsung oleh masyarakat," katanya.
Menurut dia, seseorang yang dikenal saja tidaklah cukup untuk menjadi calon kandidat, apalagi pemilih sekarang sudah lebih kritis dan tajam dalam menilai seseorang.
"Mesin partai sebagai kendaraan memang bernilai tapi lebih punya nilai tinggi hasil kinerja yang bersangkutan. Jadi saat ini penilaian dari gerbong-gerbong partai itu hanya bernilai 25 persen saja," katanya.
Karena itu, lanjut dia, nilai tertinggi nantinya akan ditentukan oleh masyarakat sebagai pemilih sehingga partai-partai politik jangan hanya melihat berapa kekuatan suplai kekuatan finansial saja.