Perkebunan Nusantara ajak Ethiopia bangun bisnis kopi berkelanjutan
Semarang (ANTARA) - PT Perkebunan Nusantara Group (Holding Perkebunan Nusantara) mengajak pemerintah Ethiopia membangun ekosistem bisnis kopi yang berkelanjutan untuk meningkatkan kesejahteraan petani kopi di daerah masing-masing.
“Kami mengajak negara penghasil kopi seperti Ethiopia juga bisa membangun ekosistem bisnis berkelanjutan yang sama agar kesejahteraan petani terus meningkat,” kata Direktur Pemasaran Holding Perkebunan Nusantara, Dwi Sutoro saat menerima kunjungan Duta Besar Ethiopia untuk Indonesia Fekadu Beyene Aleka di Pabrik Kopi Banaran Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, Senin.
Ia menjelaskan bahwa pemerintah melalui Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) meluncurkan Program Project Management Office (PMO) Kopi Nusantara untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas biji kopi dalam negeri.
“Dalam PMO Kopi Nusantara, kami membangun ekosistem bisnis yang berkelanjutan, dimana fokus kami adalah meningkatkan produktivitas petani. Kami pemberian akses terhadap agro-input seperti pupuk nonsubsidi dan bibit, pembiayaan, pendampingan budidaya hingga pemasarannya,” ujar Dwi Sutoro yang juga menjabat Ketua PMO Kopi Nusantara.
Oleh karena itu, pihaknya bekerja sama dengan para pemangku kepentingan yang memiliki peran masing-masing untuk mengembangkan hasil produksi dari petani kopi serta menata jalur dari hulu ke hilir agar kopi Indonesia menjadi kopi berkualitas tinggi yang diterima dunia.
“Indonesia saat ini berada pada nomor empat sebagai negara penghasil kopi dunia, nomor 1 Brasil, nomor 2 Vietnam, nomor 3 Kolombia, nomor 4 Indonesia, nomor 5 adalah Ethiopia. Kalau nomor 4 dan 5 bekerja sama, Insyaallah kita bisa,” katanya.
Saat berkunjung ke Pabrik Kopi Banaran yang dibangun pada tahun 1911, Dubes Aleka beserta rombongan berkesempatan melihat langsung proses pengolahan biji kopi hasil kebun PTPN IX. Aleka mengaku dari kunjungannya ini bisa mengetahui proses pengolahan kopi dengan sentuhan manusia.
Ia juga tertarik dengan tawaran kerja sama dengan Indonesia terkait dengan pengembangan produksi kopi.
“Nanti bisa kerja sama antara Ethiopia dengan Indonesia sebagai negara pengekspor kopi, banyak hambatan yang bisa diatasi dengan bekerja sama untuk kesejahteraan petani kopi,” ujarnya.
Pabrik Kopi Banaran merupakan pabrik kopi tertua di Kabupaten Semarang yang masih berproduksi hingga saat ini. Pada tahun 2022, Pabrik Kopi Banaran tercatat menghasilkan 216 ton kopi robusta kering untuk pasar ekspor ke beberapa negara seperti Italia.
Baca juga: Penjabat bupati tekankan pentingnya jaga kualitas kopi Temanggung
“Kami mengajak negara penghasil kopi seperti Ethiopia juga bisa membangun ekosistem bisnis berkelanjutan yang sama agar kesejahteraan petani terus meningkat,” kata Direktur Pemasaran Holding Perkebunan Nusantara, Dwi Sutoro saat menerima kunjungan Duta Besar Ethiopia untuk Indonesia Fekadu Beyene Aleka di Pabrik Kopi Banaran Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, Senin.
Ia menjelaskan bahwa pemerintah melalui Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) meluncurkan Program Project Management Office (PMO) Kopi Nusantara untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas biji kopi dalam negeri.
“Dalam PMO Kopi Nusantara, kami membangun ekosistem bisnis yang berkelanjutan, dimana fokus kami adalah meningkatkan produktivitas petani. Kami pemberian akses terhadap agro-input seperti pupuk nonsubsidi dan bibit, pembiayaan, pendampingan budidaya hingga pemasarannya,” ujar Dwi Sutoro yang juga menjabat Ketua PMO Kopi Nusantara.
Oleh karena itu, pihaknya bekerja sama dengan para pemangku kepentingan yang memiliki peran masing-masing untuk mengembangkan hasil produksi dari petani kopi serta menata jalur dari hulu ke hilir agar kopi Indonesia menjadi kopi berkualitas tinggi yang diterima dunia.
“Indonesia saat ini berada pada nomor empat sebagai negara penghasil kopi dunia, nomor 1 Brasil, nomor 2 Vietnam, nomor 3 Kolombia, nomor 4 Indonesia, nomor 5 adalah Ethiopia. Kalau nomor 4 dan 5 bekerja sama, Insyaallah kita bisa,” katanya.
Saat berkunjung ke Pabrik Kopi Banaran yang dibangun pada tahun 1911, Dubes Aleka beserta rombongan berkesempatan melihat langsung proses pengolahan biji kopi hasil kebun PTPN IX. Aleka mengaku dari kunjungannya ini bisa mengetahui proses pengolahan kopi dengan sentuhan manusia.
Ia juga tertarik dengan tawaran kerja sama dengan Indonesia terkait dengan pengembangan produksi kopi.
“Nanti bisa kerja sama antara Ethiopia dengan Indonesia sebagai negara pengekspor kopi, banyak hambatan yang bisa diatasi dengan bekerja sama untuk kesejahteraan petani kopi,” ujarnya.
Pabrik Kopi Banaran merupakan pabrik kopi tertua di Kabupaten Semarang yang masih berproduksi hingga saat ini. Pada tahun 2022, Pabrik Kopi Banaran tercatat menghasilkan 216 ton kopi robusta kering untuk pasar ekspor ke beberapa negara seperti Italia.
Baca juga: Penjabat bupati tekankan pentingnya jaga kualitas kopi Temanggung