SPBU Boyolali sosialisasi pembelian solar bersubsidi pakai barcode
Boyolali (ANTARA) - Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum Kenteng Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, melakukan sosialisasi cara pembelian bahan bakar minyak (BBM) jenis solar bersubsidi dengan menggunakan barcode.
"Konsumen yang belum mempunyai barcode tidak boleh membeli BBM jenis solar bersubsidi. Ini tujuannya agar penyaluran solar subsidi tepat sasaran," kata pengelola SPBU 4457309 Kenteng Boyolali Bayu Aldi di Boyolali, Jawa Tengah, Senin.
Dia menjelaskan, kebutuhan BBM solar di SPBU Kentang Boyolali rata-rata bisa mencapai sekitar 12.000 liter hingga 17.000 liter per hari. Konsumen dengan kendaraan kecil rata-rata membeli BBM solar maksimal hingga 60 liter dan kendaraan besar sekitar 200 liter per hari.
Dewi Ardiyanti selaku operator SPBU 4457309 Kenteng Ampel Boyolali mengatakan penerapan program pembelian BBM solar bersubsidi dengan menggunakan barcode berjalan lancar meski ada beberapa pengemudi yang belum mempunyai barcode.
Konsumen yang belum mempunyai program barcode dialihkan terlebih dahulu dengan BBM jenis dexlite yang harganya lebih mahal.
"Kami operator akan membantu konsumen yang belum mempunyai barcode untuk membuat terlebih dahulu kemudian difoto. Jadi setiap pembelian BBM solar subsidi harus memiliki barcode. Barcode setelah difoto aplikasinya datanya akan di sistem," kata Dewi.
Pembelian solar dengan barcode rata-rata per kendaraan batas maksimal hingga 200 liter per hari. Sistem barcode ini, memudahkan konsumen dan operator SPBU dan tujuannya BBM subsidi ini, selain lebih efektif, juga bisa tepat sasaran.
"Konsumen yang tidak mempunyai barcode diarahkan untuk membuat sistem itu, dan sementara menggunakan BBM Dexlite harganya Rp13.100 per liter. Sedangkan, harga solar hanya Rp6.800 per liter," katanya.
Sementara itu, salah satu konsumen Heri Setyono warga Boyolali mengaku belum mempunyai barcode sehingga kendaraan dengan sebelumnya menggunakan BBM Dexlite yang harganya lebih mahal dibanding solar subsidi.
Namun, kata Heri, pihaknya kemudian dibantu oleh operator SPBU untuk dibuatkan barcode.
"Konsumen yang belum mempunyai barcode tidak boleh membeli BBM jenis solar bersubsidi. Ini tujuannya agar penyaluran solar subsidi tepat sasaran," kata pengelola SPBU 4457309 Kenteng Boyolali Bayu Aldi di Boyolali, Jawa Tengah, Senin.
Dia menjelaskan, kebutuhan BBM solar di SPBU Kentang Boyolali rata-rata bisa mencapai sekitar 12.000 liter hingga 17.000 liter per hari. Konsumen dengan kendaraan kecil rata-rata membeli BBM solar maksimal hingga 60 liter dan kendaraan besar sekitar 200 liter per hari.
Dewi Ardiyanti selaku operator SPBU 4457309 Kenteng Ampel Boyolali mengatakan penerapan program pembelian BBM solar bersubsidi dengan menggunakan barcode berjalan lancar meski ada beberapa pengemudi yang belum mempunyai barcode.
Konsumen yang belum mempunyai program barcode dialihkan terlebih dahulu dengan BBM jenis dexlite yang harganya lebih mahal.
"Kami operator akan membantu konsumen yang belum mempunyai barcode untuk membuat terlebih dahulu kemudian difoto. Jadi setiap pembelian BBM solar subsidi harus memiliki barcode. Barcode setelah difoto aplikasinya datanya akan di sistem," kata Dewi.
Pembelian solar dengan barcode rata-rata per kendaraan batas maksimal hingga 200 liter per hari. Sistem barcode ini, memudahkan konsumen dan operator SPBU dan tujuannya BBM subsidi ini, selain lebih efektif, juga bisa tepat sasaran.
"Konsumen yang tidak mempunyai barcode diarahkan untuk membuat sistem itu, dan sementara menggunakan BBM Dexlite harganya Rp13.100 per liter. Sedangkan, harga solar hanya Rp6.800 per liter," katanya.
Sementara itu, salah satu konsumen Heri Setyono warga Boyolali mengaku belum mempunyai barcode sehingga kendaraan dengan sebelumnya menggunakan BBM Dexlite yang harganya lebih mahal dibanding solar subsidi.
Namun, kata Heri, pihaknya kemudian dibantu oleh operator SPBU untuk dibuatkan barcode.