Purwokerto (ANTARA) - Dokter spesialis saraf dr. Untung Gunarto Sp.S. MM mengatakan kelebihan berat badan merupakan salah satu faktor risiko yang dapat menjadi pencetus penyakit osteoartritis.
"Faktor risiko osteoartritis salah satunya adalah kelebihan berat badan, karena kelebihan berat badan menjadi penyebab makin besarnya tekanan pada sendi," katanya di Purwokerto, Jawa Tengah, Rabu.
Dokter yang praktik di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto itu menjelaskan tekanan pada sendi bisa memicu terjadinya peradangan," katanya.
Dia menambahkan faktor risiko osteoartritis yang lainnya adalah perkembangan sendi yang tidak tepat, faktor genetik hingga gerakan berulang yang berlebihan yang akhirnya meningkatkan keausan tulang rawan.
Dengan demikian, pola hidup sehat dan menjaga berat badan agar tetap ideal merupakan satu upaya pencegahan yang efektif untuk dilakukan.
"Lakukan pola hidup sehat dan berupaya agar tidak mengalami obesitas," katanya.
Baca juga: Arya segera dioperasi buang kulit menggelambir
Dia menambahkan masyarakat juga perlu mengonsumsi makanan sehat yang mengandung kalsium, asam lemak omega-3, sayuran dan protein.
"Melakukan olahraga aktif baik kardio maupun lainnya juga penting, namun tidak perlu berlebihan. Selain itu juga harus memberikan tubuh waktu beristirahat yang cukup untuk memulihkan diri," katanya.
Dia menjelaskan osteoartritis merupakan gangguan tulang, namun yang bisanya terjadi pada area tulang rawan yang mengalami kerusakan, terutama pada bagian sendi.
"Gejalanya adalah rasa sakit pada daerah sendi-sendi dan dapat disertai kekakuan sehingga sulit untuk digerakkan, sehingga membuat gerakan tubuh menjadi terbatas," katanya.
Baca juga: Olahraga bisa berdampak buruk, mengapa?
Gejala ini, kata dia, sering datang secara bertahap dan lebih sering dirasakan pada pagi hari atau setelah sendi berdiam atau tidak digerakkan dalam waktu yang lama.
"Kemudian saat digerakkan, yang terjadi adalah kesulitan menggerakkan sendi," katanya.
Osteoartritis, kata dia, paling sering terjadi pada orang berusia 60 tahun ke atas. "Namun bisa juga yang masih muda bila pernah mengalami cedera, serta sering melakukan gerakan berulang dalam jangka waktu lama," katanya.