Semarang (Antaranews Jateng) - Universitas Diponegoro Semarang menyebutkan sudah membebastugaskan seorang pengajarnya dari jabatan yang dipegangnya terkait dugaan mendukung Hizbut Tahrir Indonesia (HTI).
"Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 53/2010, bagi yang sedang memegang jabatan selama proses pemeriksaan itu dibebastugaskan," kata Rektor Undip Prof Yos Johan Utama di Semarang, Kamis malam.
Yos sudah menandatangani surat pembebastugasan pejabat terperiksa tersebut dan akan berlaku nanti mulai yang bersangkutan menjalani pemeriksaan terkait dugaan pelanggaran disiplin PNS.
Sebagaimana diwartakan, Undip menggelar sidang etik DKKE terhadap pengajarnya atas unggahan-unggahannya di media sosial yang viral dan ditafsirkan sebagai bentuk dukungan terhadap HTI.
Salah satunya, Profesor Suteki, Guru Besar Fakultas Hukum Undip yang beberapa kali mengunggah sejumlah tulisan di medsos yang kemudian viral karena ditafsirkan dukungan terhadap HTI.
"Saya tidak mau menyebut nama karena ini akan berlaku untuk siapapun yang terduga istilahnya. Semuanya sudah diatur jelas dalam PP Nomor 53/2010," kata Guru Besar Fakultas Hukum Undip itu.
Berdasarkan informasi yang dihimpun, pejabat tersebut adalah Prof Suteki yang selama ini menjabat sebagai Ketua Program Studi Magister Ilmu Hukum (MIH) Undip yang sedang menjalani sidang etik.
Yos menjelaskan pemeriksaan terhadap yang bersangkutan terbagi dua, yakni pemeriksaan terkait dugaan pelanggaran etik yang dilakukan Dewan Kehormatan Kode Etik (DKKE) Undip.
Pemeriksaan oleh DKKE, kata Yos, sudah berjalan dengan memanggil dan memeriksa yang bersangkutan atas dugaan pelanggaran etik, kemudian pemeriksaan disiplin yang saat ini masih dalam proses pemanggilan.
"Kalau pemeriksaan etik itu kan terkait kode etik, misalnya apakah dia menjaga marwah sebagai guru besar, apakah kemudian menjaga sisi yang berkaitan dengan kelimuan, dan sebagainya," ungkapnya.
Sementara untuk pemeriksaan disiplin PNS, kata dia, dilakukan oleh tim tersendiri yang akan melakukan pemanggilan dan pemeriksaan terhadap yang bersangkutan terkait disiplin PNS.
Berkaitan dengan ancaman sanksi berdasarkan PP 53/2010, Yos mengatakan secara garis besar sanksinya disesuaikan dengan pelanggaran yang dilakukan, yakni kategori ringan, sedang, atau berat.
Ia enggan mendahului hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh tim, baik DKKE maupun tim yang memeriksa soal disiplin PNS, sebab nantinya akan didasarkan pada hasil pemeriksaan yang dilakukan.
"Namun, beliau ini, di antaranya kan sudah golongan IV. Bukan kewenangan rektor, tetapi menteri. Kami hanya memeriksa, mengidentifikasi, segala macam. Monggo sanksinya nanti menteri," katanya.
Berita Terkait
Rektor Tel-U: Bonus demografi harus bisa terlihat dari kapasitas SDM
Sabtu, 14 Desember 2024 15:52 Wib
Di hadapan wisudawan, Rektor: Lulusan USM wajib jadi agen perubahan
Rabu, 27 November 2024 7:52 Wib
WHC bersama BI gelar pelatihan auditor halal
Selasa, 26 November 2024 20:47 Wib
Rektor Upgris-Unimus jadi panelis debat terakhir Pilkada Kota Semarang
Jumat, 15 November 2024 16:25 Wib
Udinus Semarang masuk pemeringkatan QS World University Rankings
Rabu, 13 November 2024 21:44 Wib
Rektor: Peringkat UNS naik pada QS Asia Rankings
Jumat, 8 November 2024 16:40 Wib
Dua rektor jadi panelis debat kedua Pilkada Kota Semarang
Jumat, 8 November 2024 7:27 Wib
UMP targetkan terima 6.000 mahasiswa baru program reguler pada tahun 2025
Minggu, 3 November 2024 14:03 Wib