"Proses pengembangan motif batik kami, melalui kajian secara bersama, terutama antara anggota peguyuban dan mitra usaha kami, Taman Wisata Candi Borobudur," kata Sekretaris Peguyuban Batik Kawasan Borobudur Kabupaten Magelang Adi Winarto di Borobudur, Minggu.
Pihaknya sejak beberapa tahun terakhir, bermitra dengan Taman Wisata Candi Borobudur, dengan menyediakan sarung motif batik yang dikenakan para wisatawan saat naik ke candi Buddha terbesar di dunia yang dibangun sekitar abad ke-8 pada masa pemerintahan Dinasti Syailendra itu.
Motif batik terbaru yang sedang digarap oleh anggota peguyuban diberi nama motif "Relief" dengan mengacu kepada berbagai relief di Candi Borobudur, antara lain berupa paduan antara bentuk orang, sapi, burung, dan monyet.
"Tentang harmoni alam dengan manusia. Sejak April lalu kami kembangkan motif baru itu dan sampai sekarang terus berproduksi," katanya.
Sebelumnya, katanya, produk batik peguyuban yang meliputi delapan kelompok masyarakat pembatik di kawasan Candi Borobudur itu dengan motif yang diberi nama "Mandala", berupa tata ruang atas Candi Borobudur.
Ia menjelaskan bahwa ketua peguyuban tersebut, Jack Priyono, mendesain secara saksama atas motif baru itu, setelah kajian ide yang dikembangkan oleh anggota peguyuban bersama pihak pengelola kepariwisataan Candi Borobudur.
Pada kesempatan itu, Adi Winarto juga mengemukakan tentang keleluasaan anggota peguyuban untuk mengembangkan motif batik masing-masing, sedangkan untuk kepentingan kemitraan dilakukan melalui musyawarah.
"Kalau motif tunggal sudah ada sekitar 50 motif yang ditemukan, kalau untuk motif gabungan sudah sampai ratusan. Kalau terkait dengan kemitraan, kami melakukan musyawarah dan kajian dengan lebih matang. Kami berupaya mengembangkan motif batik secara berkualitas," katanya.
Berbagai motif batik yang dikembangkan peguyuban tersebut, katanya, tidak terlepas dari inspirasi atas Candi Borobudur, antara lain berupa relief, relung candi, dan bentuk stupa.
Ia mengaku produk ekonomi kreatif anggota peguyubannya yang berupa batik kawasan Candi Borobudur selama tiga hingga empat tahun terakhir, telah dikenal cukup luas oleh masyarakat, terutama wisatawan nusantara dan mancanegara.
"Batik kawasan Candi Borobudur cukup cepat dikenal karena adanya 'sarungisasi' wisatawan yang ke Candi Borobudur. Itu otomatis mempercepat produk batik kami semakin dikenal. Ada wisatawan yang langsung datang ke tempat produksi masing-masing anggota kelompok untuk membelinya," katanya.
Ia mengatakan persediaan sarung batik untuk wisatawan Candi Borobudur saat musim ramai antara 20 ribu-25 ribu lembar per hari, sedangkan pada hari biasa minimal 5.000 lembar.

