Pekalongan (ANTARA) - Pemerintah Kota Pekalongan, Jawa Tengah mengampanyekan gerakan sekolah mengelola sampah secara mandiri di jenjang taman kanak-kanak/RA, sekolah dasar/madrasah ibtidaiyah, dan sekolah menengah pertama (SMP).
Pelaksana Tugas Kepala Dinas Pendidikan Kota Pekalongan Mabruri di Pekalongan, Senin, mengatakan bahwa satuan pendidikan sebagai organ pemerintah memiliki peran penting dalam pengelolaan sampah.
"Oleh karena itu, kami merasa terpanggil untuk berkontribusi dalam persoalan sampah di daerah karena pendidikan adalah pintu awal perubahan perilaku. Semua kepala sekolah berkomitmen untuk mendukung gerakan ini," katanya.
Menurut dia, sebagian besar satuan pendidikan sebenarnya telah memiliki kegiatan yang terkait dengan memilah atau pengolahan sampah baik melalui program intrakurikuler maupun ekstrakurikuler.
Namun, kata dia, masih terdapat tantangan di lapangan seperti keterbatasan lahan, anggaran, dan sumber daya manusia terutama di jenjang TK/RA yang membutuhkan pendekatan khusus dan kesabaran dari para pendidik.
"Saat ini, SMP Negeri 8 dan SD Negeri Medono 8 sudah memiliki insinerator dan bisa dijadikan pilot project (proyek percontohan). Meski berbeda dari segi alat tetapi SMP Negeri 8 menggunakan alat permanen dan SD Negeri Medono memakai drum modifikasi yang keduanya terbukti mampu mengurangi emisi asap secara signifikan," katanya.
Jika nantinya alat seperti ini bisa dibuat dengan biaya di bawah Rp1 juta, kata dia, maka besar kemungkinan seluruh sekolah menengah pertama bisa memilikinya.
"Dengan adanya gerakan ini, kami berharap terbangun kolaborasi lintas sektor dalam penanganan sampah berbasis pendidikan yang pada akhirnya akan memperkuat budaya lingkungan bersih dan sehat dari ruang kelas hingga masyarakat," katanya.
Wali Kota Pekalongan Afzan Arslan Djunaid menyampaikan apresiasi atas langkah konkret sekolah-sekolah yang telah mulai mengelola sampah secara mandiri.
"Kegiatan ini merupakan bentuk nyata pencanangan gerakan pengelolaan sampah di sekolah. Kami akan mulai dari generasi TK, SD, dan SMP untuk membentuk budaya sadar memilah dan mengelola sampah," katanya.
Pada acara pencanangan Gerakan Sekolah Kelola Sampah ini dipamerkan karya daur ulang sampah dan berbagai inisiatif edukatif pengelolaan sampah berbasis sekolah, serta peluncuran video edukasi dan awarenes program blue deal Indonesia-Belanda terkait banjir dan rob.