RSUD Kudus siapkan aplikasi "Do Cart" untuk aduan pasien secara daring
Kudus (ANTARA) - RSUD Loekmono Hadi Kabupaten Kudus, Jawa Tengah menyediakan aplikasi "Do Cart" untuk menampung pengaduan pasien maupun pengunjung rumah sakit sebagai pengganti kotak saran dan kritik guna mempercepat penanganan keluhan masyarakat.
Peresmian aplikasi "Do Cart" atau digital online customer care terpadu sebagai aplikasi layanan pengaduan secara daring ditandai dengan pengambilan kotak saran dan kritik yang tertempel di ruang lobby RSUD Loekmono Hadi Kudus, kemudian digantikan dengan aplikasi digital dengan ditandai pindai barcode dengan telepon selular oleh Penjabat Bupati Kudus M. Hasan Chabibie, Selasa.
"Layanan bagi pasien maupun pengunjung tentunya juga harus disesuaikan dengan perkembangan digital yang semakin maju. Untuk itulah, layanan pengaduan tidak perlu lagi melalui surat dan dimasukkan ke dalam kotak saran, melainkan cukup melalaui gawai sudah bisa dilakukan," kata Direktur RSUD Loekmono Hadi Kudus Abdul Hakam di sela-sela peluncuran aplikasi "Do Cart" di ruang Lobby RSUD Loekmono Hadi Kudus.
Saat pelayanan pengaduan secara manual, kata dia, tahapannya tetap harus melalui disposisi direktur, sehingga ada keterlambatan dalam merespons aduan tersebut.
Ia berharap dengan hadirnya inovasi "DO Cart", maka layanan terhadap masyarakat, khususnya pasien bisa semakin berkualitas.
Pj Bupati Kudus Hasan Chabibie mengapresiasi inovasi dari RSUD Loekmono Hadi Kudus dengan menghadirkan layanan pengaduan secara daring, sehingga semakin memudahkan masyarakat yang hendak memberikan masukan agar layanan semakin berkualitas.
Apalagi, kata dia, di era digital seperti sekarang ini, tolok ukur layanan publik berdasarkan dari voice of customer (VOC).
"Ketika ada yang merasa tidak puas dengan layanan instansi pemerintah, misal di rumah sakit, maka akan diunggah di media sosial Twitter, kemudian disebutkan atau mention di akun terkenal, tentunya langsung viral," ujarnya.
Bahkan, kata dia, VOC tersebut menjadi parameter kualitas layanan yang tidak bisa ditolak. Sehingga hadirnya "Do Cart" ini tentu untuk mempercepat respons dari setiap pengaduan, sebelum disebarkan ke berbagai media sosial.
Menurut dia layanan pengaduan daring ini bisa efektif, ketika didukung sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, performa teknologi yang mumpuni, serta manajemen dan tata kelola yang baik untuk bisa merespons setiap pengaduan.
"Harapan saya, layanan 'Do Cart' ini layaknya Pegadaian, menyelesaikan masalah tanpa masalah," ujarnya.
Baca juga: Wali Kota Semarang minta percepatan pembangunan RSUD Mijen
Peresmian aplikasi "Do Cart" atau digital online customer care terpadu sebagai aplikasi layanan pengaduan secara daring ditandai dengan pengambilan kotak saran dan kritik yang tertempel di ruang lobby RSUD Loekmono Hadi Kudus, kemudian digantikan dengan aplikasi digital dengan ditandai pindai barcode dengan telepon selular oleh Penjabat Bupati Kudus M. Hasan Chabibie, Selasa.
"Layanan bagi pasien maupun pengunjung tentunya juga harus disesuaikan dengan perkembangan digital yang semakin maju. Untuk itulah, layanan pengaduan tidak perlu lagi melalui surat dan dimasukkan ke dalam kotak saran, melainkan cukup melalaui gawai sudah bisa dilakukan," kata Direktur RSUD Loekmono Hadi Kudus Abdul Hakam di sela-sela peluncuran aplikasi "Do Cart" di ruang Lobby RSUD Loekmono Hadi Kudus.
Saat pelayanan pengaduan secara manual, kata dia, tahapannya tetap harus melalui disposisi direktur, sehingga ada keterlambatan dalam merespons aduan tersebut.
Ia berharap dengan hadirnya inovasi "DO Cart", maka layanan terhadap masyarakat, khususnya pasien bisa semakin berkualitas.
Pj Bupati Kudus Hasan Chabibie mengapresiasi inovasi dari RSUD Loekmono Hadi Kudus dengan menghadirkan layanan pengaduan secara daring, sehingga semakin memudahkan masyarakat yang hendak memberikan masukan agar layanan semakin berkualitas.
Apalagi, kata dia, di era digital seperti sekarang ini, tolok ukur layanan publik berdasarkan dari voice of customer (VOC).
"Ketika ada yang merasa tidak puas dengan layanan instansi pemerintah, misal di rumah sakit, maka akan diunggah di media sosial Twitter, kemudian disebutkan atau mention di akun terkenal, tentunya langsung viral," ujarnya.
Bahkan, kata dia, VOC tersebut menjadi parameter kualitas layanan yang tidak bisa ditolak. Sehingga hadirnya "Do Cart" ini tentu untuk mempercepat respons dari setiap pengaduan, sebelum disebarkan ke berbagai media sosial.
Menurut dia layanan pengaduan daring ini bisa efektif, ketika didukung sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, performa teknologi yang mumpuni, serta manajemen dan tata kelola yang baik untuk bisa merespons setiap pengaduan.
"Harapan saya, layanan 'Do Cart' ini layaknya Pegadaian, menyelesaikan masalah tanpa masalah," ujarnya.
Baca juga: Wali Kota Semarang minta percepatan pembangunan RSUD Mijen