Membangun ekosistem biomassa menuju energi yang ramah lingkungan
Program cofiring PLTU merupakan program yang dibuat oleh PT PLN (Persero) dalam rangka meningkatkan bauran energi ramah lingkungan yang didapatkan dari kombinasi campuran bahan bakar biomassa dengan batubara melalui sistem cofiring.
PT PLN (Persero) telah menetapkan 52 PLTU yang akan melaksanakan program cofiring yang tersebar di seluruh Indonesia dan memiliki total kapasitas pembangkit sebesar 18.665 MW. Dengan demikian, dapat diperkirakan jika menggunakan sistem cofiring pada total kapasitas PLTU eksisting akan dapat meningkatkan bauran energi dari biomassa sampai sebesar 5 persen (933,25 MW).
Program tersebut merupakan upaya PT PLN (Persero) untuk mencapai target bauran energi terbarukan (EBT) sebesar 23 persen pada tahun 2025. PLN EPI menilai biomassa sangat kompetitif untuk memenuhi target dekarbonisasi di Indonesia, karena biaya listrik Levelized Cost of Electricity (LCOE) energi cofiring biomassa lebih rendah bila dibandingkan akselerator EBT lainnya.
Penggunaan teknologi cofiring tersebut menandakan komitmen Indonesia untuk mempercepat tujuan Net Zero Emissions (NZE) pada tahun 2060, mengingat PLTU merupakan salah satu penyumbang emisi CO2 terbesar. Dengan memanfaatkan biomassa dalam teknologi cofiring pada PLTU, PLN berhasil menurunkan emisi gas rumah kaca (GRK) hingga 1,05 juta ton CO2e dan menghasilkan 1,04 terawatt hour (TWh) energi bersih pada tahun 2023.
PT PLN (Persero) telah menetapkan 52 PLTU yang akan melaksanakan program cofiring yang tersebar di seluruh Indonesia dan memiliki total kapasitas pembangkit sebesar 18.665 MW. Dengan demikian, dapat diperkirakan jika menggunakan sistem cofiring pada total kapasitas PLTU eksisting akan dapat meningkatkan bauran energi dari biomassa sampai sebesar 5 persen (933,25 MW).
Program tersebut merupakan upaya PT PLN (Persero) untuk mencapai target bauran energi terbarukan (EBT) sebesar 23 persen pada tahun 2025. PLN EPI menilai biomassa sangat kompetitif untuk memenuhi target dekarbonisasi di Indonesia, karena biaya listrik Levelized Cost of Electricity (LCOE) energi cofiring biomassa lebih rendah bila dibandingkan akselerator EBT lainnya.
Penggunaan teknologi cofiring tersebut menandakan komitmen Indonesia untuk mempercepat tujuan Net Zero Emissions (NZE) pada tahun 2060, mengingat PLTU merupakan salah satu penyumbang emisi CO2 terbesar. Dengan memanfaatkan biomassa dalam teknologi cofiring pada PLTU, PLN berhasil menurunkan emisi gas rumah kaca (GRK) hingga 1,05 juta ton CO2e dan menghasilkan 1,04 terawatt hour (TWh) energi bersih pada tahun 2023.