Solo (ANTARA) - Pelaku bisnis perhotelan asal Kota Solo optimistis dengan kondisi pasar pada 2023 menyusul membaiknya perekonomian dalam negeri seiring dengan adanya pelonggaran aktivitas usai pandemi COVID-19.
CEO dan Founder Azana Hotels and Resorts Dicky Sumarsono di Solo, Selasa, mengatakan selama pandemi COVID-19 industri perhotelan mengalami waktu tunggu yang cukup lama untuk mampu kembali bangkit.
"Bisa sampai tiga tahun, sekarang yang telah lama dipendam selama tiga tahun mulai dilakukan seperti wedding (pernikahan), meeting (pertemuan). Jadi kembalinya kegiatan dari online ke offline, di sini hotel kecipratan (terkena dampak positif, red.)," katanya.
Apalagi, menurut dia, masyarakat Indonesia suka bersosialisasi dan berkegiatan. Dalam hal ini, hotel menjadi salah satu lokasi yang digunakan untuk berkegiatan masyarakat.
Baca juga: Libur akhir tahun, okupansi hotel di Banyumas meningkat
Selain itu, optimisme tersebut juga tidak lepas dari pertumbuhan ekonomi dalam negeri pada tahun depan yang diperkirakan masih di atas lima persen.
"Artinya ekonomi kita bergerak, apalagi jumlah populasi di Indonesia ini besar. Kalau menurut yang kami kelola yakni 70 hotel di Indonesia, yang jelek hanya satu hotel, itu (okupansinya, red.) di bawah 50 persen, selebihnya di atas 75 persen. Itu jadi salah satu indikator," katanya.
Melihat kondisi tersebut, dalam waktu empat bulan yakni Januari-April 2023 Azana akan membuka 10 hotel di sejumlah daerah di Indonesia, di antaranya di Selo Kabupaten Boyolali, Jayapura, Sarangan, dan Gombong.
Baca juga: Pemkab Kudus kaji upaya banding atas putusan sengketa IMB hotel
Melihat karakteristik pasar, tambah dia, hotel yang banyak diminati oleh masyarakat di antaranya yang berkonsep glamping, yakni penginapan dengan konsep perkemahan namun memiliki fasilitas mewah serta hotel bintang lima.
"Saya muter-muter, hotel bintang lima di Indonesia bahkan yang baru buka tidak ada yang sepi. Memang pertumbuhannya potensial. Selain itu konsep hotel tematik budget hotel, yakni yang punya karakter khusus juga makin banyak diminati," katanya.
Untuk mengoptimalkan potensi pasar tersebut, ia mengajak para pelaku perhotelan untuk makin inovatif dengan pelayanan yang diberikan kepada para tamu.
"Tetap harus gas pol tetapi dengan kepekaan dengan customer sentris. Model barunya menjadikan customer sebagai marketer. Gas pol terhadap inovasi termasuk mengubah bisnis model, harus relevan dengan pangsa pasar yang ada. Kalau ngotot pakai online semua nggak bisa, harus juga pakai offline," katanya.
Selain itu, yang perlu dilakukan adalah pelaku hotel cukup menyasar ke pasar yang gemuk sehingga potensi pasar lebih jelas.
Baca juga: Sambut libur Natal - Tahun Baru, BLUD Baturraden gandeng hotel berbintang
Baca juga: PHRI Pekalongan ajak komunitas wisata ikut promosikan potensi daerah
Baca juga: Termasuk cagar budaya, Pemkot Semarang hidupkan lagi hotel bersejarah Dibya Puri