Jakarta (ANTARA) - Ketua Pokja Infeksi Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PP-PDPI) Erlina Burhan mengemukakan prediksi penyakit COVID-19 menjadi 'flu biasa' di masa mendatang memungkinkan terjadi saat kepatuhan masyarakat terhadap protokol kesehatan diterapkan secara umum.
"Sekarang masyarakat terbiasa pakai masker dan tidak lagi malas cuci tangan dan interaksi agak berkurang. Kalau perilaku ini jadi hal umum, maka mungkin saja suatu ketika (COVID-19) akan diberlakukan seperti flu biasa," kata Erlina Burhan saat menjawab pertanyaan Antara dalam konferensi pers virtual terkait Omicron yang diikuti dari Aplikasi Zoom di Jakarta, Senin.
Erlina mengatakan ada kemungkinan sebagian varian SARS-CoV-2 penyebab COVID-19 dapat diperlakukan mirip seperti penyakit flu biasa atau musiman, khususnya varian dengan gejala yang ringan seperti Omicron.
Erlina mengatakan Omicron memiliki gejala yang relatif mirip dengan influenza biasa seperti batuk kering, nyeri pada tenggorokan, pilek, sakit kepala, nyeri di perut dan demam.
"Berdasarkan laporan 43 kasus Omicron di Amerika Serikat pada 1-8 Desember 2021, data dari 37 pasien simptomatik (bergejala) yang mengalami batuk 89 persen, fatigue 65 persen, hidung tersumbat 59 persen, demam 38 persen, mual atau muntah 22 persen, sesak napas 16 persen, diare 11 persen dan anosmia 8 persen," katanya.
Sementara berdasarkan pengamatan pada 17 pasien probable Omicron dan Omicron di RSUP Persahabatan, kata Erlina, sebanyak 65 persen bergejala ringan, batuk kering 63 persen, nyeri tenggorokan 54 persen, pilek 27 persen, sakit kepala 36 persen, demam 18 persen.
Erlina mengatakan Omicron pada kalangan tertentu seperti lansia, orang dengan komorbid atau penyakit bawaan, serta anak-anak tetap memerlukan perhatian secara khusus, terutama saat derajat kesakitan bersifat sedang, berat atau parah akan memerlukan perawatan medis.
Erlina mengingatkan masyarakat untuk tidak menganggap enteng Omicron yang ada saat ini. Sebab muncul kekhawatiran narasi COVID-19 yang dapat diperlakukan sama dengan penanganan flu biasa berisiko memicu perilaku abai masyarakat terhadap kepatuhan pada protokol kesehatan.
"Gejala flu pada Omicron ini memerlukan perlakuan khusus, contohnya memakai masker, isolasi saat terpapar. Itu tidak dilakukan oleh orang dengan flu biasa. Mereka tetap beraktivitas di luar rumah tanpa masker, sementara Omicron bisa menular dan berat juga bahkan meninggal," katanya.
Secara terpisah, Juru Bicara Kementerian Kesehatan RI Siti Nadia Tarmizi mengemukakan sejumlah perbedaan spesifik Omicron dengan flu biasa. "Flu tidak ada anosmia (hilang penciuman, meskipun di Omicron juga jarang terjadi," katanya.
Selain itu, Omicron dapat dibedakan dengan flu biasa berdasarkan hasil pemeriksaan PCR melalui metode S-Gene Target Failure (SGTF) untuk deteksi dini.