Paskah yang masygul karena pandemi COVID-19
Magelang (ANTARA) - Perempuan tua yang masih aktif dalam organisasi profesi tingkat Kabupaten Magelang, Jawa Tengah itu, mengirimkan poster ucapan Selamat Paskah 2020 kepada keluarga yang salah satu anggotanya turut menjadi pengurus organisasi tersebut.
"Selamat merayakan Tri Hari Suci, Kamis Putih, Jumat Agung, dan Minggu Paskah," begitu tulisan poster bergambar salib dengan latar belakang warna merah, dikirim pemeluk Islam secara taat yang tinggal di kawasan Candi Borobudur itu, kepada anak buahnya yang pemeluk Katolik dan tinggal di salah satu perumahan di Kecamatan Secang melalui layanan percakapan.
Perayaan Kamis Putih untuk mengenang saat-saat Yesus melakukan perjamuan malam terakhir bersama para murid, sedangkan Jumat Agung ibadat untuk mengenang penderitaan Yesus hingga wafat disalib, dan Minggu Paskah sebagai perayaan atas kebangkitan Yesus dari kematian yang dalam ajaran kristiani sebagai penebusan atas dosa-dosa manusia.
Tak lama berselang, perempuan yang juga Penasihat Ikatan Bidan Indonesia (IBI) Cabang Kabupaten Magelang bernama Sri Kuswanti (61) itu, menerima balasan foto keluarga anak buahnya ketika mengikuti Misa Kamis Putih secara "live streaming" dipimpin Uskup Agung Semarang Monsinyur Robertus Rubiyatmoko.
Uskup Ruby memimpin misa tersebut dari Katedral Santa Perawan Maria Ratu Rosario Suci Randusari, Kota Semarang dengan diikuti umat sekeuskupan setempat, termasuk satu keluarga Katolik di Secang, Kabupaten Magelang itu, Kamis (9/4) petang.
Dalam foto balasan dengan latar depan salib dan lilin itu terpampang anak buahnya yang juga bidan di salah satu puskesmas, suami, dan dua remaja putra-putri anak mereka, serta seorang perempuan lansia tetangganya yang bergabung dalam ibadat melalui daring tersebut, karena situasi pandemi virus corona baru (COVID-19).
Pandemi COVID-19 membuat pemerintah menganjurkan dengan serius kepada masyarakat untuk tidak berkumpul dalam jumlah banyak, termasuk ibadah berjamaah, karena rentan terjadinya penyebaran virus yang telah memakan banyak korban dan hingga saat ini merambah 209 negara, termasuk Indonesia.
Berbagai konten sosialisasi terkait dengan penanganan dan pencegahan penyebaran virus corona secara intensif melalui berbagai media dan kanal, disampaikan kepada masyarakat luas untuk dilaksanakan dengan saksama dan disiplin agar terjadi pemutusan mata rantai penularannya.
Pihak gereja, terutama melalui media sosial dan berbagai grup percakapan, juga turut menyosialisasikan kepada umat tentang upaya pencegahan penyebaran COVID-19.
Keuskupan Agung Semarang (KAS) mendukung kebijakan pencegahan penyebaran virus, antara lain dengan mengubah tatacara beribadah dari berkumpul umat menjadi secara "live streaming" difasilitasi Komisi Komunikasi Sosial KAS.
Melalui layanan itu, umat dengan keluarga mengikuti ibadat dari rumah masing-masing di wilayah kegembalaan keuskupan setempat yang meliputi sebagian wilayah Provinsi Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta.
Satu keluarga Katolik yang dikirimi ucapan Selamat Paskah oleh Bu Kus, sapaan untuk Sri Kuswanti itu, mengikuti ibadat dalam rangkaian Tri Hari Suci Paskah 2020 dengan menggunakan transmisi nirkabel dari telepon pintar terhubung melalui internet ke layar datar televisi keluarga.
"Kok jadi masygul saya melihatnya," kata perempuan yang bersama suaminya pada 2012 pergi ke Tanah Suci untuk berhaji itu. Ia menganggap keluarga tersebut sudah sebagai anaknya sendiri, di samping dua anak kandungnya yang semuanya perempuan dan masing-masing sudah berkeluarga.
Ia ungkapkan juga bahwa pandemi sebagai ujian iman diselenggarakan Tuhan kepada umat-Nya dengan berbagai latar belakang agama dan keyakinan, yang harus dijalani.
Betapa "anak" dengan keluarganya yang tinggal di kawasan itu tetap khidmat mendekatkan diri kepada Sang Kuasa sekaligus menjalani pekerjaan profesi sehari-harinya dalam situasi pandemi virus. Terlebih dalam semangat Hari Raya Paskah tahun ini.
"Semoga lebih khidmat ya. Tuhan lagi menguji iman kita," tuturnya.
Ketika mendapat cerita pendek melalui layanan percakapan tertutup bahwa seorang janda lansia tetangganya yang masih penyembuhan dari keseleo kaki untuk bergabung dalam misa Pekan Suci Paskah melalui "live streaming" di rumah itu, Bu Kus seakan terentak karena nilai luhur nurani sedang ditebarkan oleh keluarga kecil di tengah keadaan pandemi.
Selama KAS menyelenggarakan misa daring, perempuan lansia itu diketahui selalu mengikuti ibadat melalui stasiun radio Magelang FM milik Pemeritah Kota Magelang, salah satu di antara sejumlah stasiun radio yang merelai siaran ibadat tersebut, selama beberapa waktu terakhir.
"Alhamdulilah, dalam keadaan apapun tetap sempat beramal sesama. Tuhan tidak pernah salah menilai umat-Nya. Semoga kita diberi kesehatan dan keselamatan dunia dan akhirat," tulis Bu Kus yang juga pensiunan pejabat di Dinas Kesehatan Kabupaten Magelang sejak beberapa tahun terakhir ini.
Gestur masygul juga nampak dalam diri Uskup Agung Semarang Monsinyur Robertus Rubiyatmoko ketika memimpin Misa Prapaskah Minggu IV, Minggu (22/3), secara "live streaming" putaran kedua, setelah yang pertama pada sehari sebelumnya.
Ketika itu, ia ungkapkan betapa umat rindu mengikuti ekaristi sebagai puncak kehidupan iman kristiani. Ibadat ekaristi sebagai ungkapan iman umat untuk selalu dekat dengan Allah. Terlebih dalam menghadapi pandemi, kerinduan kepada Allah itu untuk pembebasan, perlindungan, dan penjagaan, khususnya dari serangan virus corona baru.
"Kita yang sehat merindukan, mengharapkan, berdoa agar tetap terbebaskan dari virus ini, yang sakit pun bisa segera tersembuhkan sehingga bisa menjalankan aktivitas selanjutnya, dan untuk mereka yang telah meninggal karena virus ini, kita mohonkan damai abadi kepada Tuhan," ucap Uskup Ruby ketika menegaskan tentang wujud kerinduan umat paling riil saat pandemi.
Ia sempat menghentikan khotbahnya selama beberapa saat sambil menghela napas untuk mengatur emosionalnya, ketika mengungkapkan betapa situasi multidampak atas pandemi membuat umat mendapat peneguhan melalui banyak pengalaman iman.
Ia sebut misa daring putaran pertama pada Sabtu (21/3) oleh KAS yang disimak lebih dari 100.000 orang sebagai salah satu bukti betapa umat merindukan kehadiran Allah.
Begitu juga ketika menyimak aliran berbagi pengalaman iman oleh umat melalui media sosial, Uskup Ruby mengungkapkan masygulnya dengan sebutan "'Nggeregel', terenyuh, tergetar", karena banyak pengalaman iman yang meneguhkan, termasuk dirinya ikut diteguhkan.
Sekitar lima kali terjadi gerak refleks pelupuk mata Sang Uskup, lalu kepalanya tertunduk sejenak dan tangan kanan memegang dada. Mungkin, ia hendak menahan air matanya agar tidak menetes ketika mengungkapkan tentang besarnya kepedulian Allah melalui peneguhan iman kepada umat-Nya.
"Allah berkenan hadir, nyambangi kita, diri kita masing-masing, juga dalam keluarga kita masing-masing. Kita semua merasakan itu, sungguh Allah peduli kepada kita yang sedang mengalami kesusahan (karena pandemi COVID-19, red.) ini," katanya.
Oleh karena itu, ia mengajak umat menghadapi virus corona dengan optimisme karena Tuhan yang penduli tersebut menjaga dan melindungi umat beriman.
Ungkapan masygul kembali terjadi ketika Monsinyur Ruby memimpin doa pembukaan dalam ibadat Jumat Agung pada Jumat (9/4) sore secara "live steaming".
Saat membacakan doa pembukaan ibadat itulah, suara pemimpin tertinggi umat Katolik keuskupan setempat yang sejak awal terbata-bata, lalu terdengar semakin menjadi parau.
"Ingatlah ya Allah Bapa akan belas kasih-Mu, kuduskanlah dan lindungilah selalu hamba-hamba-Mu. Bagi merekalah, Kristus Putra-Mu telah memulai misteri Paskah dengan penumpahan darah-Nya," ucapnya.
Betapa penderitaan umat bersama seluruh masyarakat umum lainnya karena pandemi COVID-19 dengan multiganda dampaknya terhadap berbagai sendi kehidupan, terjadi bersamaan waktunya dengan rangkaian peringatan atas penderitaan hingga kematian Yesus disalib.
Oleh karenanya, dalam suasana kesedihan, umat diajak memperkuat solidaritas dan semangat berbagi kepada lainnya, serta mengungkapkan keteladanan Sang Nabi dalam menyelesaikan tugas dan tanggung jawab secara total melalui tindakan nyata, guna mengatasi serangan mematikan virus corona.
Semangat Paskah tahun ini, bagi umat kristiani sungguh-sungguh sebagai spirit kebangkitan untuk membebaskan diri dari penderitaan akibat pandemi.
"Selamat merayakan Tri Hari Suci, Kamis Putih, Jumat Agung, dan Minggu Paskah," begitu tulisan poster bergambar salib dengan latar belakang warna merah, dikirim pemeluk Islam secara taat yang tinggal di kawasan Candi Borobudur itu, kepada anak buahnya yang pemeluk Katolik dan tinggal di salah satu perumahan di Kecamatan Secang melalui layanan percakapan.
Perayaan Kamis Putih untuk mengenang saat-saat Yesus melakukan perjamuan malam terakhir bersama para murid, sedangkan Jumat Agung ibadat untuk mengenang penderitaan Yesus hingga wafat disalib, dan Minggu Paskah sebagai perayaan atas kebangkitan Yesus dari kematian yang dalam ajaran kristiani sebagai penebusan atas dosa-dosa manusia.
Tak lama berselang, perempuan yang juga Penasihat Ikatan Bidan Indonesia (IBI) Cabang Kabupaten Magelang bernama Sri Kuswanti (61) itu, menerima balasan foto keluarga anak buahnya ketika mengikuti Misa Kamis Putih secara "live streaming" dipimpin Uskup Agung Semarang Monsinyur Robertus Rubiyatmoko.
Uskup Ruby memimpin misa tersebut dari Katedral Santa Perawan Maria Ratu Rosario Suci Randusari, Kota Semarang dengan diikuti umat sekeuskupan setempat, termasuk satu keluarga Katolik di Secang, Kabupaten Magelang itu, Kamis (9/4) petang.
Dalam foto balasan dengan latar depan salib dan lilin itu terpampang anak buahnya yang juga bidan di salah satu puskesmas, suami, dan dua remaja putra-putri anak mereka, serta seorang perempuan lansia tetangganya yang bergabung dalam ibadat melalui daring tersebut, karena situasi pandemi virus corona baru (COVID-19).
Pandemi COVID-19 membuat pemerintah menganjurkan dengan serius kepada masyarakat untuk tidak berkumpul dalam jumlah banyak, termasuk ibadah berjamaah, karena rentan terjadinya penyebaran virus yang telah memakan banyak korban dan hingga saat ini merambah 209 negara, termasuk Indonesia.
Berbagai konten sosialisasi terkait dengan penanganan dan pencegahan penyebaran virus corona secara intensif melalui berbagai media dan kanal, disampaikan kepada masyarakat luas untuk dilaksanakan dengan saksama dan disiplin agar terjadi pemutusan mata rantai penularannya.
Pihak gereja, terutama melalui media sosial dan berbagai grup percakapan, juga turut menyosialisasikan kepada umat tentang upaya pencegahan penyebaran COVID-19.
Keuskupan Agung Semarang (KAS) mendukung kebijakan pencegahan penyebaran virus, antara lain dengan mengubah tatacara beribadah dari berkumpul umat menjadi secara "live streaming" difasilitasi Komisi Komunikasi Sosial KAS.
Melalui layanan itu, umat dengan keluarga mengikuti ibadat dari rumah masing-masing di wilayah kegembalaan keuskupan setempat yang meliputi sebagian wilayah Provinsi Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta.
Satu keluarga Katolik yang dikirimi ucapan Selamat Paskah oleh Bu Kus, sapaan untuk Sri Kuswanti itu, mengikuti ibadat dalam rangkaian Tri Hari Suci Paskah 2020 dengan menggunakan transmisi nirkabel dari telepon pintar terhubung melalui internet ke layar datar televisi keluarga.
"Kok jadi masygul saya melihatnya," kata perempuan yang bersama suaminya pada 2012 pergi ke Tanah Suci untuk berhaji itu. Ia menganggap keluarga tersebut sudah sebagai anaknya sendiri, di samping dua anak kandungnya yang semuanya perempuan dan masing-masing sudah berkeluarga.
Ia ungkapkan juga bahwa pandemi sebagai ujian iman diselenggarakan Tuhan kepada umat-Nya dengan berbagai latar belakang agama dan keyakinan, yang harus dijalani.
Betapa "anak" dengan keluarganya yang tinggal di kawasan itu tetap khidmat mendekatkan diri kepada Sang Kuasa sekaligus menjalani pekerjaan profesi sehari-harinya dalam situasi pandemi virus. Terlebih dalam semangat Hari Raya Paskah tahun ini.
"Semoga lebih khidmat ya. Tuhan lagi menguji iman kita," tuturnya.
Ketika mendapat cerita pendek melalui layanan percakapan tertutup bahwa seorang janda lansia tetangganya yang masih penyembuhan dari keseleo kaki untuk bergabung dalam misa Pekan Suci Paskah melalui "live streaming" di rumah itu, Bu Kus seakan terentak karena nilai luhur nurani sedang ditebarkan oleh keluarga kecil di tengah keadaan pandemi.
Selama KAS menyelenggarakan misa daring, perempuan lansia itu diketahui selalu mengikuti ibadat melalui stasiun radio Magelang FM milik Pemeritah Kota Magelang, salah satu di antara sejumlah stasiun radio yang merelai siaran ibadat tersebut, selama beberapa waktu terakhir.
"Alhamdulilah, dalam keadaan apapun tetap sempat beramal sesama. Tuhan tidak pernah salah menilai umat-Nya. Semoga kita diberi kesehatan dan keselamatan dunia dan akhirat," tulis Bu Kus yang juga pensiunan pejabat di Dinas Kesehatan Kabupaten Magelang sejak beberapa tahun terakhir ini.
Gestur masygul juga nampak dalam diri Uskup Agung Semarang Monsinyur Robertus Rubiyatmoko ketika memimpin Misa Prapaskah Minggu IV, Minggu (22/3), secara "live streaming" putaran kedua, setelah yang pertama pada sehari sebelumnya.
Ketika itu, ia ungkapkan betapa umat rindu mengikuti ekaristi sebagai puncak kehidupan iman kristiani. Ibadat ekaristi sebagai ungkapan iman umat untuk selalu dekat dengan Allah. Terlebih dalam menghadapi pandemi, kerinduan kepada Allah itu untuk pembebasan, perlindungan, dan penjagaan, khususnya dari serangan virus corona baru.
"Kita yang sehat merindukan, mengharapkan, berdoa agar tetap terbebaskan dari virus ini, yang sakit pun bisa segera tersembuhkan sehingga bisa menjalankan aktivitas selanjutnya, dan untuk mereka yang telah meninggal karena virus ini, kita mohonkan damai abadi kepada Tuhan," ucap Uskup Ruby ketika menegaskan tentang wujud kerinduan umat paling riil saat pandemi.
Ia sempat menghentikan khotbahnya selama beberapa saat sambil menghela napas untuk mengatur emosionalnya, ketika mengungkapkan betapa situasi multidampak atas pandemi membuat umat mendapat peneguhan melalui banyak pengalaman iman.
Ia sebut misa daring putaran pertama pada Sabtu (21/3) oleh KAS yang disimak lebih dari 100.000 orang sebagai salah satu bukti betapa umat merindukan kehadiran Allah.
Begitu juga ketika menyimak aliran berbagi pengalaman iman oleh umat melalui media sosial, Uskup Ruby mengungkapkan masygulnya dengan sebutan "'Nggeregel', terenyuh, tergetar", karena banyak pengalaman iman yang meneguhkan, termasuk dirinya ikut diteguhkan.
Sekitar lima kali terjadi gerak refleks pelupuk mata Sang Uskup, lalu kepalanya tertunduk sejenak dan tangan kanan memegang dada. Mungkin, ia hendak menahan air matanya agar tidak menetes ketika mengungkapkan tentang besarnya kepedulian Allah melalui peneguhan iman kepada umat-Nya.
"Allah berkenan hadir, nyambangi kita, diri kita masing-masing, juga dalam keluarga kita masing-masing. Kita semua merasakan itu, sungguh Allah peduli kepada kita yang sedang mengalami kesusahan (karena pandemi COVID-19, red.) ini," katanya.
Oleh karena itu, ia mengajak umat menghadapi virus corona dengan optimisme karena Tuhan yang penduli tersebut menjaga dan melindungi umat beriman.
Ungkapan masygul kembali terjadi ketika Monsinyur Ruby memimpin doa pembukaan dalam ibadat Jumat Agung pada Jumat (9/4) sore secara "live steaming".
Saat membacakan doa pembukaan ibadat itulah, suara pemimpin tertinggi umat Katolik keuskupan setempat yang sejak awal terbata-bata, lalu terdengar semakin menjadi parau.
"Ingatlah ya Allah Bapa akan belas kasih-Mu, kuduskanlah dan lindungilah selalu hamba-hamba-Mu. Bagi merekalah, Kristus Putra-Mu telah memulai misteri Paskah dengan penumpahan darah-Nya," ucapnya.
Betapa penderitaan umat bersama seluruh masyarakat umum lainnya karena pandemi COVID-19 dengan multiganda dampaknya terhadap berbagai sendi kehidupan, terjadi bersamaan waktunya dengan rangkaian peringatan atas penderitaan hingga kematian Yesus disalib.
Oleh karenanya, dalam suasana kesedihan, umat diajak memperkuat solidaritas dan semangat berbagi kepada lainnya, serta mengungkapkan keteladanan Sang Nabi dalam menyelesaikan tugas dan tanggung jawab secara total melalui tindakan nyata, guna mengatasi serangan mematikan virus corona.
Semangat Paskah tahun ini, bagi umat kristiani sungguh-sungguh sebagai spirit kebangkitan untuk membebaskan diri dari penderitaan akibat pandemi.