Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) menjadi instansi yang ditunjuk untuk penguatan produksi pada sektor ini.
Kepala Seksi Industri Elektronika dan Telematika Disperindag Jateng Sigid Adi Brata mengatakan bahwa sejak awal 2014 pihaknya sudah mulai mempersiapkan industri tersebut.
Salah satunya dengan mendirikan incubator business center industri kreatif digital di Jalan Bukit Unggul Nomor 2-4 Sampangan, Semarang.
Keberadaan inkubator tersebut guna mempersiapkan para pelaku industri kreatif, khususnya di bidang teknologi informasi, yang semula hanya menjadikan kegiatan tersebut sebagai hobi, kini menjadi pekerjaan yang bisa mendatangkan penghasilan.
Beberapa bidang yang dilatih pada pusat inkubator bisnis tersebut di antaranya animasi, permainan, komik digital, multimedia, dan software aplikasi.
"Pada pusat inkubator bisnis tersebut mereka terbagi dalam beberapa perusahaan atau kami biasa menyebutnya dengan tenant, yaitu untuk komik ada satu tenant, animasi ada tiga tenant, game dan software aplikasi masing-masing satu tenant," katanya di Semarang, Selasa.
Untuk masing-masing tenant terdiri atas 2-3 orang. Selanjutnya, mereka dididik agar bisa menguasai masing-masing bidang yang mereka geluti oleh para ahli di antaranya pelaku industri kreatif dan dosen.
"Pada program tersebut, para peserta akan dilatih hingga dua tahun. Selanjutnya, mereka keluar dari pusat tersebut dan diharapkan bisa memiliki perusahaan mandiri," katanya.
Meski demikian, pihaknya juga berupaya menghubungkan para peserta ke beberapa perusahaan skala nasional sesuai dengan bidangnya masing-masing. Salah satu perusahaan yang diharapkan bisa menampung para pelaku industri kreatif ini, yaitu rumah produksi Dreamlight yang ada di Ungaran.
"Dreamlight ini memiliki anak perusahaan yang bernama Dreamtoon, para peserta pusat inkubator bisnis tersebut kami koneksikan ke sana," katanya.
Meski demikian, saat ini sejumlah peserta sudah mulai mengerjakan pesanan dari mitra kerja, salah satunya mengerjakan animasi untuk media pembelajaran di sekolah.
Pihaknya juga akan mengikutkan produk mereka ke sejumlah pameran dan festival tingkat nasional. Melalui pameran dan festival tersebut, diharapkan bisa menjaring calon mitra kerja yang selanjutnya bisa bekerja sama secara langsung dengan para peserta.
"Di sini kami hanya mengupayakan koneksi. Untuk masalah bisnisnya seperti apa, itu mutlak hak dari para peserta," katanya.
Industri Mode
Upaya menumbuhkan industri kreatif juga dilakukan pada sektor kreatif desain mode. Menurut Kepala Bidang Industri Logam, Mesin, dan Tekstil Disperindag Jateng Mukti Sarjono saat ini Disperindag tengah mengumpulkan sejumlah desainer pemula di setiap daerah di Jawa Tengah.
Menurut dia, para desainer pemula tersebut akan dilatih oleh para desainer profesional lokal untuk selanjutnya disiapkan agar bisa mengikuti pameran, festival, maupun fashion show, baik tingkat lokal maupun nasional.
Sesuai dengan rencana Disperindag Jateng sendiri, pada November mendatang pihaknya akan menyelenggarakan fashion on the street. Diharapkan pada desainer pemula yang dalam waktu dekat ini akan mulai mengikuti pelatihan bisa terlibat dalam kegiatan tersebut.
Pada pelatihan tersebut, para desainer pemula akan dilatih oleh desainer profesional dari Asosiasi Perancang Pengusaha Mode Indonesia (APPMI).
"Kami ingin mencetak desainer profesional melalui tangan-tangan ahli, di antaranya dari desainer yang sudah menjadi anggota dari APPMI," katanya.
Mengenai jumlah pelaku desain mode profesional di Jateng, Mukti mengatakan bahwa sejauh ini sudah banyak desainer dari Jateng salah satunya Semarang yang sudah memiliki prestasi di kancah nasional, bahkan internasional.
Meski demikian, pihaknya berupaya untuk terus menambah jumlah desainer tersebut mengingat industri kreatif sendiri menjadi salah satu program unggulan Presiden RI Joko Widodo.
"Kami berupaya terus menyiapkan mereka agar siap memamerkan hasil produksinya kepada masyarakat luas, salah satunya dari pagelaran Fashion on the street November mendatang," katanya.
Pada kegiatan tersebut pihaknya juga akan bekerja sama dengan Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Jateng sehingga diharapkan masing-masing pihak bisa ikut berperan dalam perkembangan industri kreatif di bidang mode.
Mengenai pertumbuhan industri pakaian jadi di Jateng sendiri, menurut Mukti, tidak kalah jika dibandingkan dengan beberapa daerah lain. Meski demikian, untuk saat ini pihaknya berharap agar pelaku industri pakaian jadi mulai mengarahkan ke mode sehingga segmentasi penjualannya makin variatif.
"Sebetulnya kalau dari segi produksi tekstil sendiri Jateng sudah sangat bagus. Akan tetapi, kami ingin mengarahkan ke sektor yang lain salah satunya fashion ini," katanya.
Sokong Perekonomian
Industri kreatif di Jateng masih banyak berbentuk IKM. Namun, berperan dalam menyokong perekonomian terutama untuk kelangsungan industri sedang dan besar yang ada di Jawa Tengah.
Menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Jateng yang dikeluarkan pada 2 Februari lalu, pertumbuhan produksi industri manufaktur mikro dan kecil pada triwulan keempat 2014 jika dibandingkan dengan triwulan ketiga tahun yang sama menunjukkan pertumbuhan cukup baik.
"Ada pertumbuhan sebesar 2,15 persen, kenaikan pertumbuhan produksi tersebut disumbangkan oleh hampir seluruh kelompok industri yang ada di Jateng," kata Kepala Bidang Statistik Produksi BPS Jateng Totok Tavirijanto di Semarang, Selasa.
Menurut dia, dari 22 kelompok industri yang ada, 19 di antaranya memberikan kontribusi kenaikan dan tiga kelompok industri lainnya mengalami penurunan pertumbuhan produksi.
Khusus untuk industri tekstil dan pakaian jadi, kata dia, merupakan sebagian dari kelompok industri yang mengalami pertumbuhan positif. Menurut data dari BPS, jika pada triwulan ketiga tahun lalu industri tekstil mengalami pertumbuhan negatif atau terjadi penurunan produksi sebesar 2,44 persen, untuk triwulan selanjutnya tumbuh positif sebesar 2,48 persen.
Selanjutnya, untuk pakaian jadi jika pada Triwulan III menunjukkan pertumbuhan negatif hingga mencapai 9,93 persen. Namun, pada triwulan selanjutnya sudah mulai menggeliat dengan tumbuh positif sebesar 2,29 persen.
Dengan adanya peningkatan produksi di sejumlah sektor industri kreatif, diharapkan bisa berkontribusi secara signifikan terhadap pertumbuhan industri manufaktur secara keseluruhan di Jateng.
Sebelumnya, untuk mengembangkan industri kreatif tersebut Presiden Joko Widodo telah melantik Triawan Munaf sebagai Kepala Badan Ekonomi Kreatif Indonesia.
Badan Ekonomi Kreatif pada awal dibentuk pada tahun 2015 mendapat anggaran sekitar Rp1 triliun. Dana tersebut diharapkan dapat digunakan untuk membiayai program-program yang diharapkan dapat meningkatkan penghasilan bagi negara.
Badan ini membawahi 16 subsektor di bidang industri kreatif, di antaranya film, musik, tari, kuliner, fashion, kerajinan tangan, fotografi, game, arsitektur, desain interior, dan video.
Triawan sendiri menargetkan kehadiran BEK dapat meningkatkan penerimaan negara dari sektor industri kreatif hingga dua kali lipat. Perlu diketauhi, saat ini sektor industri kreatif baru menyumbang 7 persen dari PDB.