Ita dan Dico hadir di Ki Ageng Pandanaran Art Festival
Semarang (ANTARA) - Wali Kota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu dan Bupati Kendal Dico Ganinduto terlihat hadir pada Ki Ageng Pandanaran Art Festival 2024 yang berlangsung di kawasan Kota Lama Semarang Jawa Tengah, Sabtu.
Ita, sapaan akrab Hevearita, berkesempatan membuka Ki Ageng Pandanaran Art Festival 2024 yang berlangsung selama satu hari itu, sedangkan Dico sebagai kepala daerah yang diundang.
"Hari ini ada acara Ki Ageng Pandanaran Art Festival 2024 dan juga hari kebaya nasional yang pertama, ini memang kami kolaborasi bagaimana mengintegrasikan pariwisata," kata Ita usai membuka festival tersebut.
Karena itu, kata dia, Pemerintah Kota Semarang mengundang kepala daerah di wilayah Kedung Sepur (Kendal, Demak, Ungaran, Salatiga, Kabupaten Semarang, Kota Semarang, dan Purwodadi).
"Kami mengundang kepala daerah se-Kedung Sepur untuk menyatukan pariwisata. Nah, pariwisata ini kan banyak, ada 'heritage', ada religi, ada pariwisata air, lalu pariwisata yang kekinian, dan sebagainya," katanya.
Dari deretan kepala daerah "hinterland" yang diundang, hanya nampak Dico selaku Bupati Kendal, dan Ita memaklumi mereka yang tidak dapat hadir karena kesibukan masing-masing sehingga diwakilkan.
"Yang hadir hanya Mas Dico, yang lain ada kepala dinas pariwisata kabupaten/kota. Kami memaklumi dengan kesibukan masing-masing. Kalau Mas Dico kebetulan punya rumah di Semarang sehingga bisa hadir dan terima kasih atas kehadirannya," katanya.
Ia berharap ke depan pengembangan pariwisata di Kota Semarang bisa terintegrasi secara baik dengan daerah-daerah penyangga, yakni Kedung Sepur.
"Kami mengundang seluruh bupati/wali kota se-Kedung Sepur untuk menyinergikan jadi satu untuk destinasi wisata ini bisa menjadi hidup dan terintegrasi," katanya.
Mengenai Ki Ageng Pandanaran Art Festival 2024, ia menjelaskan bahwa festival itu merupakan kegiatan dalam rangka memberikan ruang dan tempat apresiasi bagi para seniman dan pelaku kesenian.
"Sekaligus memberikan hiburan atraksi wisata bagi masyarakat Kota Semarang dan para wisatawan yang datang ke Kota Lama Semarang," katanya.
Ki Ageng Pandanaran Art Festival dibagi menjadi Empat Kampoeng yaitu, Kampoeng Orat-Oret, Kampung Kenangan, Kampung Film, dan Kampung Foto Para Seni.
Kegiatan tersebut dimulai pukul 15.00 WIB dan berlokasi tersebar di beberapa titik venue di Kawasan Kota Lama Semarang.
Pada kegiatan tersebut diluncurkan juga program Gemerlap Wayang Dahsyat (StrateGi ImplEMEntasi PaRiwisata BerkuaLitas DalAm Rangka Mewujudkan Destinasi PariWisAta Yang BerdayA SaING, Berkelanjutan Dan Meningkatkan KeSejahteraan RakYAT di Kota Semarang), sebagai strategi untuk memajukan sektor pariwisata di Kota Semarang.
Selain itu, ada Parade 1.000 Wanita Berkebaya Jawa, yang merupakan kegiatan yang diinisiasi oleh Komunitas Perbawa (Perempuan Berkebaya Jawa) dengan melibatkan berbagai komunitas anak muda atau milenial sebagai wujud dukungan dalam peringatan Hari kebaya Nasional.
"Ini yang kami lakukan adalah memeringati Hari Kebaya Nasional. karena kebaya saat ini sedang berproses diajukan ke UNESCO. Ini bisa nguri-uri budaya anak-anak muda bisa pakai kebaya sehingga kebaya ini tidak akan lekang oleh waktu," kata Ita.
Ita, sapaan akrab Hevearita, berkesempatan membuka Ki Ageng Pandanaran Art Festival 2024 yang berlangsung selama satu hari itu, sedangkan Dico sebagai kepala daerah yang diundang.
"Hari ini ada acara Ki Ageng Pandanaran Art Festival 2024 dan juga hari kebaya nasional yang pertama, ini memang kami kolaborasi bagaimana mengintegrasikan pariwisata," kata Ita usai membuka festival tersebut.
Karena itu, kata dia, Pemerintah Kota Semarang mengundang kepala daerah di wilayah Kedung Sepur (Kendal, Demak, Ungaran, Salatiga, Kabupaten Semarang, Kota Semarang, dan Purwodadi).
"Kami mengundang kepala daerah se-Kedung Sepur untuk menyatukan pariwisata. Nah, pariwisata ini kan banyak, ada 'heritage', ada religi, ada pariwisata air, lalu pariwisata yang kekinian, dan sebagainya," katanya.
Dari deretan kepala daerah "hinterland" yang diundang, hanya nampak Dico selaku Bupati Kendal, dan Ita memaklumi mereka yang tidak dapat hadir karena kesibukan masing-masing sehingga diwakilkan.
"Yang hadir hanya Mas Dico, yang lain ada kepala dinas pariwisata kabupaten/kota. Kami memaklumi dengan kesibukan masing-masing. Kalau Mas Dico kebetulan punya rumah di Semarang sehingga bisa hadir dan terima kasih atas kehadirannya," katanya.
Ia berharap ke depan pengembangan pariwisata di Kota Semarang bisa terintegrasi secara baik dengan daerah-daerah penyangga, yakni Kedung Sepur.
"Kami mengundang seluruh bupati/wali kota se-Kedung Sepur untuk menyinergikan jadi satu untuk destinasi wisata ini bisa menjadi hidup dan terintegrasi," katanya.
Mengenai Ki Ageng Pandanaran Art Festival 2024, ia menjelaskan bahwa festival itu merupakan kegiatan dalam rangka memberikan ruang dan tempat apresiasi bagi para seniman dan pelaku kesenian.
"Sekaligus memberikan hiburan atraksi wisata bagi masyarakat Kota Semarang dan para wisatawan yang datang ke Kota Lama Semarang," katanya.
Ki Ageng Pandanaran Art Festival dibagi menjadi Empat Kampoeng yaitu, Kampoeng Orat-Oret, Kampung Kenangan, Kampung Film, dan Kampung Foto Para Seni.
Kegiatan tersebut dimulai pukul 15.00 WIB dan berlokasi tersebar di beberapa titik venue di Kawasan Kota Lama Semarang.
Pada kegiatan tersebut diluncurkan juga program Gemerlap Wayang Dahsyat (StrateGi ImplEMEntasi PaRiwisata BerkuaLitas DalAm Rangka Mewujudkan Destinasi PariWisAta Yang BerdayA SaING, Berkelanjutan Dan Meningkatkan KeSejahteraan RakYAT di Kota Semarang), sebagai strategi untuk memajukan sektor pariwisata di Kota Semarang.
Selain itu, ada Parade 1.000 Wanita Berkebaya Jawa, yang merupakan kegiatan yang diinisiasi oleh Komunitas Perbawa (Perempuan Berkebaya Jawa) dengan melibatkan berbagai komunitas anak muda atau milenial sebagai wujud dukungan dalam peringatan Hari kebaya Nasional.
"Ini yang kami lakukan adalah memeringati Hari Kebaya Nasional. karena kebaya saat ini sedang berproses diajukan ke UNESCO. Ini bisa nguri-uri budaya anak-anak muda bisa pakai kebaya sehingga kebaya ini tidak akan lekang oleh waktu," kata Ita.