Semarang (ANTARA) - Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo memberdayakan para perempuan kelompok rentan di 1.700 desa dengan beragam pelatihan berwirausaha sebagai upaya menurunkan angka tengkes (stunting) di Jateng.
“Caranya dengan beragam pelatihan untuk berwirausaha agar lebih berdaya dan kebutuhan gizi tercukupi,” katanya di Semarang, Senin.
Ia menjelaskan bahwa perempuan kelompok rentan bukanlah pelaku UMKM murni, tapi potret masyarakat bawah yang berstatus kepala keluarga, penyintas COVID-19, korban kekerasan, korban bencana, penyandang disabilitas, kelompok pengemis gelandangan dan orang telantar (PGOT), bahkan kategori pengidap HIV/AIDS atau ODHA.
Implementasi program tersebut diantaranya, berbentuk Program Peningkatan Produktivitas Ekonomi Perempuan (PPEP) untuk perempuan rentan di desa-desa.
“Program PPEP meliputi pendampingan teknis sesuai potensi, kearifan, dan kebutuhan masyarakat setempat sehingga perempuan rentan belajar tentang keterampilan merintis wirausaha,” katanya.
Program ini mengalami lompatan luar biasa di tahun 2020 saat masa pandemi COVID-19, dimana pada 2019 baru ada tiga desa di tiga kabupaten yang menerima program tersebut, maka pada tahun 2020 Ganjar berhasil menggenjotnya jadi 1.701 desa di 35 kabupaten/kota.
Tahun 2021 dan 2022 program pemberdayaan kelompok perempuan rentan berlanjut dengan jumlah desa yang sama.
Selain itu, ada pula gerakan kolaborasi lintas sektor untuk mencegah dan menanggulangi angka tengkes di Jateng yang diawali dengan proses identifikasi terhadap perempuan rentan yang ada di kabupaten/kota.
Selanjutnya, organisasi perangkat daerah KB, Dinas Sosial dan Dinas Kesehatan setempat bersinergi dalam melakukan pelayanan keluarga berencana, mulai pemasangan alat kontrasepsi sesuai permintaan, dan persetujuan hingga konsultasi pasangan usia subur.
I menegaskan, selama ini pihaknya sudah memprioritaskan perempuan rentan, anak, dan disabilitas dalam upaya pembangunan dan pengembangan daerah, termasuk dalam pengambilan keputusan.
Ketua Jaringan Perempuan Usaha Kecil Kabupaten Wonosobo sekaligus pendamping PPEP Nuke Maya Kurnianingsih mengakui program PPEP yang digerakkan Pemprov Jateng secara masif berhasil membuat perempuan di desa menjadi lebih berdaya dan mandiri.
"Mereka tak lagi hanya sebagai ibu rumah tangga yang berpangku tangan, tapi perempuan produktif yang menghasilkan produk-produk hasil pelatihan, pintar mengelola manajemen pemasaran, dan bisa mengurus PIRT (pangan industri rumah tangga) ketika bikin industri rumahan," katanya.
Selain itu, berbagai model pendampingan dilakukan lewat Program PPEP, mulai membantu mengurus perizinan, mendorong ide-ide baru usaha, dan membuka jejaring dalam pasar daring.
Menurut dia, saat ini ada sekitar 1.500 orang perempuan rentan dari 12 kelurahan dan 16 desa dari 15 kecamatan yang dibina oleh pihaknya.
Ia menyebut Program PPEP di daerahnya menghasilkan sejumlah sentra UMKM baru seperti sentra anyaman di Desa Candirejo, Kecamatan Mojotengah, sentra batik di Kecamatan Wadaslintang dan Leksono, dan sentra ecoprint di Kecamatan Kaliwiro.
Pendamping PPEP di Kabupaten Kebumen, Marlina Indianingrum, berterima kasih kepada Gubernur Ganjar Pranowo beserta jajarannya karena ada enam desa di Kebumen yang menjadi lokasi kegiatan, bahkan salah satu binaannya yaitu PPEP Stinggil di Desa Wonosari, Kecamatan Sadang menjadi juara pertama Lomba PPEP Tingkat Jateng tahun 2022.
"Kegiatan pelatihan pembuatan makanan olahan yang digelar provinsi sangat bermanfaat bagi ibu-ibu khususnya menambah income. Di sini mereka diajari pemasaran online, cara mengolah pisang jadi brownies dan singkong jadi nastar," demikian Nuke Maya Kurnianingsih.(LHP)
Baca juga: Diundang BPIP, Ita kembali bagikan pengalaman tangani tengkes