Akademisi Unsoed: Lengger merupakan budaya adiluhung Banyumas
Saat ini, penerus lengger di Desa Gerduren hanya tinggal beberapa orang
Banyumas (ANTARA) - Dosen Sastra Inggris Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto Dr. Lynda Susana Widya Ayu Fatmawaty mengatakan lengger merupakan budaya adiluhung Banyumas yang perlu untuk dilestarikan khususnya bagi kalangan generasi muda.
"Dalam usaha untuk pelestarian tersebut, perguruan tinggi mempunyai peranan yang sangat penting dalam memberikan sosialisasi dan edukasi bagi masyarakat," kata peneliti lengger itu di Desa Gerduren, Kecamatan Purwojati, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, Senin (19/9).
Lynda mengatakan hal itu saat menjadi salah satu pembicara utama dalam Sarasehan Kurikulum Pendidikan Seni dan Budaya dengan tema Lengger dalam rangkaian kegiatan Festival Jawara Satria 2022 uanh diselengggarakan oleh Desa Wisata Nusantara (Dewisnu) Kabupaten Banyumas, Dewisnu Kabupaten Subang (Jawa Barat), dan Pemerintah Desa Gerduren di Wisata Bukit Pertapan Gerduren.
Dalam sarasehan tersebut dibahas berbagai isu terkait dengan kurikulum merdeka yang sudah diberlakukan mulai tingkat pendidikan dasar hingga tingkat menengah atas.
Menilik Gerduren yang dikenal sebagai cikal bakal Lengger, kata Lynda, ada keprihatinan mendalam terkait kondisi yang dapat disebut dengan darurat lengger di Desa Gerduren.
Baca juga: Kolaborasi desa wisata nusantara Subang dengan Banyumas
"Saat ini, penerus lengger di Desa Gerduren hanya tinggal beberapa orang, sehingga perlu dilakukan revitalisasi untuk menyelamatkan eksistensi lengger," katanya.
Menurut dia, generasi muda di Desa Gerduren tidak lagi memiliki keinginan untuk menjadi lengger atau belajar tarian lengger.
Oleh karena itu, pihaknya mengemukakan gagasan untuk memasukkan lengger dalam kurikulum sebagai kekayaan kultural masyarakat.
Terkait dengan hal itu, Koordinator Wilayah Kecamatan (Korwilcam) Dinas Pendidikan Purwojati menyambut baik gagasan tersebut. Terlebih ketika hal itu merupakan implementasi riil dari Kurikulum Merdeka.
Dalam hal ini, sekolah diharapkan dapat memformulasi dan mengajarkan lengger pada para siswa sekolah dasar (SD) terutama di SD yang ada di Desa Gerduren.
Hal ini merupakan langkah awal untuk mencangkok generasi muda yang dapat melestarikan lengger Banyumas. Selain itu, Festival Budaya dan Kuliner akan diadakan untuk membangkitkan budaya kreatif masyarakat Desa Gerduren dan sekitarnya.
Dalam festival yang direncanakan digelar pada tanggal 10 November 2022 akan dipentaskan kembali Lengger Gerduren dan beberapa kesenian lain, sehingga dapat menjadi wadah mengeksplorasi kekayaan kultural Gerduren.
Festival tersebut akan digawangi oleh Dewisnu Kabupaten Banyumas bekerja sama dengan Dewisnu Nasional dan didukung oleh FIB Unsoed Purwokerto.
Baca juga: Unsoed Purwokerto gelar Sumpah Dokter Gigi Periode XXIX
Baca juga: Mahasiswa Unsoed kembangkan produk replika batu alam dari limbah
Baca juga: Tim PKM Unsoed teliti potensi "Spirulina sp" sebagai "biomarker" pada cekaman alkalinitas
"Dalam usaha untuk pelestarian tersebut, perguruan tinggi mempunyai peranan yang sangat penting dalam memberikan sosialisasi dan edukasi bagi masyarakat," kata peneliti lengger itu di Desa Gerduren, Kecamatan Purwojati, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, Senin (19/9).
Lynda mengatakan hal itu saat menjadi salah satu pembicara utama dalam Sarasehan Kurikulum Pendidikan Seni dan Budaya dengan tema Lengger dalam rangkaian kegiatan Festival Jawara Satria 2022 uanh diselengggarakan oleh Desa Wisata Nusantara (Dewisnu) Kabupaten Banyumas, Dewisnu Kabupaten Subang (Jawa Barat), dan Pemerintah Desa Gerduren di Wisata Bukit Pertapan Gerduren.
Dalam sarasehan tersebut dibahas berbagai isu terkait dengan kurikulum merdeka yang sudah diberlakukan mulai tingkat pendidikan dasar hingga tingkat menengah atas.
Menilik Gerduren yang dikenal sebagai cikal bakal Lengger, kata Lynda, ada keprihatinan mendalam terkait kondisi yang dapat disebut dengan darurat lengger di Desa Gerduren.
Baca juga: Kolaborasi desa wisata nusantara Subang dengan Banyumas
"Saat ini, penerus lengger di Desa Gerduren hanya tinggal beberapa orang, sehingga perlu dilakukan revitalisasi untuk menyelamatkan eksistensi lengger," katanya.
Menurut dia, generasi muda di Desa Gerduren tidak lagi memiliki keinginan untuk menjadi lengger atau belajar tarian lengger.
Oleh karena itu, pihaknya mengemukakan gagasan untuk memasukkan lengger dalam kurikulum sebagai kekayaan kultural masyarakat.
Terkait dengan hal itu, Koordinator Wilayah Kecamatan (Korwilcam) Dinas Pendidikan Purwojati menyambut baik gagasan tersebut. Terlebih ketika hal itu merupakan implementasi riil dari Kurikulum Merdeka.
Dalam hal ini, sekolah diharapkan dapat memformulasi dan mengajarkan lengger pada para siswa sekolah dasar (SD) terutama di SD yang ada di Desa Gerduren.
Hal ini merupakan langkah awal untuk mencangkok generasi muda yang dapat melestarikan lengger Banyumas. Selain itu, Festival Budaya dan Kuliner akan diadakan untuk membangkitkan budaya kreatif masyarakat Desa Gerduren dan sekitarnya.
Dalam festival yang direncanakan digelar pada tanggal 10 November 2022 akan dipentaskan kembali Lengger Gerduren dan beberapa kesenian lain, sehingga dapat menjadi wadah mengeksplorasi kekayaan kultural Gerduren.
Festival tersebut akan digawangi oleh Dewisnu Kabupaten Banyumas bekerja sama dengan Dewisnu Nasional dan didukung oleh FIB Unsoed Purwokerto.
Baca juga: Unsoed Purwokerto gelar Sumpah Dokter Gigi Periode XXIX
Baca juga: Mahasiswa Unsoed kembangkan produk replika batu alam dari limbah
Baca juga: Tim PKM Unsoed teliti potensi "Spirulina sp" sebagai "biomarker" pada cekaman alkalinitas