Pekalongan (ANTARA) - Banjir yang melanda di beberapa wilayah pantai utara, Jawa Tengah, dalam kurun hampir sebulan terakhir ini telah menimbulkan dampak sosial dan kerawanan penyebaran COVID-19 di tengah masyarakat.
Aktivitas masyarakat baik yang bermata pencaharian sebagai pelaku usaha di bidang perdagangan, jasa, maupun pertanian kini sebagian berhenti karena air banjir masih menggenangi rumah mereka.
Di Kota Pekalongan, meski dampak banjir cenderung mulai surut namun hingga per 24 Februari 2021, jumlah pengungsi masih mencapai sekitar 2.300 orang yang tersebar di 14 titik pengungsian sehingga hal ini bisa menimbulkan kerawanan penyebaran COVID-19.
Baca juga: Antisipasi penyebaran COVID, Ganjar minta ruang pengungsian banjir Pekalongan disekat
Sebanyak 17 kelurahan terutama di wilayah Kecamatan Pekalongan Utara dan Pekalongan Barat, kini masih terendam banjir sehingga para pengungsi yang berada di wilayah itu lebih mementingkan kebutuhan hidup daripada mematuhi protokol kesehatan.
Karena itu, untuk mengantisipasi penyebaran COVID-19 antar pengungsi maka Pemerintah Kota Pekalongan terus berupaya mensosialisasikan dan mengajak pada warga tetap patuh menjalankan protokol kesehatan.
Bantuan ribuan masker maupun sembako terus mengalir dari lembaga maupun instansi, serta masyarakat untuk para pengungsi.
Namun dengan kondisi jumlah pengungsian yang mencapai ribuan orang ini maka pencegahan penyebaran COVID-19 belum bisa maksimal. Pengungsi pun masih banyak dijumpai berkerumunan dan tidak memakai masker.
Gubernur Jateng Ganjar Pranowo yang sempat berkunjung ke lokasi pengungsian di Kota Pekalongan merasa dengan melihat kondisi para pengungsi yang dapat menimbulkan kerawanan penyebaran COVID-10.
"Kalau seperti ini (pengungsi berkerumun) bahaya, tolong disekat, contohnya seperti pengungsian di Merapi itu, itu bagus disekat-sekat per keluarga sehingga potensi penularan COVID-19 bisa ditekan," katanya.
Melihat kondisi pengungsi yang banyak berkerumun dalam satu ruangan tempat pengungsi ini, Ganjar Pranowo minta pada Pemerintah Kota Pekalongan secepatnya melakukan penyekatan agar tidak menimbulkan klaster baru.
Arahan dari Gubernur Jateng ini mendapat respon cepat dari pemkot melalui leading sektor BPBD dan Dinas Pekerjaaan Umum dan Penataan Ruang dengan membuat ruang sekat berukuran 2,4 meter x 1,9 meter di beberapa lokasi pengungsian.
Ruang sekat yang dibuat dari papan triplek ini, selain berfungsi untuk menjaga jarak dan kerumunan, juga sedikit mengurangi rasa dingin bagi para pengungsi.
Upaya lain, untuk mengantisipasi penyebaran COVID-19 juga dengan melakukan penyemprotan disinfektan di lokasi-lokasi pengungsian.
Camat Pekalongan Barat Taufiqurahman mengatakan sesuai arahan Gubernur Jateng, perlu penyekatan ruang tempat pengungsian untuk menghindari terjadinya klaster baru penyebaran COVID-19.
Saat ini, wilayah Kecamatan Pekalongan Barat dan Pekalongan Utara merupakan daerah terlanda banjir sehingga banyak warga yang mengungsi.
Penyekatan ini diprioritaskan untuk ruang anak-anak, wanita dan lansia, sedang bagi usia remaja dan laki laki dewasa berada di bagian depan aula Kecamatan Pekalongan Barat sisi Selatan.
Sistem ruangan penyekatan dibuat tidak terbuka dan ada jaraknya antar pengungsi sehingga lebih nyaman dan dapat meminimalisasi penyebaran COVID-18.
Pandemi ini belum berakhir sehingga penyekatan ini sebagai bagian upaya pemerintah untuk meminimalisasi penyebaran COVID-19 di lokasi pengungsian.
"Kami berharap dengan dibuatnya ruang sekat bagi pengungsi dapat mencegah penyebaran COVID-19 antarpengungsi. selain itu, juga bisa memberikan kenyamanan bagi para korban banjir yang sedang mengungsi," katanya.
Tidak patuh
Wali Kota Pekalongan terpilih Afzan Arslan Djunaid mengaku kedisiplinan pengungsi mematuhi protokol kesehatan masih rendah sehingga pemkot mengajak mereka minimal memakai masker dan menjaga jarak.
Sebelum dilakukan penyekatan, ada sekitar 50 persen warga yang mengungsi tidak mematuhi protokol kesehatan sehingga hal itu berpotensi menimbulkan kerawanan penyebaran COVID-19.
Jumlah tempat dengan warga mengungsi yang tidak seimbang menjadi persoalan adanya ketidakpatuhan mereka mematuhi protokol kesehatan namun dengan dibuatnya ruang sekat dapat menekan laju penyebaran COVID-19.
Selain itu, pemkot juga melakukan pelacakan (tracing) terhadap para pengungsi agar tidak menimbulkan klaster baru.
"Kami akan melakukan pelacakan untuk menghindari pengungsi yang reaktif maupun positif menular pada warga yang lainnya. Yang jelas, kami akan terus berusaha mengontrol pada pengungsi," katanya.
Upaya penyekatan ruangan disambut baik oleh para pengungsi yang berada di beberapa lokasi pengungsian seperti di aula Kecamatan Pekalongan Barat.
Kepala Seksi Pencegahan dan Kesiapsiagaan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Pekalongan Dimas Arga Yudha mengatakan saat ini 2.300 warga yang masih mengungsi di beberapa lokasi pengungsian.
"Banjir yang melanda Kota Pekalongan memang makin meluas yaitu semula hanya melanda dua kecamatan kini menjadi tiga kecamatan," katanya.
Namun, seiring dengan kondisi cuaca cerah selama tiga terakhir ini, sebagian para pengungsi sudah kembali k erumahnya masing-masing, Rabu (24/2).
Beberapa lokasi terdampak banjir, antara lain Kecamatan Pasirkratonkramat dengan ketinggian air mencapai 30-90 cm, Tirto (60-80 cm), Podosugih Kecamatan Pekalongan Barat, Klego, Setono, Poncol, Kauman, Gamer, Kalibaros, Noyontaan (Kecamatan Pekalongan Timur), Panjang Wetan, Panjang Baru, Kandang Panjang, Padukuhan Kraton, Krapyak, Degayu, dan Bandengan (Pekalongan Utara).
Dengan dibuatnya ruang sekat ini, pra pengungsi mengaku merasa lebih nyaman dibanding saat mereka harus beristirahat bersama dalam satu ruangan bersama antarpengungsi.
"Malah bagus ya, jadi sistem ruangnya tidak terbuka dan ada jaraknya antara pengungsi, makin nyaman, keluarga juga terlindungi dari bahaya penularan COVID-19," kata pengungsi Diyah Kurniaji.
Dalam dua hari terakhir ini, kondisi cuaca di Kota Pekalongan agak cerah sehingga beberapa warga ada yang sudah kembali ke rumahnya.
Genangan banjir yang semula mencapai 60 sentimeter kini pun berangsur surut sekitar 10 sentimeter hingga 30 sentimeter.
Namun, bagi warga yang rumahnya masih terendam banjir, masih memilih tetap bertahan di lokasi pengungsian. Para pengungsi juga berharap semoga banjir cepat surut agar mereka bisa beraktivitas lagi dengan tetap mematuhi protokol kesehatan.
Baca juga: 513 korban banjir Kudus masih bertahan di pengungsian
Baca juga: Gereja-kelenteng jadi tempat mengungsi korban banjir di Kudus
Berita Terkait
Merawat olahraga tradisional Indonesia agar tidak punah
Kamis, 7 November 2024 16:16 Wib
Polres Purbalingga cek ponsel anggota untuk mencegah judi daring
Senin, 4 November 2024 13:24 Wib
Pemkab Pati ajak semua pihak ikut mencegah penyebaran HIV/AIDS
Jumat, 1 November 2024 9:24 Wib
Edukasi mencegah ketergantungan judi online terus dilakukan
Jumat, 24 November 2023 15:37 Wib
Wakil Bupati Purbalingga minta warga turut mencegah kebakaran hutan
Kamis, 24 Agustus 2023 14:45 Wib
Regulasi kepemiluan mencegah masyarakat golput
Rabu, 19 Juli 2023 6:33 Wib
Mencegah ledakan mercon di bulan suci
Senin, 10 April 2023 6:10 Wib
Ikhtiar mencegah abrasi di Pantai Rembang melalui tanam mangrove
Rabu, 22 Maret 2023 9:15 Wib