Sukoharjo (ANTARA) - Rumah Sakit Indriati berupaya memaksimalkan pengobatan untuk pasien saraf seiring dengan makin banyaknya kasus penyakit tersebut.
"Kalau dari sisi jumlah kasus kami belum ada data pastinya, tetapi dari pasien yang kami terima memang kecenderungannya terus meningkat," kata dokter spesialis saraf RS Indriati Solobaru dr Peter Michel Souisa di sela pembukaan "Indriati Brain and Spain Center" di Solobaru, Kabupaten Sukoharjo, Provinsi Jawa Tengah, Sabtu.
Ia mengatakan kasus yang paling sering dikunjungi di poli saraf, yaitu spine atau tulang belakang. Ia mengatakan dari 100 pasien yang masuk ke poli saraf, 50 di antaranya sakit tulang belakang.
"Selain itu ada juga kasus stroke, pembuluh darah pecah, tumor, dan infeksi," katanya.
Ia mengatakan dinamakannya "brain and spine" karena kerusakan yang terjadi pada kedua organ tersebut yaitu saraf otak maupun tulang belakang akan berdampak pada kecacatan.
"Penyebab yang paling banyak terjadi salah satunya karena usia tua. Pada usia tua kasus jepitan saraf makin tinggi. Selain itu juga kecelakaan yang berisiko kecacatan, kalau kasusnya seperti ini masuknya ke rawat inap. Semua penanganan awal dilakukan di situ," katanya.
Sementara itu, dr Ferry Wijanarko yang juga merupakan dokter spesialis bedah saraf mengatakan penanganan bisa dilakukan baik dengan pembedahan maupun tanpa pembedahan.
"Kasus makin berkembang sehingga butuh pelayanan paripurna. Harapannya pasien jadi kembali baik seperti sedia kala. Harapannya di sini bisa jadi 'one stop service', baik itu untuk kasus kecelakaan maupun nonkecelakaan," katanya.
Ia mengatakan pada tahap rehabilitasi juga akan ditangani dengan lebih istimewa karena menjadi satu dalam pelayanan holistik
"Harapannya hasil rehabilitasi jauh lebih baik dibandingkan saat datang berobat," katanya.
Ia mengatakan saat ini kasus yang makin bertambah yaitu tumor pada otak karena banyak pasien yang awalnya meremehkan gejala awal penyakit tersebut.
"Gejala utama pusing atau nyeri kepala. Beli obat di warung sembuh, sampai akhirnya orangnya datang dalam kondisi drop, setelah CT scan baru diketahui bahwa dia tumor otak. Dalam hal ini deteksi dini penting dilakukan karena sebetulnya kondisi drop bisa dicegah. Oleh karena itu, dalam hal ini edukasi penting dilakukan," katanya.***3***
Berita Terkait
Fitur "Face Recognition" BPJS Kesehatan mudahkan pasien di RS
Rabu, 13 November 2024 14:42 Wib
BPJS Ketenagakerjaan Semarang Majapahit sosialisasikan ePLKK kepada RS & Klinik
Selasa, 12 November 2024 14:53 Wib
RS Kardiologi Emirat - Indonesia di Solo, pasien tak perlu ke Jakarta
Minggu, 3 November 2024 6:00 Wib
Ambulans gratis RS Mardi Rahayu Kudus jadi dua unit
Kamis, 24 Oktober 2024 16:22 Wib
PMI Boyolali distribusikan 1.400 kantong darah ke 13 RS per bulan
Kamis, 24 Oktober 2024 14:00 Wib
Perhumasri ajak humas melek digital bikin konten edukatif
Minggu, 20 Oktober 2024 7:46 Wib
Dokter sebut osteoporosis perlu dicegah sejak dini
Sabtu, 19 Oktober 2024 15:37 Wib
RS Mardi Rahayu sambut hari cuci tangan sedunia dengan edukasi pasien
Selasa, 15 Oktober 2024 15:55 Wib