Ribuan orang ikuti upacara tradisi "Grebeg Sadranan"
Boyolali (ANTARA) - Ribuan orang warga lereng Gunung Merapi dan Merbabu dengan antusias mengikuti upacara tradisi "Grebeg Sadranan" yang digelar setiap bulan Ruwah (kalender jawa) di kawasan depan Kecamatan Cepogo Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, Minggu.
Ribuan warga dari berbagai daerah yang memadati sepanjang jalan kawasan Kantor Kecamatan Cepogo mengikuti acara prosesi kirab sebanyak 14 gunungan hasil bumi dan makanan khas daerah setempat, serta ratusan tenong berisi makanan untuk dibagikan kepada masyarakat yang hadir.
Menurut Camat Cepogo Insan Adi Asmono, tradisi Grebeg Sadranan intinya mendoakan para leluhur, dan rasa bersyukur atas hasil pertanian atau hasil bumi yang diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa, dengan membawakan gunungan beserta tenong berisi makanan untuk dibagikan kepada masyarakat.
"Grebeg Sadranan khusus tahun ini, pertama kali dilakukan serentak diikuti 15 desa di Cepogo. Tradisi ini, sebelumnya dilakukan setiap desa secara bergantian waktunya," kata Insan.
Menurut Insan, tradisi ini sudah dilakukan turun-menurun, selain untuk melestarikan budaya masyarakat setempat juga dilaksanakan secara profesional untuk menarik para wisatawan untuk berkunjung ke Cepogo.
Prosesi Grebeg Sadranan diawali dengan arak-arakan tenong sebanyak 315 tenong dan 45 tumpeng serta 7 gunungan hasil bumi dan 7 gunungan makanan khas. Tenong, tumpeng dan gunungan diarak oleh perwakilan masyarakat dari 15 desa di Cepogo.
Dua pasukan prajurit Pesangrahan Paras lengkap dengan korp musik mengawali arakan-arakan kemudiana diiringi segenap perangkat desa dan peserta pembawa tenong makanan. Peserta warga dari Desa Wonodoyo, Jombong, Gedangan, Sukabumi, Genting, Cepogo, Kembangkuning, Gubug, Mliwis, Sumbung, Paras, Mliwis, Jelok, Bakulan, Candigatak dan Cabeankunti.
Rombongan tenong membawa makanan diletakkan berjejer di sepanjang jalan depan kecamatan, dan kemudian dilakukan doa bersama. Setelah itu, masyarakat langsung dipersilahkan menikmati makanan dalam tenong dan tumpeng serta berebut gunungan hasil bumi dan makan khas setempat.
Wakil Bupati Boyolali M. Said Hidayat menyambut baik acara Grebeg Sadranan yang pertama kali dilakukan secara serentak di Kecamatan Cepogo Boyolali ini. Seluruh warga bersama tokoh masyarakat yang hadir ikut melestarikan tradisi ini, terlihat bersemangat rasa persaudaraan dan bergotong royong untuk kesejahteraan daerahnya.
"Kami berharap tradisi dilakukan secara serentak ini, menjadi agenda tahunan untuk menggali potensi budaya lokal masing-masing, sehingga menjadi daya tarik bagi para wisatawan untuk datang ke Boyolali," kata M Said.
Menurut M Said tradisi sadranan ini, sebelumnya warga telah datang ke tempat pemakaman para leluhurnya untuk melaksanakan bersih-bersih dan mendoakan. Setelah itu, mereka pulang dan kembali lagi dengan membawa tenong berisi makanan khas untuk dibagikan kepada masyarakat.
"Tradisi ini, sebagai wujud rasa syukur masyarakat dari hasil rezeki yang diperoleh selama satu tahun, dan sebagian dibagikan kepada sesama yang membutuhkan. Nilai-nilai ini, yang terus dibangunan dan dilestarikan untuk kesejahteraan masyarakat.
Ribuan warga dari berbagai daerah yang memadati sepanjang jalan kawasan Kantor Kecamatan Cepogo mengikuti acara prosesi kirab sebanyak 14 gunungan hasil bumi dan makanan khas daerah setempat, serta ratusan tenong berisi makanan untuk dibagikan kepada masyarakat yang hadir.
Menurut Camat Cepogo Insan Adi Asmono, tradisi Grebeg Sadranan intinya mendoakan para leluhur, dan rasa bersyukur atas hasil pertanian atau hasil bumi yang diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa, dengan membawakan gunungan beserta tenong berisi makanan untuk dibagikan kepada masyarakat.
"Grebeg Sadranan khusus tahun ini, pertama kali dilakukan serentak diikuti 15 desa di Cepogo. Tradisi ini, sebelumnya dilakukan setiap desa secara bergantian waktunya," kata Insan.
Menurut Insan, tradisi ini sudah dilakukan turun-menurun, selain untuk melestarikan budaya masyarakat setempat juga dilaksanakan secara profesional untuk menarik para wisatawan untuk berkunjung ke Cepogo.
Prosesi Grebeg Sadranan diawali dengan arak-arakan tenong sebanyak 315 tenong dan 45 tumpeng serta 7 gunungan hasil bumi dan 7 gunungan makanan khas. Tenong, tumpeng dan gunungan diarak oleh perwakilan masyarakat dari 15 desa di Cepogo.
Dua pasukan prajurit Pesangrahan Paras lengkap dengan korp musik mengawali arakan-arakan kemudiana diiringi segenap perangkat desa dan peserta pembawa tenong makanan. Peserta warga dari Desa Wonodoyo, Jombong, Gedangan, Sukabumi, Genting, Cepogo, Kembangkuning, Gubug, Mliwis, Sumbung, Paras, Mliwis, Jelok, Bakulan, Candigatak dan Cabeankunti.
Rombongan tenong membawa makanan diletakkan berjejer di sepanjang jalan depan kecamatan, dan kemudian dilakukan doa bersama. Setelah itu, masyarakat langsung dipersilahkan menikmati makanan dalam tenong dan tumpeng serta berebut gunungan hasil bumi dan makan khas setempat.
Wakil Bupati Boyolali M. Said Hidayat menyambut baik acara Grebeg Sadranan yang pertama kali dilakukan secara serentak di Kecamatan Cepogo Boyolali ini. Seluruh warga bersama tokoh masyarakat yang hadir ikut melestarikan tradisi ini, terlihat bersemangat rasa persaudaraan dan bergotong royong untuk kesejahteraan daerahnya.
"Kami berharap tradisi dilakukan secara serentak ini, menjadi agenda tahunan untuk menggali potensi budaya lokal masing-masing, sehingga menjadi daya tarik bagi para wisatawan untuk datang ke Boyolali," kata M Said.
Menurut M Said tradisi sadranan ini, sebelumnya warga telah datang ke tempat pemakaman para leluhurnya untuk melaksanakan bersih-bersih dan mendoakan. Setelah itu, mereka pulang dan kembali lagi dengan membawa tenong berisi makanan khas untuk dibagikan kepada masyarakat.
"Tradisi ini, sebagai wujud rasa syukur masyarakat dari hasil rezeki yang diperoleh selama satu tahun, dan sebagian dibagikan kepada sesama yang membutuhkan. Nilai-nilai ini, yang terus dibangunan dan dilestarikan untuk kesejahteraan masyarakat.