Semarang (Antaranews Jateng) - Badan Kerja Sama Perguruan Tinggi Islam Swasta (BKS-PTIS) mengingatkan kalangan perguruan tinggi Islam swasta untuk saling membantu, terutama yang besar membantu yang kecil.
"Kami berkomitmen bahwa perguruan tinggi (PT) yang sudah mapan dan sudah kuat, semestinya membantu mereka yang lemah," kata Ketua BKS-PTIS Prof Masrurah Mokhtar di Semarang, Kamis.
Hal tersebut diungkapkan Rektor Universitas Muslim Indonesia (UMI) itu di sela Rapat Kerja Nasional (Rakernas) BKS PTIS di Universitas Islam Sultan Agung (Unissula) Semarang, 20-21 September 2018.
Di tengah iklim persaingan yang kian kompetitif, diakuinya, kampus-kampus Islam swasta yang masih kecil akan tergopoh-gopoh dalam mengembangkan diri, apalagi tidak disubsidi oleh pemerintah.
Kampus-kampus Islam swasta yang sudah mapan, kata dia, bisa membantu dengan berbagai cara, seperti infrastruktur, sumber daya manusia (SDM), hingga proses pencapaian akreditasinya.
"Pengalaman kami dulu, bagaimana kami membantu PT yang belum mapan. Tetapi, sekarang ini PT tersebut sudah jauh lebih tinggi dari kami. Ini penting, saling membantu, menjaga, dan membesarkan," ungkapnya.
Disebutkannya, jumlah PTIS di Indonesia sekarang ini mencapai 400-an PT, tetapi jumlah tersebut hanya yang sudah terdaftar sehingga dimungkinkan masih ada lebih banyak PTIS lagi yang belum terdaftar.
Masrurah mengakui BKS-PTIS selama ini menghadapi sejumlah kendala dalam pendampingan terhadap kampus kecil, sebab banyak dari mereka yang baru melapor setelah menemui permasalahan.
"Mereka ini terkadang tidak melaporkan, ketika ada masalah baru kami tahu karena mereka melapor. Makanya, PTIS ini harus berkomitmen untuk saling membantu, menjaga, dan membesarkan satu sama lain," katanya.
Rakernas BKS-PTIS di Unissula dihadiri sekitar 1.400 delegasi dari berbagai PTIS yang mendatangkan juga para pembicara dari luar negeri, seperti Jerman, Inggris, Arab Saudi, Singapura, dan Malaysia.
Ketua Panitia Rakernas BKS-PTIS di Unissula Andre Sugiyono menjelaskan ada beberapa agenda yang digelar, seperti rakernas, konferensi internasional, pameran, dan ramah tamah atau "city tour".
"Para pembicara dari berbagai negara juga datang untuk berbagi ilmu dan pengalaman. Tentunya, ini sangat menarik untuk meningkatkan kompetensi penelitian ilmiah, publikasi, dan sebagainya," katanya.