Solo (ANTARA) - Saat ini Kota Surakarta sedang melakukan sejumlah upaya untuk menekan kasus baru HIV/AIDS dengan melakukan sejumlah langkah antisipasi.
Sekretaris Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kota Surakarta Drs Widdi Srihanto, MM di Solo, Jawa Tengah, Selasa menyebut salah satu upaya yang sedang dilakukan adalah melakukan langkah edukasi di sekolah-sekolah.
Data terbaru menunjukkan, kasus HIV/AIDS di Solo mencapai 1.474 kasus. Angka ini relatif besar. Bukan hanya itu, yang cukup mengejutkan angka ini banyak dari remaja, yakni dari usia 15-19 tahun dan usia 20-24 tahun.
"Di Kota Solo ini ditemukan anak-anak positif HIV/AIDS dengan usia seperti itu," katanya.
Oleh karena itu, edukasi soal apa itu HIV/AIDS dan langkah pencegahan di sekolah-sekolah, baik SMP maupun SMA maupun sederajat menjadi langkah yang tepat dilakukan. Harapannya, dengan mereka mengetahui sejak dini terkait HIV/AIDS, mereka bisa memilih dan memilah apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan.
Pada edukasi tersebut, KPA berkoordinasi dengan mitra kerja terkait, di antaranya Bakorwil dan Dinas Pendidikan setempat untuk masuk ke sekolah-sekolah saat penerimaan siswa baru. Sampai dengan saat ini, jumlah sekolah sasaran edukasi tersebut dari tahun ke tahun terus mengalami kenaikan, artinya jumlah siswa yang menerima edukasi tersebut juga makin banyak.
KPA mencatat pada tahun 2023 jumlah sekolah sasaran edukasi soal HIV/AIDS sebanyak sepuluh sekolah, tahun 2024 meningkat menjadi 20 sekolah, dan tahun ini ada 30 sekolah dengan 9.000 siswa.
"Yang penting sosialisasi untuk anak-anak muda," katanya.
Kasus meningkat
Widdi mengatakan saat ini terjadi kenaikan angka kasus HIV/AIDS di Solo, yakni mencapai 1.474 kasus hingga saat ini. Ia mengakui angka tersebut mengalami kenaikan dari sebelumnya.
Meski begitu, ia justru bersyukur karena artinya kasus tersebut ditemukan mengingat HIV/AIDS seperti halnya fenomena gunung es.
"Ketika sudah diketahui, mereka lapor, kami tahu lalu dicatat, yang nggak lapor ini yang harus dicari," katanya.
Untuk penanganan selanjutnya dilakukan mulai dari hulu sampai dengan hilir. Penanganan juga dilakukan secara humanis agar para penderita HIV/AIDS tidak merasa termarginalkan.
Ia juga sudah menyiapkan pendamping dari Warga Peduli AIDS (WPA) yang selanjutnya menangani kasus tersebut. Dari situ dapat diketahui seperti apa kondisi penderita.
"Kalau betul, sejauh mana kondisi orang dengan positif ini, apa harus berobat sendiri. Harus ditangani sesuai dengan kondisinya, dengan RT/RW, PKK kelurahan. Kalau kami sendiri nggak mungkin," katanya.
Termasuk juga peluang orang dengan HIV/AIDS untuk hidup normal di tengah-tengah masyarakat, menjadi salah satu fokus KPA. Dalam hal ini, orang dengan HIV/AIDS coba diberdayakan, salah satunya dengan diberikan bantuan berupa alat usaha.
Beberapa pihak yang terlibat di antaranya Kementerian Sosial dan BAZNAS.
"Jadi mereka ini kebutuhannya apa, ada yang minta gerobak untuk jualan, minta barang-barang untuk mengisi dagangannya. Namun tidak boleh berupa uang," katanya.
Melalui langkah-langkah ini, pemerintah melalui KPA berupaya semaksimal mungkin memanusiakan mereka agar mereka bisa berkembang dan bersama-sama hidup di tengah masyarakat dengan sejahtera dan sehat.
Three Zero AIDS
Widdi mengatakan dengan berbagai langkah masif ini, misi menuju Three Zero AIDS pada tahun 2030 dapat terwujud di Kota Solo. Three zero tersebut salah satunya pada tahun 2030 tidak ada penularan. Dalam hal ini, KPA Kota Surakarta bekerja sama dengan medis.
Dua target yang lain adalah tidak ada orang dengan HIV/AIDS yang meninggal dunia karena penyakit tersebut dan menghapus stigma negatif dari masyarakat terhadap orang dengan HIV/AIDS.
"Kami berusaha, yang namanya stigma dari masyarakat HIV AIDS menular, menjijikkan, itu berusaha kami kikis. Saat ini kami sedang berusaha," katanya.
Oleh karena itu, selain edukasi ke sekolah-sekolah, pihaknya juga terbuka melakukan edukasi ke berbagai kelompok masyarakat.
"Siapapun boleh (mengajukan permintaan agar diedukasi), dari warga RT/RW, posyandu, karang taruna. Tugas kami adalah memberikan edukasi," katanya.
Untuk di setiap kelurahan, saat ini KPA Kota Surakarta menargetkan sasaran edukasi sebanyak 70 orang dalam satu bulan.
"70 orang ini dari semua elemen masyarakat, baik itu masyarakat umum, kader posyandu. Minimal agar mereka tahu apa itu HIV/AIDS," katanya.
Selanjutnya, diharapkan mereka bisa menularkan pengetahuan soal HIV/AIDS kepada orang-orang sekitar, dimulai dari lingkungan keluarga. Dengan demikian, diharapkan misi Three Zero HIV STOP AIDS 2030 di Kota Solo dapat tercapai.

