Semarang (ANTARA) - Menteri Koordinator Bidang Pemberdayaan Masyarakat (Menko PM) Muhaimin Iskandar menyebut perlu pendekatan baru dalam upaya menanggulangi kemiskinan di Indonesia.
"Pendidikan jadi cara paling efektif untuk memutus mata rantai kemiskinan," kata Menko PM Muhaimin Iskandar dalam dialog terbuka yang digelar di Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo Semarang, Jawa Tengah, Kamis.
Menurut dia, skema pemberian bantuan sosial (bansos) harus bergerak menuju pemberdayaan sosial.
"Pemerintah tidak ingin hanya menjaga angka kemiskinan dengan bansos senilai Rp500 triliun. Kami ingin mengubah kondisi mereka," kata Menko Muhaimin Iskandar.
Ia menyebut pendidikan menjadi cara paling efektif untuk memutus mata rantai kemiskinan. Salah satunya, lanjut dia, pondok pesantren yang harus menjadi aktor utama dalam program pemberdayaan.
Menko Muhaimin menjelaskan pesantren menjadi tempat strategis bagi anak-anak dari keluarga miskin untuk mengakses pendidikan.
"Kami sedang menyiapkan 100 Sekolah Rakyat berbasis pesantren. Anak-anak itu kelak akan memutus rantai kemiskinan keluarga mereka," kata Menko Muhaimin Iskandar.
Menko Muhaimin juga menyebut UIN Walisongo sebagai salah satu kampus yang paling berjasa dalam transformasi sumber daya manusia dari kalangan pesantren dan santri.
Sementara Rektor UIN Walisongo Semarang Prof Nizar menegaskan komitmen perguruan tinggi ini dalam hal kemanusiaan dan peradaban untuk terus mendorong agenda pemberdayaan masyarakat, salah satunya melalui pesantren.
Menurut dia, pemberdayaan tidak bisa dilakukan sendiri, sehingga dibutuhkan kolaborasi pesantren sebagai pusat pemberdayaan masyarakat, bersama dengan pemerintah, akademisi, perbankan, dan pelaku usaha.