Lirik lagu yang diubah dari sebuah lagu dangdut berjudul "Tidak Semua Laki-Laki" yang dipopulerkan oleh mantan Gubernur Jawa Timur Basofi Sudirman ini sengaja dilantunkan Kadiyono saat membuka perayaan "Valentine Day" atau Hari Kasih Sayang yang digelar di halaman dalam Lapas Cilacap, Selasa.
Sontak, sebagian dari warga binaan yang semula duduk di lantai halaman lapas tersebut segera berdiri dan ikut berjoget bersama kalapasnya.
Dari wajah mereka terlihat adanya kebahagiaan meskipun sedang menjalani pembinaan di Lapas Cilacap sebagai hukuman atas perbuatan yang mereka lakukan sebelumnya.
Mereka pun tampak bercengkerama satu sama lain sehingga terlihat adanya kebersamaan dan persaudaraan di antara para warga binaan termasuk dengan sipir atau petugas lapas.
Saat memberi sambutan, Kalapas Cilacap Kadiyono mengaku lebih sependapat jika 14 Februari disebut sebagai Hari Persaudaraan.
"Tanggal 14 Februari secara internasional dikenal sebagai Hari Kasih Sayang. Di sini, saya tetapkan sebagai Hari Persaudaraan, sehingga momentum ini sangat tepat untuk mewujudkan kebersamaan," katanya.
Menurut dia, persaudaraan dapat mewujudkan rasa kebersamaan sehingga saat manajemen Hotel Dafam Cilacap menawarkan kegiatan perayaan Hari Kasih Sayang di Lapas Cilacap segera diterima.
Kendati demikian, dia mengaku sempat menolak konsep perayaan yang ditawarkan manajemen Hotel Dafam.
"Konsep tersebut saya tolak. Saya usulkan untuk menggelar acara hiburan musik semacam ini, dan manajemen Dafam setuju," katanya.
Ia mengatakan, kalapas maupun pegawai-pegawai lapas bisa menikmati hiburan musik dengan mendatangi kafe-kafe atau rumah makan.
Akan tetapi, kata dia, para warga binaan tidak mungkin bisa mendatangi kafe untuk sekadar mendapatkan hiburan musik.
"Oleh karena itu, saya minta Dafam untuk mendatangkan penyanyi guna memberikan hiburan di sini," katanya.
Saat ditemui di sela-sela kegiatan, Kadiyono mengatakan, pihaknya menyambut baik inisiatif Hotel Dafam Cilacap untuk menggelar acara di Hari Kasih Sayang ini.
Menurut dia, kegiatan ini merupakan bagian dari kerja sama Lapas Cilacap dan Hotel Dafam Cilacap.
"Ini juga merupakan salah satu bentuk pembinaan bagi warga binaan, yakni musik dangdut. Selain itu, dengan melihat penyanyi yang didatangkan dari luar lapas, warga binaan tidak merasa jenuh dan pikirannya kembali segar," katanya.
Ia mengatakan, pihaknya berencana akan menggelar hiburan secara rutin minimal tiga bulan sekali.
"Kami akan mencoba menjalin kerja sama dengan pihak-pihak terkait untuk menggelar acara semacam ini, minimal tiga bulan sekali. Kalau memungkinkan dapat digelar sebulan sekali, asalkan mereka (warga binaan, red) benar-benar mengikuti program pembinaan yang dilaksanakan Lapas Cilacap," jelasnya.
Menurut dia, hingga 14 Februari 2012, jumlah warga binaan Lapas Cilacap mencapai 355 orang yang terdiri 197 narapidana dan 158 tahanan.
Dari 158 tahanan tersebut, kata dia, sembilan orang di antaranya kaum perempuan.
Sementara itu, General Manager Hotel Dafam Cilacap Ivan Bakara saat memberikan sambutan, tanpa sungkan melepas jas dan dasi yang dia kenakan.
Bahkan, dia pun ikut duduk di lantai bersama para warga binaan Lapas Cilacap.
"Kalau di Dafam, saya memang memiliki staf. Tapi di sini, kita adalah sama, sama-sama makhluk ciptaan Tuhan," katanya.
Dalam kesempatan tersebut, Ivan mengajak para warga binaan untuk insaf dan ikhlas menjalani hukuman sebagai bentuk tanggung jawab moral.
"Apa yang kita perbuat, akan dipertanggungjawabkan di hadapan Tuhan Yang Mahaesa," katanya.
Saat ditemui selepas memberi sambutan, Ivan mengatakan, pihaknya sengaja memilih Lapas Cilacap untuk merayakan Hari Kasih Sayang.
"Mereka (warga binaan, red.) mendapat banyak masalah dalam kehidupan sehingga nyaris sering dilupakan. Kami yang memiliki pekerjaan berusaha untuk mencari jalan keluar untuk memecahkan masalah itu, salah satunya melalui kegiatan ini," katanya.
Oleh karena itu, kata dia, manajemen Hotel Dafam berbagi kasih di Hari Kasih Sayang ini dengan memberikan hiburan kepada warga binaan Lapas Cilacap.
"Kami juga berupaya memotivasi mereka untuk insaf dan menjalani semua ini sebagai tanggung jawab moral kepada Tuhan. Saya yakin, mereka sebenarnya telah mendapat pendidikan moral sejak lahir," katanya.
Salah seorang narapidana, Agus mengaku terhibur dengan musik dangdut yang digelar di dalam lapas.
"Sangat terhibur, apalagi acara seperti ini jarang digelar. Musik dangdut terakhir digelar pada April 2011 saat peringatan Hari Bakti Pemasyarakatan," kata dia yang telah 16 bulan mendekam di Lapas Cilacap.
Ia mengharapkan, kegiatan semacam ini dapat rutin digelar sehingga warga binaan Lapas Cilacap dapat terhibur.
Terkait perayaan Hari Kasih Sayang, dia mengakui, hal itu tidak terlalu berpengaruh karena kasih sayang dapat diberikan setiap saat.
Ia mengaku sependapat dengan pernyataan Kepala Lapas Cilacap Kadiyono yang menyatakan jika sebaiknya Hari Kasih Sayang disebut dengan Hari Persaudaraan.
"Dengan adanya persaudaraan, kami di sini merasakan adanya kebersamaan, seperti apa yang disampaikan Kalapas," katanya.
Hal yang sama juga diakui Iwan Suryana yang telah mendekam di Lapas Cilacap selama empat tahun dari total hukuman sembilan tahun.
Menurut dia, warga binaan Lapas Cilacap telah lama tidak mendapatkan hiburan seperti yang digelar dalam perayaan Hari Kasih Sayang ini.
"Dulu sering ada hiburan, namun belakangan jarang sekali ada hiburan musik semacam ini," kata dia yang telah tiga kali memperoleh remisi.
Kendati demikian, dia mengakui, sistem pembinaan di Lapas Cilacap saat ini jauh lebih baik.
Bahkan, kata dia, pembagian tugas bagi narapidana yang menjalani masa asimilasi semakin jelas sehingga dapat dilakukan dengan penuh tanggung jawab.
"Di sini sudah seperti mal sehingga tugas 'tamping' (sebutan bagi narapidana asimilasi, red.) seperti saya semakin jelas, jam berapa mulai bekerja dan apa pekerjaannya. Kalau pekerjaan saya seperti ini (memunguti sampah dengan penjepit, red.) setiap saat sehingga kebersihan akan tetap terjaga," kata dia sembari menunjukan serokan dan penjepit sampah.
Seorang tahanan, Dewi Sapta Oktarina alias Koming Dewi mengaku terhibur dengan adanya hiburan musik tersebut sehingga dapat menghilangkan kejenuhan meski baru empat bulan berada di Lapas Cilacap setelah dipindah dari Rumah Tahanan Badan Narkotika Nasional (Rutan BNN) di Jakarta.
Kendati demikian, wanita yang konon memiliki suara merdu ini enggan memamerkan suara emasnya meskipun para narapidana dan tahanan lainnya memintanya untuk menyanyi.
"Enggak ah, malu," kata dia sembari tersenyum.
Sementara itu, berbagai tingkah polah ditunjukan para narapidana dan tahanan yang ikut bergoyang dangdut sehingga menimbulkan tawa di antara rekan-rekannya termasuk sembilan wanita yang ditahan di tempat ini.
Bahkan, tidak jarang para warga binaan ini meminta sebuah judul lagu untuk dinyanyikan oleh penyanyi bernama Dewanti itu.
Kendati demikian, tidak semua judul lagu dapat dinyanyikan oleh penyanyi berwajah manis ini, salah satunya lagu berbahasa Sunda yang berjudul "Hayang Kawin" (ingin menikah, red.).
"'Hayang Kawin'? Punten ya, teu tiyasa (maaf ya, tidak bisa, red.)," kata Dewanti.
Seorang narapidana bernama Pramono juga berkesempatan memamerkan suara emasnya seorang diri maupun berduet bersama Dewanti dengan mendendangkan sebuah lagu campursari yang berjudul "Jambu Alas".
Di saat Dewanti sibuk melayani permintaan berbagai judul lagu, tiba-tiba dia dikejutkan oleh seorang narapidana bertubuh kekar yang datang mendekatinya.
Narapidana yang diketahui bernama Luki tersebut menyerahkan secarik kertas dan meminta Dewanti segera membacanya dengan keras.
Dengan sedikit kikuk, penyanyi dari Hotel Dafam ini segera membuka lipatan kertas agar bisa dibaca tulisannya.
Ternyata, kertas tersebut bertuliskan ucapan terima kasih dari warga binaan penghuni kamar 09 kepada Kapalas dan manajemen Hotel Dafam Cilacap yang telah menggelar acara ini. Mereka mengharapkan acara semacam ini dapat digelar secara rutin.
Selang beberapa menit kemudian, seorang narapidana bernama Ngadino alias Kampleng juga menghampiri sang penyanyi guna memberikan setangkai bunga sebagai lambang kasih sayang.
Selain hiburan musik dangdut, perayaan Hari Kasih Sayang di Lapas Cilacap juga diisi dengan pembagian cokelat untuk para warga binaan dan petugas lapas.
Usai menikmati cokelat, para warga binaan bersama kalapas, petugas lapas, dan jajaran manajemen Hotel Dafam berbaur untuk bergoyang dangdut bersama.
Akan tetapi, kebahagiaan dan kebersamaan dalam merayakan Hari Kasih Sayang ini tidak dapat dinikmati oleh seluruh penghuni Lapas Cilacap karena ada sebagia warga binaan yang tetap dikurung di dalam kamarnya.
Mereka merupakan warga binaan baru yang masih menjalani masa penyesuaian lingkungan sehingga untuk sementara tetap berada di kamarnya.