Solo (ANTARA) - BEM Berdampak Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) resmi meluncurkan program unggulan bertajuk Sewu Santun, sebuah program kolaboratif berbasis pengabdian dan pemberdayaan masyarakat yang mengintegrasikan edukasi mitigasi bencana, pencegahan stunting, serta penguatan UMKM lokal berbasis kearifan sejarah Kampung Sewu, Kota Surakarta, Jawa Tengah.
Ketua tim kegiatan, Siti Azizah Susilawati, Ph.D., Jumat mengatakan peluncuran program ini menjadi implementasi nyata dari skema BEM Berdampak yang menekankan peran mahasiswa sebagai agen perubahan sosial melalui pendekatan edukatif, partisipatif, dan berkelanjutan.
Program Sewu Santun dilaksanakan oleh 20 mahasiswa yang tergabung dalam Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas (BEM U) dan Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas (BEM F) UMS sebagai wujud sinergi lintas organisasi mahasiswa dalam menjawab persoalan sosial di tingkat akar rumput.
Ia mengatakan program Sewu Santun dirancang sebagai ruang belajar bersama antara mahasiswa dan masyarakat.
“BEM Berdampak mendorong mahasiswa tidak hanya hadir sebagai pelaksana kegiatan, tetapi sebagai mitra masyarakat. EduBoard dan panel surya ini menjadi sarana pembelajaran bersama agar masyarakat semakin sadar akan mitigasi bencana, kesehatan keluarga, dan pentingnya energi berkelanjutan,” jelasnya.
Ia menyampaikan Kampung Sewu memiliki karakteristik sosial yang kompleks. Berada di kawasan bantaran Sungai Bengawan Solo, wilayah ini rawan bencana banjir, memiliki tantangan kesehatan keluarga termasuk isu stunting, sekaligus menyimpan potensi sejarah dan ekonomi lokal yang kuat melalui UMKM berbasis kuliner tradisional.
Salah satu agenda utama dalam launching Sewu Santun adalah peresmian EduBoard, media edukasi inovatif yang dirancang dan dikembangkan langsung oleh tim mahasiswa BEM Berdampak UMS. EduBoard berfungsi sebagai sarana edukasi publik yang menyajikan informasi mitigasi bencana dan pencegahan stunting secara visual, komunikatif, dan mudah dipahami oleh masyarakat.
Keunggulan EduBoard terletak pada integrasinya dengan panel surya sebagai sumber energi utama. Panel surya tersebut juga merupakan hasil perancangan tim mahasiswa, sehingga EduBoard tidak hanya berfungsi sebagai media edukasi, tetapi juga menjadi contoh penerapan teknologi ramah lingkungan dan energi terbarukan di tingkat komunitas.
“Pendekatan ini sejalan dengan semangat BEM Berdampak dalam mendorong solusi berbasis keberlanjutan dan adaptasi perubahan iklim,” tegasnya.
Senada dengan hal tersebut, Ika Candra Sayekti, M.Pd., menekankan isu stunting membutuhkan pendekatan edukatif yang dekat dengan keseharian masyarakat.
Menurutnya, media edukasi yang sederhana, kontekstual, dan berkelanjutan akan lebih efektif dalam meningkatkan kesadaran keluarga terhadap gizi dan kesehatan anak.
Sementara itu, M. Al Fatih Hendrawan, S.T., M.T., menambahkan keterlibatan mahasiswa lintas latar belakang keilmuan menjadi kekuatan utama program ini.
“Kolaborasi mahasiswa BEM U dan BEM F memungkinkan integrasi pengetahuan sosial, pendidikan, dan teknologi untuk menjawab persoalan nyata di masyarakat,” ujarnya.
Selain peluncuran EduBoard, lanjutnya, kegiatan ini juga dirangkaikan dengan launching produk UMKM Sewu Santun, yaitu telur pindang batik dan apem kelor. Kedua produk tersebut dikembangkan bersama pelaku UMKM lokal sebagai upaya meningkatkan nilai tambah ekonomi sekaligus mengangkat identitas sejarah Kampung Sewu sebagai bagian dari warisan budaya Kota Surakarta.
Telur pindang batik merepresentasikan nilai filosofis batik sebagai identitas Solo, sedangkan apem kelor dipilih karena memiliki kandungan gizi tinggi yang relevan dengan upaya pencegahan stunting.
Inovasi kuliner ini diharapkan mampu memperkuat posisi UMKM lokal sebagai pelaku ekonomi kreatif yang berdaya saing sekaligus peduli terhadap isu kesehatan masyarakat.
Kegiatan launching Sewu Santun turut dihadiri oleh Lurah Sewu Mei Andrianto, S.T., M.T., yang menyampaikan apresiasi atas kontribusi mahasiswa UMS melalui skema BEM Berdampak. Ia menilai program ini sejalan dengan kebutuhan masyarakat Sewu dan mampu menjadi contoh kolaborasi positif antara perguruan tinggi dan pemerintah kelurahan.
“Kami menyambut baik kehadiran mahasiswa BEM UMS yang tidak hanya melakukan kegiatan seremonial, tetapi menghadirkan solusi nyata bagi warga Sewu, baik melalui edukasi bencana, kesehatan, maupun penguatan UMKM,” ungkapnya.
Turut hadir pula Karang Taruna Sewu serta para pelaku UMKM Sewu Santun yang terlibat aktif dalam implementasi program. Keterlibatan pemuda lokal dan UMKM menjadi bagian penting dari strategi keberlanjutan program agar manfaatnya dapat terus dirasakan meskipun kegiatan mahasiswa telah selesai.
“Program ini diharapkan menjadi model praktik baik BEM Berdampak yang dapat direplikasi di wilayah lain, sekaligus memperkuat peran mahasiswa sebagai mitra strategis pembangunan sosial berbasis nilai keislaman, kemanusiaan, dan keberlanjutan,” katanya.

