Solo (ANTARA) - Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) resmi mengukuhkan 145 mahasiswa dalam Sumpah Profesi Fisioterapis angkatan IX Tahun Ajaran 2024/2025.
Dihadiri oleh para keluarga lulusan dari berbagai daerah, prosesi sakral ini dilaksanakan di Gedung Edutorium KH. Ahmad Dahlan, Solo, Jawa Tengah, Selasa.
Ketua Program Profesi Fisioterapis Suryo Saputra Perdana, S.Fis., M.Sc., PT., melaporkan berdasarkan surat keputusan Rektor UMS Nomor 433/II/2025 para mahasiswa yang melangsungkan sumpah profesi telah menyelesaikan total keseluruhan 37 sks dengan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) rata-rata hasil yang memuaskan.
“Yang mana semuanya dituntut telah melalui praktek klinik, baik rumah sakit, klinik fisioterapi wahana khusus, maupun komunitas,” ungkapnya.
Dalam laporannya, Suryo berpesan kepada para lulusan agar dapat memberikan kebermanfaatan bagi masyarakat sebagai implementasi keilmuan yang telah diperoleh selama masa studi.
“Kami turut mendoakan, semoga para Lulusan Program Pendidikan Profesi Fisioterapis segera dapat mendarmabaktikan ilmunya sesuai dengan keahliannya masing-masing,” pesannya.
Selain itu, Rektor UMS Prof. Dr. Harun Joko Prayitno, M.Hum., turut hadir pada prosesi ini. Dalam sambutannya, ia menyampaikan apresiasi sekaligus membekali lulusan dengan prinsip PT IMAM, yakni profesi dengan menerapkan transendensi, pengamalan ilmu, dan pentingnya menjaga hubungan antarmanusia.
“Pendidikan hakikatnya adalah untuk memanusiakan manusia dan memartabatkan kehidupan. Itu tidak cukup karena hakikat ilmu, profesi itu adalah transendensi, yaitu semata-mata mengharapkan kerinduan Allah Ta'ala,” ujar Rektor UMS.
Untuk mendukung pembelajaran akademik mahasiswa, UMS saat ini memiliki 82 program studi dengan 29 di antaranya merupakan program magister dan doktor. Rektor mengungkapkan saat ini universitas sedang menunggu izin untuk membuka program S3 Ilmu Kesehatan, Kedokteran, Teknik dan Rekayasa, serta Informatika.
Sejalan dengan visi dan misi Fisioterapi dalam mencetak alumni profesional dengan berlandaskan nilai keislaman melalui pendidikan berkualitas, UMS mendukung praktek mahasiswa kesehatan dengan memiliki dua rumah sakit yaitu, RSGM Soelastri UMS dan Rumah Sakit UMS A.R. Fachrudin.
Pada kesempatan yang penuh haru, Harmi, AMF, mewakili orang tua peserta sumpah, mengungkap rasa terima kasih mendalam kepada seluruh sivitas akademika UMS yang telah membantu dalam keberhasilan para lulusan fisioterapi.
Mengutip Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 19 Tahun 2024 tentang penyelenggaraan pelayanan di Puskesmas, Harmi menyebutkan bahwa fisioterapis kini menjadi salah satu dari 11 tenaga kesehatan memiliki peran vital untuk keberlangsungan hidup.
“Dari kementerian SDM juga menyebutkan bahwa puskesmas di seluruh Indonesia itu ada sekitar 10.480 dan yang sudah ada tenaga fisioterapinya baru 800 berapa puskesmas, ketika dikalkulasi sama kementerian SDM itu disebutkan kita membutuhkan sekitar 25 ribu,” katanya.
Sejalan dengan Harmi mengenai peran fisioterapis, Mohammad Rendy Herdiansyah, Ftr., mewakili Ketua Umum Ikatan Fisioterapi Indonesia menekankan peran strategis praktisi fisioterapis di era transformasi pelayanan kesehatan.
“Sistem menuntut layanan yang lebih dekat dengan masyarakat, lebih preventif, dan lebih berorientasi pada fungsi. Kehadiran fisioterapis di Puskesmas dan layanan primer bukan pilihan, melainkan keniscayaan,” tegasnya.
Sambutan perwakilan IFI ditutup dengan harapan agar lulusan UMS menjadi fisioterapis yang menjunjung tinggi ikrar sumpah yang telah diucapkan dan terus menjaga etika profesi.

