Indonesia raih penghargaan dari Badan Pangan dan Badan Atom Dunia
Jakarta (ANTARA) - Indonesia melalui Organisasi Riset Tenaga Nuklir Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mendapat penghargaan Outstanding Achievement Award dari Badan Pangan Dunia (Food and Agriculture Organization) dan Badan Atom Dunia (International Atomic Energi Agency).
"Indonesia melalui kiprah para peneliti nuklir bidang pertanian telah menunjukkan kemampuan dalam memanfaatkan teknologi nuklir untuk pengembangan varietas unggul tanaman pangan, yang berkontribusi signifikan pada penguatan ketahanan pangan nasional," kata Duta Besar RI untuk Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) Darmansjah Djumala dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Selasa.
Penghargaan itu diberikan kepada Indonesia atas capaian riset dan pemanfaatan teknologi nuklir di Indonesia melalui Organisasi Riset Tenaga Nuklir (ORTN) yang sebelumnya bernama Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) di bidang pemuliaan tanaman pangan.
Hingga saat ini, ORTN melalui teknologi nuklir telah menghasilkan 32 varietas padi, 12 varietas kedelai, tiga varietas sorgum, satu varietas gandum, satu varietas kacang tanah, dan satu varietas pisang.
Penghargaan tersebut disampaikan oleh Direktur Jenderal (Dirjen) Badan Atom Dunia (IAEA) Rafael Mariano Grossi kepada Duta Besar RI untuk PBB Darmansjah Djumala pada rangkaian persidangan IAEA General Conference ke-65 di Markas PBB Wina, Austria, Senin (20/9).
Djumala menuturkan penghargaan itu menunjukkan Indonesia diakui dalam penguasaan teknologi nuklir untuk tujuan damai, serta menerapkannya untuk mendukung program pembangunan nasional.
Menurut dia, hasil kerja sama internasional dengan negara anggota IAEA yang telah dicapai merupakan cerminan diplomasi membumi Pemerintah Indonesia dalam bidang teknologi nuklir, yang mampu memberikan manfaat sosial ekonomi langsung kepada masyarakat melalui aplikasi dalam bidang pangan.
Selain itu, Djumala menuturkan penghargaan tersebut juga menunjukkan program penguatan kapasitas sumber daya manusia (SDM) teknologi nuklir yang dirintis IAEA dan bersama Badan Pangan Dunia (FAO) telah memberikan manfaat nyata pada penguatan kapasitas SDM peneliti Indonesia, termasuk aplikasi nuklir dalam bidang pangan
Sementara itu, Dirjen IAEA Rafael mengatakan perubahan iklim yang melanda dunia saat ini menjadi tantangan bagi para peneliti untuk mengembangkan varietas tanaman unggul.
"Dunia saat ini dihadapkan pada tantangan serius, yaitu perubahan iklim dan ancaman terhadap ketahanan pangan," ujar Rafael.
Ia menuturkan upaya mencari solusi bersama perlu terus dilakukan masyarakat global, diantaranya melalui pemanfaatan teknologi nuklir oleh para pakar nuklir di banyak negara yang mengembangkan varietas tanaman unggul baru.
Dirjen FAO Qu Dongyu mengatakan penghargaan tersebut merupakan kontribusi nyata teknologi nuklir terhadap ketahanan pangan global.
FAO dan IAEA akan terus mendukung peningkatan kapasitas para peneliti bidang pangan dalam rangka mendukung keberlanjutan riset mutasi radiasi.
Penghargaan Outstanding Achievement Award juga diberikan FAO dan IAEA kepada 10 negara lain, yakni Cina, Kuba, India, Bangladesh, Iran, Malaysia, Mali, Pakistan dan Afrika Selatan.
"Indonesia melalui kiprah para peneliti nuklir bidang pertanian telah menunjukkan kemampuan dalam memanfaatkan teknologi nuklir untuk pengembangan varietas unggul tanaman pangan, yang berkontribusi signifikan pada penguatan ketahanan pangan nasional," kata Duta Besar RI untuk Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) Darmansjah Djumala dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Selasa.
Penghargaan itu diberikan kepada Indonesia atas capaian riset dan pemanfaatan teknologi nuklir di Indonesia melalui Organisasi Riset Tenaga Nuklir (ORTN) yang sebelumnya bernama Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) di bidang pemuliaan tanaman pangan.
Hingga saat ini, ORTN melalui teknologi nuklir telah menghasilkan 32 varietas padi, 12 varietas kedelai, tiga varietas sorgum, satu varietas gandum, satu varietas kacang tanah, dan satu varietas pisang.
Penghargaan tersebut disampaikan oleh Direktur Jenderal (Dirjen) Badan Atom Dunia (IAEA) Rafael Mariano Grossi kepada Duta Besar RI untuk PBB Darmansjah Djumala pada rangkaian persidangan IAEA General Conference ke-65 di Markas PBB Wina, Austria, Senin (20/9).
Djumala menuturkan penghargaan itu menunjukkan Indonesia diakui dalam penguasaan teknologi nuklir untuk tujuan damai, serta menerapkannya untuk mendukung program pembangunan nasional.
Menurut dia, hasil kerja sama internasional dengan negara anggota IAEA yang telah dicapai merupakan cerminan diplomasi membumi Pemerintah Indonesia dalam bidang teknologi nuklir, yang mampu memberikan manfaat sosial ekonomi langsung kepada masyarakat melalui aplikasi dalam bidang pangan.
Selain itu, Djumala menuturkan penghargaan tersebut juga menunjukkan program penguatan kapasitas sumber daya manusia (SDM) teknologi nuklir yang dirintis IAEA dan bersama Badan Pangan Dunia (FAO) telah memberikan manfaat nyata pada penguatan kapasitas SDM peneliti Indonesia, termasuk aplikasi nuklir dalam bidang pangan
Sementara itu, Dirjen IAEA Rafael mengatakan perubahan iklim yang melanda dunia saat ini menjadi tantangan bagi para peneliti untuk mengembangkan varietas tanaman unggul.
"Dunia saat ini dihadapkan pada tantangan serius, yaitu perubahan iklim dan ancaman terhadap ketahanan pangan," ujar Rafael.
Ia menuturkan upaya mencari solusi bersama perlu terus dilakukan masyarakat global, diantaranya melalui pemanfaatan teknologi nuklir oleh para pakar nuklir di banyak negara yang mengembangkan varietas tanaman unggul baru.
Dirjen FAO Qu Dongyu mengatakan penghargaan tersebut merupakan kontribusi nyata teknologi nuklir terhadap ketahanan pangan global.
FAO dan IAEA akan terus mendukung peningkatan kapasitas para peneliti bidang pangan dalam rangka mendukung keberlanjutan riset mutasi radiasi.
Penghargaan Outstanding Achievement Award juga diberikan FAO dan IAEA kepada 10 negara lain, yakni Cina, Kuba, India, Bangladesh, Iran, Malaysia, Mali, Pakistan dan Afrika Selatan.