Jakarta (Antaranews Jateng) - Band Payung Teduh kini punya formasi baru bersama Marsya Ditia yang mengisi posisi vokal, menggantikan Mohammad Istiqomah Djamad (Is).
Band itu mengatakan Marsya sudah lama bermain bersama mereka.
"Sebenarnya agak aneh sama istilah formasi baru. Kami selama ini bersama, hanya ada yang di depan ada yang di belakang. Orang yang enggak tahu malah mengotakkan. Kami memang selama ini bersama dan kami berkarya," ujar Alejandro Saksame yang akrab disapa Ale di Jakarta, Jumat.
Sejauh ini apa tanggapan penggemar?
"Orang-orang fokus sama masalah Payung Teduh ditinggalin vokalis lama (Is), terus (band) masih hidup. Kadang, bukan karyanya yang diperhatiin tetapi orangnya. Jadi masih kurang objektif untuk menilai," kata Ale.
"Tidak mau membedakan. Ketika penggemar atau pendengar mendengar Payung Teduh otomatis akan ngeh kalau vokalisnya beda, kok ini lagunya berubah. Intinya, apapun komentar mereka kami tetap dapat dukungan dari mereka. Jalan terus," sambung Ivan Penwyn.
Ale mengatakan setelah Is hengkang, band benar-benar merasa kehilangan sosok vokalis. Mental para personel bahkan sempat down.
"Masa-masa tanpa vokalis berat. Ngeri lah. Dari acara, manggung. Mental juga jatuh ya. Tetapi kami masih memiliki sesama kami tetap semangat berkarya," tutur dia.
Apakah akan ada perbedaan dari sisi genre musik, lagu atau lainnya dengah hadirnya Marsya?
"Dari awal kami enggak mematok genre A, B, C atau D. Mungkin akan seperti apa. Aliran macam-macam mengeksplorasi musik walau tidak sepenuhnya genre tertentu. Tidak sepenuhnya jazz, keroncong, dangdut. Kita tidak mengkotakkan masalah genre," papar Ivan
"Dari sisi musik kami enggak berubah. Kami bermain template. Kami sudah tau mau musik seperti apa. Gayanya selalu begitu. Bukan musik ya berubah tetapi asumsi orang lain karena mendengar suara yang lain," tutur Ale.
"Kolaborasi seperti itu. Biar bebas. Cara menyanyinya seperti ini. Warna suara seperti ini. Kan lebih seru. Tetapi Alhamdulillah sebagian besar mendukung. Responnya baik," sambung dia. (Editor : Alviansyah Pasaribu).