Atasi Genangan Air, Kodim Surakarta Canangkan Pembuatan Lubang Biopori
Solo, ANTARA JATENG - Kodim 0735 Kota Surakarta mencanangkan pembuatan lubang biopori untuk mengatasi terjadinya genangan air di wilayah Kota Solo.
"Program ini, menindaklanjuti bekerja sama Korem 074/Warastratama Surakarta dengan Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Bengawan Solo yang memberikan bantuan 10 alat pembuat biopori," kata Komandan Kodim 0735 Kota Surakarta Letkol Inf. Edwin Apria Candra di sela acara pencanagan Biopori di kawasan Stadion Manahan Solo, Jumat.
Dandim mengatakan pihaknya telah mendapatkan sebanyak lima alat biopori. Pembuatan lubang biopori ini dibuat bentuk silinder di lahan dengan ukuran diameter sekitar 10 centimeter dan kedalaman sekitar 80 hingga 100 centimeter.
Menurut Dandim, pembuatan lubang biopori bertujuan untuk memperluas bidang serapan air, penanganan dalam sampah-sampah organik seperti daun, dan untuk menjaga kesuburan tanah.
Dia mengatakan lubang biopori tersebut merupakan salah satu solusi untuk menangani banjir atau mengurangi genangan air, tetapi bukan untuk mencegah banjir.
Pihaknya di wilayah Kodim Surakarta mendapat bantuan lima unit alat mesin untuk membuat biopori, dan Jumat ini, dilakukan serentak di lima kecamatan yakni Laweyan, Serengan, Pasar Kliwon, Jebres dan Banjarsari. Setiap kecamatan membuat 10 lubang biopori atau disesuaikan dengan kondisi lapangan.
"Kegiatan ini, Kodim bersamaaan dengan karya bakti bergotong royong yang dilaksanakan serentak di setiap koramil dengan Pemkot Surakarta," kata Dandim.
Dandim mengatakan ada manfaat lain dari pembuatan lubang biopori tersebut kebetulan di wilayah Kota Surakarta ruang hijau tidak terlalu banyak, sehingga pihaknya memilih di kawasan Manahan karena daerah ini, sering terjadi genangan air saat hujan turun.
"Pembuatan lubang biopori ini, salah satu contoh agar genangan air hujan dengan cepat dapat terserap kedalam tanah. Kami membuat lubang biopori di kawasan Manahan sebanyak 20 titik," katanya.
Menurut dia, pihaknya akan membuat lubang biopori secara bertahap dengan melakukan survei di daerah yang dianggap rawan genangan air.
"Kami juga akan menindaklanjuti jika ada laporan dari masyarakat yang membutuhkan pembuatan lubang biopori di lingkungannya melalui koramil-koramil," katanya.
Dandim mengatakan jika tidak ada lubang biopori tersebut bidang tanah serapan air hanya sekitar 72 centimeter persegi. Namun, adanya lubang biopori luasan bidang serapan air bisa sampai 3.200 centimeter persegi atau lebih luas.
Hal ini, lanjut Dandim, juga memanfaatkan limbah sampah organik yang dimasukan ke pipa peralon yang dilubangi sehingga nantinya dapat dimanfaakan untuk pupuk organik.
"Program ini, menindaklanjuti bekerja sama Korem 074/Warastratama Surakarta dengan Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Bengawan Solo yang memberikan bantuan 10 alat pembuat biopori," kata Komandan Kodim 0735 Kota Surakarta Letkol Inf. Edwin Apria Candra di sela acara pencanagan Biopori di kawasan Stadion Manahan Solo, Jumat.
Dandim mengatakan pihaknya telah mendapatkan sebanyak lima alat biopori. Pembuatan lubang biopori ini dibuat bentuk silinder di lahan dengan ukuran diameter sekitar 10 centimeter dan kedalaman sekitar 80 hingga 100 centimeter.
Menurut Dandim, pembuatan lubang biopori bertujuan untuk memperluas bidang serapan air, penanganan dalam sampah-sampah organik seperti daun, dan untuk menjaga kesuburan tanah.
Dia mengatakan lubang biopori tersebut merupakan salah satu solusi untuk menangani banjir atau mengurangi genangan air, tetapi bukan untuk mencegah banjir.
Pihaknya di wilayah Kodim Surakarta mendapat bantuan lima unit alat mesin untuk membuat biopori, dan Jumat ini, dilakukan serentak di lima kecamatan yakni Laweyan, Serengan, Pasar Kliwon, Jebres dan Banjarsari. Setiap kecamatan membuat 10 lubang biopori atau disesuaikan dengan kondisi lapangan.
"Kegiatan ini, Kodim bersamaaan dengan karya bakti bergotong royong yang dilaksanakan serentak di setiap koramil dengan Pemkot Surakarta," kata Dandim.
Dandim mengatakan ada manfaat lain dari pembuatan lubang biopori tersebut kebetulan di wilayah Kota Surakarta ruang hijau tidak terlalu banyak, sehingga pihaknya memilih di kawasan Manahan karena daerah ini, sering terjadi genangan air saat hujan turun.
"Pembuatan lubang biopori ini, salah satu contoh agar genangan air hujan dengan cepat dapat terserap kedalam tanah. Kami membuat lubang biopori di kawasan Manahan sebanyak 20 titik," katanya.
Menurut dia, pihaknya akan membuat lubang biopori secara bertahap dengan melakukan survei di daerah yang dianggap rawan genangan air.
"Kami juga akan menindaklanjuti jika ada laporan dari masyarakat yang membutuhkan pembuatan lubang biopori di lingkungannya melalui koramil-koramil," katanya.
Dandim mengatakan jika tidak ada lubang biopori tersebut bidang tanah serapan air hanya sekitar 72 centimeter persegi. Namun, adanya lubang biopori luasan bidang serapan air bisa sampai 3.200 centimeter persegi atau lebih luas.
Hal ini, lanjut Dandim, juga memanfaatkan limbah sampah organik yang dimasukan ke pipa peralon yang dilubangi sehingga nantinya dapat dimanfaakan untuk pupuk organik.