Agus di Wonosobo, Sabtu, mengatakan bahwa saat ini Sikarim belum optimal sebagai destinasi wisata karena akses jalan yang belum memadai.
"Jalan dari Sembungan rusak parah dan sulit untuk bisa dilalui kendaraan. Begitu pula, akses dari Garung via Mlandi dan Sirangkel juga masih ada sekitar 7 kilometer jalan yang rusak," katanya.
Padahal, kata dia, dari sisi waktu tempuh Curug Sikarim sebenarnya bisa dijangkau dalam waktu tidak lebih dari 20 menit dari Pasar Garung. Sejalur dengan arah ke Telaga Menjer dan Bukit Seroja.
Ia menuturkan bahwa pihaknya telah memasukkan program perbaikan jalan alternatif Garung-Sembungan. Namun, baru dimulai pada tahun 2017.
"Saya berharap kelompok sadar wisata Desa Sembungan maupun Mlandi bisa lebih kreatif untuk menarik wisatawan agar berkunjung ke Sikarim," katanya.
Menurut dia, salah satu alternatif yang bisa ditempuh agar wisatawan bersedia mengunjungi Sikarim adalah dengan menyediakan jasa kendaraan yang layak untuk menuju ke lokasi.
"Mobil atau sepeda motor jenis offroad saya kira cocok dan mampu menaklukkan jalanan yang di beberapa ruasnya masih sulit dilalui kendaraan biasa," katanya.
Dengan hidupnya Curug Sikarim yang juga berdampingan dengan Curug Silaka tersebut, pihaknya meyakini akan ada dampak ekonomi cukup signifikan bagi warga setempat.
"Warga desa Mlandi, Sirangkel, atau Sembungan jelas akan merasakan efek positif kalau Sikarim ramai dikunjungi wisatawan," katanya.
Perangkat Desa Mlandi Kejajar Istangin mengatakan bahwa Curug Sikarim berasal dari limpahan Telaga Cebong tersebut mengalir menuruni tebing perbukitan setinggi hampir 90 meter dan jatuh ke Sungai Mlandi.
Menurut dia, saat debit air cukup besar, curug tersebut tidak hanya menampakkan satu air terjun. Bisa tiga atau empat jatuhan air yang terlihat sangat indah dari jalan Garung-Sembungan.
"Saat cuaca cerah, sekitar tengah hari, pengunjung yang beruntung bisa menikmati Curug Sikarim menyajikan pelangi yang sangat indah," katanya.

