"Dolar AS menguat terhadap hampir seluruh mata uang di Asia di tengah kekhawatiran terhadap prospek pembayaran utang Yunani," kata Ekonom Samuel Sekuritas, Rangga Cipta.
Ia mengatakan meningkatnya kekhawatiran pelaku pasar uang terhadap kemampuan Yunani untuk membayar bunga serta sisa pinjamannya sepanjang tahun ini masih mempengaruhi psikologis investor untuk masuk ke mata uang berisiko.
"Sentimen eksternal diperkirakan masih menekan mata uang rupiah terhadap dolar AS," katanya.
Dari dalam negeri, ia melanjutkan, harapan pasar pada pemangkasan suku bunga acuan oleh Bank Indonesia serta surplus neraca perdagangan April dapat memberikan pengaruh positif pada investor pasar uang.
Sementara Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra mengatakan nilai tukar dolar AS masih lebih tinggi terhadap mata uang-mata uang utama dunia dengan dukungan dari data pekerjaan Amerika Serikat yang dirilis akhir pekan lalu.
"Dolar AS masih mendapatkan dukungan dari kinerja ekonomi Amerika Serikat yang menambahkan sekitar 223.000 pekerja di bulan April. Sementara itu tingkat pengangguran turun dari level 5,5 persen menjadi 5,4 persen," katanya.
Ia mengharapkan optimisme pemerintah terhadap ekonomi Indonesia tahun ini bisa menopang nilai tukar rupiah. Percepatan pembangunan infrastruktur dan realisasi belanja pemerintah diharapkan membuat perekonomian Indonesia segera membaik.