Mahasiswa UGM Kembangkan Rompi Pijat
"Masing-masing unit pijat dilengkapi enam titik infra merah untuk relaksasi otot punggung. Berat rompi sekitar satu kilogram menggunakan baterai litium 9,7 volt," kata koordinator tim Aris Prayitno di Yogyakarta, Jumat.
Menurut dia, untuk mengatur tingkat kecepatan getaran hingga 900 rpm, bisa dilakukan melalui unit kontrol yang dipasang pada kantong depan rompi.
"Rompi pijat itu memadukan ilmu teknik, sains, dan kedokteran untuk menghasilkan produk kesehatan portabel yang dirancang mengatasi pegal linu secara praktis," katanya.
Selain itu, kata dia, rompi pijat itu juga nyaman dan tidak memakan waktu lama dalam menggunakannya. Rompi itu bisa dipakai hingga 20-30 menit.
Ia mengatakan dibutuhkan waktu sekitar empat bulan untuk mengembangkan rompi pijat tersebut. Pada awal proses pembuatan sempat kesulitan mencari motor getar untuk dipasang di rompi.
"Akhirnya kami menggunakan motor berbandul dari `stick playstation` bekas, sedangkan unit pijat menggunakan keset pijat refleksi. Sebelum jadi, kami empat kali gagal," katanya.
Selain praktis dan bisa dibawa ke mana-mana, rompi yang dibuat dengan biaya Rp2 juta itu memiliki tingkat keamanan yang baik karena menggunakan arus DC dengan baterai 9,7 volt.
Menurut dia, penentuan titik lokasi pemasangan unit pijat tidak dilakukan sembarangan, tetapi berdasarkan hasil anatomi letak posisi saraf, otot, dan pembuluh darah di daerah punggung. Pemilihan lokasi itu dijadikan titik refleksi.
Keberadaan sinar infra merah menimbulkan rasa hangat, sehingga bisa melenturkan jaringan kolagen kulit, selain memicu hormon endorpin yang mampu mengurangi rasa nyeri.
"Nyeri di punggung akibat pengumpulan asam laktat. Jika asam laktat terurai, maka rasa nyeri akan berkurang," katanya.
Anggota tim mahasiswa UGM yang mendesain dan mengembangkan rompi pijat itu adalah Syifa Salma, Hilma Tsurayya, dan Agus Budiman.